3- Melting

244 109 9
                                    

Sudah lebih dari empat bulan aku di SMA Bintang Kejora. Seperti biasanya, hobby ku menghambur-hamburkan nafas di pagi hari demi melewati gerbang besi yang menjadi awal kelegaanku.

"Ya ampun udah jam segini!"

Tin tiiin!!

"Duluan lea!" Teriak Ellard mengejekku. Kenapa dia tidak menolongku. Yang bener tuh ya kalo ada temen lagi kayak gini, tolongin kek.

"Kita satu sekolahan kan? Naik aja yuk nanti telat." tiba-tiba seseorang telah menunjukan motor bagian belakangnya yang kosong.

Demi apapun itu dia cowok yang memiliki mata hazel sedang nawarin gue bocengan sama dia.

"Ayo keburu telat."

"Tapi..." gugup lagi.

"Gue bukan orang jahat kok!"

"Eh gak gitu."

"Yaudah ayo."

.....

"thanks ya? Aku duluan."

"Heh, Mau kemana? Mau ke BP nih?"

"Lah emang kenapa?" Sepertinya aku terlihat bodoh sekarang.

"Follow me!"

Aduuh, mau kemana sih. Dia cowok baik kan? Aku tidak salah ikut dengannya kan? Semoga saja ia merencanakan hal baik dan masuk akal.

"Ayo cepat naik!" Lirih cowok itu. Melamparkan tatapan ke atas pagar belakang sekolah. Aku menganga seperri anak usia di bawah umur inruk mengerti hal panjat menanjat.

"Kamu ngelawak ya? Ini udah telat nih." tolakku.

"Nggak. Lagian ini nggak tinggi kok. Nih ada bata nih buat bantu manjat."

"Nanti keburu ada yang lihat!" Desak cowok itu.

"I.. iya.."

Aku melihat cowok itu melompat dan hilang. Dia meninggalkanku. Lah gimana nih. Harusnya tadi dia membantuku naik.

"Hei ayo! Disini rumput kalo jatoh ga sakit-sakit amat." Bisik keras cowok itu.

aku melemparkan tas merah motifku ke atas. Aku tak mengerti cara melompat. Bagaimana jika nanti kaki ku patah kemudian aku berteriak sangat kencang sehingga seluruh siswa sekolah menatapku iba dan kemudian lagi aku dibawa ke Rumah sakit. Mau tidak mau kaki ku harus diamputas. Tapi, ini sudah terlambat. Dari pada bolos mendingan lompat saja.

BRUK!

"Apa aku mati sekarang?" Pekik ku.

"Hahaha!! Kamu lucu deh! Ini rumput bukan tumpukan paku. Kamu gak pernah ya kayak gini? Belakangan ini aku juga sering melompat."

"Kamu ngejek aku ya?" aku merintih dan merinding. Padahal, pagar nya juga tak cukup tinggi kalau dilihat dari dalam. Mungkin satu meter kurang.

"Oh ya! Nama kamu siapa?"

"Linnea. Panggil aja Lea."

"Mama papamu pasti suka matematika." senyum cowok itu.

"Kenapa emang?" Tanyaku sambil membersihkan lutut.

"Nama kamu linea r sih." Baca: linear

"Ah bisa aja." Kekeh ku. "Kalo kamu?"

"Oh iya aku Farrell!" Tambahnya.

Jadi namanya Farrel ya.

"Kamu kelas berapa?"

"X-IPS-3 lantai 2. Kamu?"

Already FairTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang