Zeta ketar ketir sendiri, Ia sadar apa yang di lakukannya dengan Afka. Lalu apa maksud Afka yang berkata 'I will try to fix you' kemarin malam? Katakan kalau Zeta bawa perasaan, persetan dengan itu. Afka benar benar berhasil memutar dunianya.
Zeta Alfany, cewek pindahan yang niatnya melupakan masa lalu di tempat baru terseret oleh cerita baru pula. Ia takut jatuh pada lelaki yang baru dikenalnya beberapa minggu ini. Teman sebangkunya, orang yang tak sengaja Ia tabrak di pemakaman saat menjenguk pusara Garen.
"Melamun mulu, Ta. Mamah di anggurin." Celetuk Alen sembari mengoleskan selai kacang pada roti untuk sarapan.
Zeta yang ditanya, akhirnya mendapat kembali kesadarannya. Zeta sudah bangkit sedikit demi sedikit. Ia sudah tidak terlalu sering menangis ketika mengingat Garen di malam hari, juga tidak terlalu banyak melamun. Namun pagi ini Alen menemukan Zeta yang kembali larut dalam lamunannya. Alen yakin seyakin yakinnya Zeta bukan memikirkan Garen.
"Gak ada yang mau ceritain ke mamah, Ta?" Tanya Alen sambir menyodorkan roti yang sudah di beri selai kepada Zeta.
"Bingung ceritanya Mah" Sahut Zeta. Ia sama sekali tidak berbohong, sungguh Ia bingung bagaimana menceritakannya kepada mamahnya. Afka, lelaki itu harus bertanggung jawab atas melamunnya Zeta pagi ini.
"Mamah selalu disini sayang, buat kamu. Mamah siap dengerin cerita kamu seharian, sumpah deh." Alen mengangkat kedua jarinya membentuk huruf V.
Tak ayal Zeta tertawa karena mamahnya. Ia tau mamahnya menyanginya sepenuh hati, sebagai single parent, hanya Zeta yang selalu Alen perhatikan. Anak tunggalnya, putri satu satunya.
"Iya mamahku sayang, nanti Zeta cerita. Tapi nanti ya, sekarang udah siang. Berangkat yuk mah" Ajak Zeta lalu mengangkat tasnya.
"Umm, Ta. Mamah ada pasien penting hari ini. Kamu bawa mobil sendiri ajaya?" Alen ragu-ragu. Alen tahu Zeta paling malas disuruh membawa kendaraan ke sekolah.
"Yah, mah tapi kan Zeta-"
TIN TIN.
"Kamu ada janji sama orang, Ta?" Tanya Alen setelah mendengar suara klakson mobil dari luar rumahnya.
"Enggak, Mah." Zeta heran, sungguh Ia tidak membuat janji dengan siapa pun untuk berangkat bersama hari ini.
Zeta mengikuti mamahnya ke halaman rumahnya, Ia penasaran siapa yang menjemputnya pagi ini.
---
"Lo ngapain si ke rumah Gue pagi pagi. Kurang kerjaan apa gimana? Kerajinan tau gak." Semprot Zeta saat mereka sudah dalam mobil di perjalanan menuju sekolah.
Lelaki disebelahnya hanya tertawa mendengar semprotan Zeta, Ia merasa Zeta seartus kali lebih lucu saat sedang marah-marah seperti sekarang.
"Af, gak lucu sumpah, Lo bukan supir Gue. Ngapain banget jemput-jemput. Kan harusnya Gue berangkat sama mamah. Ganggu quality time sumpah." Lagi lagi Zeta mengomeli Afka yang datang menjemputnya untuk berangkat ke sekolah.
"Lo lucu Ze kalau marah marah kayak gitu, gemesh" Jawab Afka sambil cekikikan. Semua itu bukan gombal, tulus dari hatinya.
Zeta salah tingkah sendiri. Tersipu Ia digoda Afka seperti itu.
"Terserah Lo." Jawab Zeta singkat sambil mengalihkan wajahnya ke arah jendela.
Afka sadar Zeta salah tingkah di godanya, suasana mobil juga jadi sepi karena Zeta yang berhenti mengomeli Afka.
"Yakin quality time Lo ke ganggu, bukannya Lo harusnya say 'thank you' ke Gue karena berhasil menyelamatkan Lo supaya gak bawa mobil sendiri?" Afka menoleh kepada Zeta sambil menaik turunkan alisnya.