Jujur, gue bingung kenapa semua orang selalu mengagung-agungkan pernikahan?
Okelah, pernikahan itu memang sakral. It's the unity of love, and the decision to have a life long commitment with the your one and only partner.
Tapi yang gue tidak mengerti adalah sekarang seakan-akan orang mempunyai bahwa pernikahan itu sama saja dengan segalanya. Intinya, kalau loe sudah berusia 25 tahun ke atas, dan masih single, orang-orang akan melihat loe dengan pandangan aneh.
"Mana pacarnya?"
"Loh, masih sendiri aja?"
"Ya ampun, jangan milih-milih, ntar jadinya perawan tua!"
Sumpah, kadang gue bingung kenapa orang-orang itu memiliki rasa ingin tahu yang super tinggi untuk masalah seperti ini. Dan seenaknya menasehati gue dalam hal memilih pasangan. Pernikahan kan cuma sekali, ga mungkin dong, gue nyari calon suami gue segampang gue pilih baju sale di Zara ?
Lagian, memangnya kenapa kalau masih sendiri? Pernikahan juga tidak berarti akan berakhir bahagia kan? Bahagia justru datang dari diri kita sendiri, karena yang menjalani hidup kita, juga kita sendiri. Kenapa mengharapkan pasangan kita untuk kebahagiaan diri sendiri? Doesn't make sense.
Setelah gue mengatakan semua rasional tersebut ke Mami yang menurut gue sangat logis, Mami langsung menjitak dahi gue dan berkata dengan kesal, "Pernikahan itu ga sedangkal itu, Alo! Itu untuk build a family! Buat kamu supaya settle down! Pas tua kamu ga mati sendiri, masih ada yang temenin dia sebelah batu nisan kamu jadi kamu ga gentayangan."
Gue hanya melongo mendengar jawaban Mami.
Oh ya, perkenalkan, gue Halona Lynn Tjahyadi, anak perempuan satu-satunya di keluarga Tjahyadi dan masih single di usia 26 tahun. Ralat, 27 tahun ini. Sial!
Menurut Papi, Halona itu diambil dari bahasa yunani yang berarti lucky. Selama ini gue merasa gue lumayan beruntung untuk hal apapun, kecuali percintaan.
Saat gue masih menduduki bangku SMA, gue menempati peringkat pertama umum selama berturut-turut selama 3 tahun. Semua murid di sekolah SMA gue tahu kalau gue anak yang pintar, rajin dan disayangi semua guru. Dan kukira itu bakal membuatku menjadi nilai plus tapi cowok yang kutaksir malah mencap diriku terlalu cemen sehingga dia sudah menolak pernyataan cintaku yang tidak pernah kunyatakan. Kalau kalian penasaran bagaimana aku bisa tahu, aku mempunyai kemampuan stalk tingkat tinggi -yang menurut gue setara dengan mimikri- sehingga aku tanpa sengaja menguping pembicaraannya degan temannya.
Setelah itu, gue melanjutkan ke universitas ternama di luar negri dan lagi-lagi, gue masih di jalan di tempat untuk masalah asmara. Selama tiga tahun kuliahku, gue mencoba menjadi anak tergaul sekampus dan akhirnya malah cowok-cowok yang tertarik dengan gue hanya cowok-cowok kampret yang kerjaannya hanya dugem di club. Mereka paginya tidur, bangun sore kemudian siap-siap ke club dan party hingga subuh. Mau jadi apa kalau gue jadi pacar mereka? Promoter di Club? OGAH!
Dan sekarang, gue sudah menjabat sebagai senior accountant dalam waktu 2 tahun, dan baru saja dinobatkan sebagai top employee of the year. Kayaknya gue mengalami problema yang mungkin dialami sebagian besar wanita karir di zaman sekarang.
Gue mempunyai karir lumayan bagus, wajah yang menurutku ga jelek-jelek amat, namun hanya satu yang gue kurang. Gue hanya belum memiliki pacar, tapi entah kenapa di setiap acara keluarga atau nikahan teman, gue sudah seperti alien dari planet jomblo.
Iphone gue tiba-tiba bergetar, dan gue langsung dengan cepat mengecek ponselku. Bukannya gimana, tapi di usia gue yang semakin tua dan teman-teman yang kerap mem-posting foto dilamar atau undangan di Instagram, gue hanya bisa rajin berdoa agar diberikan jodoh yang baik.

KAMU SEDANG MEMBACA
Hello, Love (OneShot Collection)
RomanceBerisi kumpulan cerita pendek bertema romance yang ditulis penuh cinta oleh TheJenne :P Beberapa cerita pendek lainnya adalah spin-off dari Head Over Heels for You, Doctor (Completed), dan juga Ex with Benefits (Ongoing). Enjoy!