05

2.9K 191 12
                                    

"Halo paman" Ujar Ridwan saat sudah ada di dalam ruangan papa Denis, memang Ridwan tak pernah takut dengan Papa Denis, toh Papa Denis dan Mama nya dulu nya adalah kekasih dan pasti nya sekarang sudah menjadi mantan kekasih, Ridwan tau itu dari foto usang yang di temukan nya di gudang saat dia akan mencari bola pimpong nya.

"Ada apa kau kesini anak nakal!" Ujar Papa Denis tanpa menatap ke arah Ridwan dan Ridho

"Bisa hentikan itu semua Paman!" Ridwan langsung pada poin nya, dia tak ingin bertele-tele lagi pada pria tua yang suka main pukul anak nya sendiri ini.

"Apa maksud mu!" Tanya Papa Denis tajam, Sedangkan Ridwan mendengus mendengar pertanyaan polos dari pria tua di depan nya ini.

"Jangan sok tidak tau, aku sangat tau bagaimana Paman memperlakukan Denis selama ini" tubuh Papa Denis menegang tapi beberapa detik kemudian dia bisa mengontrol diri dengan baik, Ridwan menyeriah melihat gelagat Papa Denis yang tak nyaman oleh perkataan nya.

"Aku tak tau apa maksud mu anak nakal, sebaik nya kau pergi pulang aku sibuk tak bisa meladeni anak nakal seperti mu" cih... kentara sekali jika Papa Denis sedang mencoba menghindari Ridwan.

"Ingat kata-kata ku paman, jangan terus-menerus menyakiti Denis, pada saat nya Denis akan melemah dan kesakitan batin karna ulah mu, setelah itu dia akan meninggalkan mu seperti bibi Tiffany!" tanpa menunggu lagi Ridwan meninggalkan ruangan Papa Denis tanpa menoleh ke belakang lagi, sedangkan Ridho membingkuk sedikit memberi salam sebelum mengikuti langkah Ridwan yang besar-besar, seperti nya Ridwan sangat marah dan kesal, semoga saja dirinya tidak kena imbasnya.

.

"Sudah lah sayang, aku yakin Paman akan sadar atas kelakuan nya selama ini terhadap anak semata wayang nya" Ridho sedari tadi menenangkan Ridwan di taman dekat perusahaan Papa Denis.

"Semoga saja, aku sangat menyayangi Denis, aku tak ingin melihat Denis tersakiti lagi "ujar Ridwan lirih, sudah cukup beberapa tahun ini dia diam saja, setiap hari kelakuan Papa Denis semakkn menjadi-jadi. Padahal kematian bibi Tiffany bukan salah Denis, kecelakaan yang di alami bibi tiffany itu di sengaja oleh musuh sesama kolega nya .
tapi Papa Denis tak bisa menerima dan malah menuduh Denis yang membunuh Mommy nya sendiri.

"Ayo kita pulang, malam ini kita akan ke rumah Denis, aku tak peduli jika kita di usir kita harus menjaga Denis dengan baik mulai sekarang" tegas Ridho, dia juga sangat kesal pada kelakuan Papa Denis, bisa-bisa nya dia menyiksa anak nya yang polos dan lemah, meski fisik nya laki-laki tapi hati Denis seperti perempuan, dia sangat kalem dan polos.

"Aku setuju dengan mu sayang, kalau begitu sekarang kita pulang" mereka meninggalkan taman, berjalan ke arah mobil dan pulang menyiapkan mentalnya nanti malam seandai nya mereka di usir lagi oleh paman Alex, Papa Denis.

.

Denis terbangun dari tidur sore nya karna suara gaduh di bawah, dia mengernyit mendengar suara yang sangat familiar terdengar berteriak-teriak di lantai bawah. Dengan cepat Denis berlari tanpa berbenah dan masih memakai kemeja nya tanpa celana, berlari ke bawah melihat apa yang terkadi di sana.

"Ada apa? " tanya Denis saat melihat salah satu maid dirumah nya berlarian dengan panik.

"Di bawah ada tuan muda Ridwan sedang mengamuk"

"APA!!" Denis langsung melesat mencari keberadaan Ridwan, dan tara~~ Ridwan sedang menodong anak buah Papa nya dengan pistol dengan wajah bengis nya. Sedangkan Ridho berada di belakang Ridwan bersandar di dinding belakang nya menatap Ridwan dengan santai.
Denis mendesah kasar, kenapa mereka ada di rumah nya, tak kapok kah mereka di usir, di seret dan di buang di persimpangan jalan oleh Papa nya saat mereka mencoba memasuki rumah nya.

"Berhenti!" Ujar Denis membuat anak buah Papa nya langsung menghadang jalan Denis.

"Menjauh dari nya atau ku tembak kalian satu persatu!" Desis Ridwan.

"Sudah turuti saja atau kekasihku akan membunuh kalian satu persatu" bukan nya menghentikan aksi anarkis Ridwan, Ridho malah bersikap santai seperti tak terjadi apa-apa.

"Menjauh cepat, aku tak ingin lantai rumah ku bersimpah darah" mereka yang tadi nya ada di depan Denis berubah menjadi di belakang Denis.

"Ada apa kalian kemari" tanya Denis saat sudah bisa melihat secara jelas wajah Ridho yang tadi nya terhalang oleh anak buah Papa nya.

"Dimana kamar mu? Bawa kami kesana!"

"Jangan!! tuan muda, kami mohon"

"Diam!! Mundur kalian" Ridwan menodongkan pistol nya kemabali.

"Baiklah ayo ikut aku, cepat" Denis menulikan telinga nya dari ucapan para penjaga Papa nya dan terus berjalan menaiki tangga dan memasuki kamar nya diikuti oleh Ridwan dan Ridho.

"Jadi bisa jelaskan pada ku apa yang kalian lakukan barusan!" Denis menatap Ridwan dan Ridho dengan tajam, bukan nya takut Ridwan malah mendekati Denis lalu memeluk dan menciumi wajah Denis, dia sudah sangat merindukan Denis meski tadi pagi baru bertemu. Sedangkan Ridho memilih merebahkan tubuh nya pada ranjang nyaman Denis, menyesap aroma yang menguar dari bantal dan selimut Denis seperti harum badan Denis.

"Lepaskan!!"

"Baiklah, kami hanya sedang merindukan mu dan malam ini kami akan menginap disini, atau bisa di bilang jika kami akan menginap di sini mulai malam ini dan seterus nya." Ujar Ridwan santai, sedangkan Denis sudah akan pingsan mendengar perkataan Ridwan. Jadi intinya mereka akan berada di rumah nya selama nya? Bisa di bilang juga mereka pindah kemari.

"Hyak!! Mau tidur dimana kalian jika pindah kesini?" Tentu saja Denis bertanya karna semua kamar yang kosong sudah di tempati para anak buah Papa nya yang tersisa hanya gudang yang biasanya di buat Papa Denis untuk menghukum Denis itu saja.

"Tentu saja disini, kita bisa berbagi kamar, kau di atas dan Ridho di bawah. Tenang saja kami juga sudah membawa tempat tidur kecil tadi" sebelum memprotes Ridwan lebih dulu membawa nya ke ranjang nya, dimana disana Ridho sedang membuka kotak, entah itu apa isi nya.

"Ini untuk mu, ayo kita makan" Denis berkaca-kaca melihat kue kesukaan nya yang sudah sangat lama tidak dia makan karna memang sejak kematian Mommy nya Denis dilarang memakan kue jenis apa pun. Alasan nya kue adalah kesukaan Mommy nya, Papa nya tak membolehkan Denis memakan nya karna nanti kue yang enak itu bisa jadi tidak enak jika sudah tersentuh tangan nya. Sungguh kejam Papa Denis mengatakan hal seperti itu pada nya.

"Untuk ku?"

"Yah, cepat makan" ujar Ridwan sambil mengelus rambut halus Denis.

"Tapi nanti pa-.."

"Cepat makan, tak usah memikirkan pria tua bangka itu" ujar Ridwan, Denis memukul dada Ridwan main-main karna sudah mengatai Papa nya. Tapi setelah itu mereka tertawa bersamaan.

"Ayo kita makan bersama kalau begitu" mereka menyantap makanan yang di beli Ridwan sebelum kemari tadi. Dia ingat jika Denis sangat suka Kue. Maka dari itu dia membawakan nya kue tanpa peduli jika nanti mereka dimarahi Paman Alex karna membawakan Denis kue. Mereka hanya ingin melihat denis yang tersenyum dan tertawa bahagia seperti ini. Sejak beberapa tahun lalu senyum Denis tak pernah tulus hanya senyum yang di paksakan yang dia perlihat kan.

"Hey kami baru sadar kau telanjang ke bawah, astaga ternyata mulus sekali pahamu" Ridwan mengelus paha mulus Denis dengan sensual, Denis menepis tangan Ridwan yang sudah akan mengenai alat kebanggaan nya.

"Jangan berani-berani, alihkan tangan mu dari paha ku!" Sentak Denis kalang kabut. Padahal dia juga lupa jika tadi hanya memakai kemeja saja.

"Ahh.. tanggung jika kami tak mencoba nya" Ujar Ridho. Mereka saling pandang dan menyeringah lalu menatap Denis, membuat Denis merinding dan siap kabur tapi sayang di sayang, Ridho dan Ridwan sudah menarik tangan nya lebih dulu dan menggelitiki Denis habis-habisan.

.

Tanpa mereka tahu seseorang mengintip acara kecil-kecilan mereka dengan sendu. Sebenar nya dia juga bingun kenapa memperlakulan anak kesayangan nya seperti ini. Tapi jika melihat wajah anak nya, amarah nya akan muncul dan membuat nya bersikap kasar pada nya.
karna Wajah Tiffany istri nya dan Denis tak tauh beda malah bisa di sebut kembar.
.
.
.
.
Bye~

PutriVijannah

Das Beste (BOYxBOY) SLOW UPDATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang