Segala hal yang berkaitan dengan kehidupan semua sudah ada yang mengatur baik dan buruk , susah dan senang , sempurna dan cacat ,maupun kaya dan miskin. Tuhan mengatur dengan sedemikian rupa untuk umatnya. Tergantung bagaimana manusia itu sendiri menjalani kehidupannya.
Terkadang ada sesuatu hal yang sulit untuk diterima oleh hati pikiran dan keinginan. Memberontak, sedih, luka ataupun tindakan lain sebagai pelampiasan. Namun satu hal yang enggan untuk disadari jika yang terjadi adalah salah satu hal yang sudah ditentukan kemana arah langkah kaki kita kedepanya. Mengiklaskan apa yang telah hilang dan menjaga apa yang masih bertahan.
Senyum kecil terhias di bibir manis seorang gadis yang sedang duduk di bangku terbuat dari bambu panjang hingga bisa diduduki oleh 5 hingga 6 orang. Dengan pemikiran-pemikiran yang telah terlintas tadi dia menyadari jika ini lah jalan hidupnya.
Banyak hal baru ketika ia masuk ke university pada ussianya yang ke 15 tahun , ia tergolong paling muda di antara mahasiswa yang lain . Ia mendapat beasiswa dikampus ini karena ia menoreh banyak prestasi di bidang jurusan yang ia geluti yaitu di jurusan musik . Ia sadar dia bukanlah orang yang sempurna karena itulah ia memilih musik sebagai bidang yang ditekuni. Ia membuang jauh-jauh cita-citanya semenjak ia kecil untuk menjadi seorang pengacara karena ia tahu sangat mustahil untuk mencapainya. Bukan ia menyerah namun keterbatasanya sebagai manusia yang tak sempurna membuatnya mundur teratur.
"Hey",sapa seseorang dari belakang bangku yang gadis duduki itu. Senyum merekah pun terukir indah di bibir gadis tatkala tahu siapa yang menyapanya. Si gadis menepuk bangku disebelahnya tanda mempersilakan duduk.
"Udah lama menunggu? Maaf tadi ada urusan dikit dikantor jadi agak telat datangnya" ungkap cowok itu dengan senyumnya yang memikat dan senyum itu hanya akan diberikan kepada gadisnya ini. Si gadis menggelengkan kepalanya sebagai jawaban.
"Makan yuk! Tadi belum makan siang kan ?" Ajaknya. Belum sempat menjawab ada seruan yang mengagetkan keduanya.
Ooeee ,,aku ikut donk masa Lily doank yang diajak",teriak Mimosa salah satu teman mereka yang entah berantah dari mana asal usulnya mengagetkan keduanya.Eh, eh, eh , aku juga ikut donk " satu lagi sosok cewek cantik sahabat dekat Lily datang dengan cengiranya yang khas. Lily dan Jasmine bersahabat sejak masuk untuk pertama kalinya di perkuliahan ini. Jasmine banyak berperan dalam penyesuaian Lily sebagai mahasiswa baru ,walaupun terpaut 2 tahun lebih tua,Jasmine menganggap Lily seumuran denganya. Kekompakan mereka tidak diragukan lagi dan sifat Jasmine yang protectif terhadap Lily banyak yang menduga kalau mereka ada hubungan darah,padahal tidak sama sekali.
Lily tersenyum, pipi nya menghangat setiap kali dia bahagia melihat satu persatu sahabatnya selalu membuat harinya menyenangkan .
Lily berdiri dan mengaggukan kepalanya tanda setuju untuk makan siang bersama.
"Yesssss"... seru Jasmine dan Mimosa berbarengan. Thistle hanya menghela nafas lelah setiap kali ada kesempatan untuk berdua dengan Lily selalu aja kedua sahabatnya tak pernah hengkang dari pandangan .Sesampai dikantin Thistle pesan makanan untuk dirinya dan Lily. Ia tau betul menu kesukaan gadis itu. Mereka makan dalam diam hanya sesekali dentingan sendok yang menyentuh permukaan piring berirama memecahkan keheningan. Setelah selasai makan mereka ngobrol dikantin, suasana sangat mendukung disekitar kantin terasa sepi, entah karena makan siang sudah lewat atau karena mahasiswa lain enggan ke kantin.
Lily merasakan kedamaian saat kebersamaan,kepedulian,serta canda tawa yang selalu tercipta bersama sahabatnya. Dan ia merasa hidupnya sangaat berharga.Sesekali Thistle mengusap puncuk kepala Lily penuh sayang dalam hati dia berjanji akan menjaga dan menyayangi Lily sepenuh hati. Tak elak perbuatan kecil Thistle terekam oleh Mimosa dan Jasmine ,keduanya melempar senyum penuh arti .
'''''_'''''''
Sore yang cerah ,angin sepoi-sepoi membelai indah kulit yang terlupakan untuk sekedar ditutup. Dengan santai kaki melangkah keluar dari bandara pusat ibu kota, kaca mata yang bertengger cantik di hidung mancungnya menambah kesan jika darah yang mengalir disetiap persendian adalah darah campuran indo-belanda. Kaos putih yang menempel ketat dibadan menunjukan otot-otot yang liat seakan ingin memamerkan kesempurnaanya. Kaki jenjang yang terbalut celana Mark&Spancer hingga selutut menambahkan kesan santai nan maskulin .Bulu-bulu halus dikaki dan tanganya seakan tergoda untuk menikmati sinar matahari di sore itu. Tubuh tegapnya menandakan betapa terjaganya otot itu di gym yang pasti menghabiskan waktu berjam-jam lamanya.
Dengan gerakan cepat dia menoleh kearah kanan, ada seseorang yang menunggunya disana .Instingnya yang selalu peka akan sekitar tanpa dipanggilpun dia sudah bisa merasakan keberadaan seseorang yang mengenalnya.
" it's been so long, how have you been Aster ?, sapa seseorang dengan bersalaman dan di ikuti tepukan pundak oleh keduanya.
Smirk khas Aster yang berbahaya mewarnai bibir merahnya " baik, Daffo ",jawabnya singkat. Sudah tak ada yang kaget dengan sikap dan cara bertutur kata Aster yang terkesan kaku dan irit dalam berbicara. Bukan sombong tapi karena didikan dari kecil yang mengharuskanya demikian melekat dengan kuatnya menjadi kepribadian Aster yang baru .
"Apa kau sudah mendapatkan segala info yang aku ingin kan, Daffo", tanya Aster tanpa menoleh ke arah sahabat karibnya itu.
"Sudah semua, lengkap, terperinci, dan tak akan mengecewakan tentunya", tutur Daffodil sunguh-sungguh.
Bagus , aku sudah tidak sabar untuk melihatnya, kali ini aku sendiri yang akan menangani kasus ini", dengan rahang mengeras dan menyipitkan mata hitamnya ia menekankan jawabanya dengan sungguh-sunguh . Samar Daffodil menganggukan kepala tanda dia setuju .
"""""""""""""
Lily berusaha menggapai buku diperpustakaan yang ditaruh diujung paling atas . Dengan tubuh mungil namun berisi dan tinggi badan yang hanya berkisar 160cm membuatnya kesusahan untuk menggapainya. Dengan sekuat tenaga dia mencoba menjijitkan kaki di atas kursi sebagai tumpuan namun naas sebelum buku dapat diraih kursi oleng ke belakang dan menyebabkan LIly kehilangan keseimbangan badan dan ia pun terjatuh.
Lily kaget dan memejamkan matanya menyiapkan diri untuk mencium lantai perpustakaan. Thistel berlari menyeberangi meja untuk menangkap tubuh Lily namun sebelum sampai meraih tubuh mungil itu , sesosok lengan kuat menangkap tubuh Lily dengan mudahnya. Mimosa dan Jasmine menahan nafas melihat kejadian itu.
Hening....
"Buka matamu",
perlahan Lily membuka mata coklatnya dan mengerjapkanya berkali-kali. Kaget itu yang dirasakan pertama kali .Dia tak jatuh kelantai nafas lega membanjiri dadanya.Namun sesaat kemudian Lily menatap mata hitam sosok yang menangkap tubuhnya penuh dengan kebingungan. Dia tak mengenal orang ini. Terpaku dengan sinar mata itu Lily seolah lupa cara bernafas, Tampan itulah kata-kata yang keluar dari benaknya.
"Apa kabar Lily White Nasution, lama tak bersua?", Aster menyapa penuh desisan disela-sela ucapan itu. Lily bingung kenapa orang ini bisa mengenalnya,menyebut nama dengan begitu fasih dan lengkap. Kebingungan melanda benak Lily. Tanpa disangka Aster melepas tubuh Lily dari rengkuhanya dan menjatuhkan nya dengan mulus kelantai,punggungnya menimpa tumpukan buku yang tak beraturan tata letaknya. Lily meringis menahan sakit punggungnya. Mimosa dan Jasmine terkejut melihat kejadian tersebut.
Aster membungkukan badan dan mendekatkan wajahnya hingga ketelinga lily .
"Kali ini aku tak akan melepaskanmu," Desis aster dengan kejam. Sebagai respon lily hanya mengerutkan keningnya serta menahan malu akan kedekatan mereka . Sembari menahan punggungnya yang sakit, ia bertanya-tanya apa maksud dari perkataan laki-laki itu. Sedangkan Thistle membeku ditempat ia berdiri,menatap horor ke arah aster, aster kembali , itu tandanya hidup lily dalam bahaya ujar Thistle dalam hati.
TBC............................................
KAMU SEDANG MEMBACA
Unspoken Words
RandomSeandainya ku bisa mengungkapkan dengan kata maka akan ku katakan Seandainya ku tau semua permainan ini dendam belaka maka tak kan kubiarkan semua niat mu terlaksana Aku bisa apa? Berucap pun tak kuasa ,sosok mu memberiku warna. Ya, warna gelap d...