Jakarta, 2002
Angin masih senantiasa berbisik, kemilau cahaya fajar masih terasa dalam raga, tapi deru peluru dan ocehan para petinggi masih berkeliaran dimana-mana,
saya harus pergi.Saya menyadari sesuatu kemarin, dia hadir menentang dunia yang telah saya buat selama ini,
adu argumen, itulah yang sering saya dan dia lakukan.
Cinta, nama yang tak lazim menurut sayaDia selalu mengganggu saya
menanyakan hal hal yang menurutnya penting, tidak bagi sayaJujur, saya sedikit berbagi tentang hidup saya, latar belakang keluarga saya, dan beberapa hal yang sering saya lakukan
setidaknya dia bisa mendengarkan walaupun kadang menjengkelkanSaya sedikit menyukai nya,
tapi tidak dengan teori pertemanan nya yang selalu ia banggakan itu
menurut saya tidak ada yang namanya sahabat setia,
yang ada hanya kepedulian berlebihPukulan ini baru saya dapat karena saya mengenalmu cinta,
persetan dengan laki laki yang menganggap dirinya adalah yang terbaik untukmu
yang sombong akan kekuatan otot dan hanya main kasar
tapi terimakaaih, saya bisa merasakan bagaimna rasanya dipukul orangHari ini saya harus pergi ke New York
saya harus pergi
maaf saya tidak memberitahumu sebelumnya
tapi kenapa kau tiba tiba muncul ?
kau tidak perlu repot repot untuk menemui laki laki yang pengecut ini
saya tidak bisa menjanjikan apa apa
selamat tinggal
tapi yang saya tahu, saya sudah mencintaimuRangga
-Letter unsent-
KAMU SEDANG MEMBACA
RANGGA'S LETTERS
RomanceWaktu berjalan seiring dengan musim yang terus berlalu, aku tetap sama Harum kopi masih menyerbak di cafe yang selalu kudatangi setiap hari, dan aku masih tetap sama Tapi aku tak tahu dirimu, apakah kau masih tetap sama? Cerita ini saya buat karena...