1

282 22 0
                                    

Langit mendung, sebentar lagi pasti hujan. Aneera menekuk lututnya sebal karena harus menunggu pacarnya yang selalu tidak tepat waktu. Siapa sih yang sanggup bertahan dengan seorang Pras lebih dari satu minggu kecuali dirinya? Tidak ada. Imposible. Nothing.

Prasetyo Gunarrs, tukang ngaret, hobi minta maaf dan untungnya wajahnya tampan. Kalau tidak mana mau Ane memutuskan untuk mengikat hubungan mereka. Awal perkenalan terkesan manis, lama-lama berasa pahit karena Pras mulai menunjukkan sikap aslinya.

"Hei, Beibs, maaf ya ...,"

Sebelum kalimat membosankan itu berlanjut, Ane lebih dulu memperlihatkan telapak tangannya ke udara. Tanda diam yang paling pas untuk Pras yang kadar maafnya berlebihan.

"Pulang."

Dan tanpa banyak bicara Pras membuka pintu mobil untuk Ane. Ane enggan menjawab setiap pertanyaan Pras ketika mobil melaju ke jalan raya. Ia lebih suka melihat hujan di luar sana yang akhir-akhir ini selalu turun. Sepuluh menit mereka sampai di halaman rumah Ane. Gadis itu turun sebelum sang pangeran membukakan pintu untuknya.

"Beibs, tunggu!"

Ane mendelik sengit melihat Pras yang tiba-tiba memeluknya di depan teras rumahnya. Ia mengurai pelukan itu dengan paksa, "Kita putus. Over. Selesai. Finish."

"Tapi, Beibs, kita baru jadian dua minggu. Baru masa pengenalan. Ayolah jangan marah hanya karena aku terlambat datang. Kamu kan tau aku ada latihan basket tadi. Kamu juga kenapa nunggunya di luar sekolah sih? Harusnya di dalam kelas aja. Aku kan ...,"

Lagi-lagi tanda penolakan ditunjukkan. Ane dengan malas menjelaskan semua keluh kesahnya selama mereka pacaran. "Udah ngerti kenapa aku pengen kita putus?"

"Tapi, Beibs ...,"

"Over. Aku bilang selesai."

"Aneera, ada apa teriak-teriak? Mama sampai takut," seorang wanita dengan terusan selutut yang tertutupi celemek datang terburu-buru. Ia mengerutkan kening begitu melihat putrinya bersama laki-laki 'baru' lagi. "Ane?"

"Mama urusin dia nih, mantan pacar Ane. Ane capek mau tidur. Suntuk harus nungguin orang olahraga nggak jelas." Gerutu Ane yang kemudian masuk tanpa memperdulikan teriakan Pras.

"Maafin anak tante ya. Dia emang suka begitu. Kamu mau masuk atau mau langsung pulang?" tanya Emora, Mama Ane, dengan sopan. Sebenarnya ia selalu sopan pada mantan-mantan pacar putrinya yang tampang putus asanya kentara sekali setelah hubungan mereka berakhir sepihak.

Pras menolak tawaran itu. Lebih baik ia pulang daripada menunggui gadis keras kepala yang masih sangat dicintainya, "Saya permisi, Tante. Selamat sore."

"Selamat sore."

"Sayang, kamu putus lagi sama pacar kamu?" Emora mematangkan telur mata sapinya lebih dulu sebelum menemui putrinya di atas.

Ane sedang menonton DVD terbaru miliknya ditemani minuman kaleng dan snack kentang kesukaannya, "Hm, dia membosankan."

"Dia sepertinya baik. Apa yang kurang sekarang?"

"Banyak. Tukang ngaret, nyebelin, hobi banget bilang maaf tapi nanti diulangin lagi. Ane capek harus ngertiin dia." Ane benar-benar marah. Kali ini kesalahan terletak pada Pras bukan pada dirinya yang selalu mencari-cari alasan untuk putus dengan pacar-pacarnya yang sebelumnya.

"Kan baru berhubungan, Sayang. Nggak mau nyoba buat bersabar?"

"No way. Emang Ane apaan?"

Emora menggelengkan kepalanya, frustasi dengan kekeraskepalaan putrinya. Sifatnya itu pasti menurun darinya yang dulu sangat egois. Harusnya Ane lebih bisa mengendalikan diri.

Jupiter VS AneeraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang