Seseorang menutup mataku dengan kedua tangannya dari belakang, ketika aku berada di bangku taman yang sering aku duduki. Biasanya aku berada di sini karena ada sesuatu yang harus aku selesaikan. Tempat ini selalu membantuku menyelesaikan masalah-masalah yang begitu rumit. Itu karena tempat ini sangat nyaman dan teduh. Lalu seseorang itu berkata, “Bisa tebak siapa aku?” telapak tangannya yang sedikit berkeringat dan hangat menekan kedua pipiku dengan erat. Dan meskipun dia merapatkan jari-jarinya agar tidak ketahuan, tetapi aku tahu jika itu dia. Siapa lagi pria yang mempunyai suara halus dengan desahan yang kukenal seperti miliknya. Kami sudah saling mengenal selama dua tahun belakangan ini. Dan itupun karena status kami yang bisa dibilang memiliki hubungan spesial. Dia pria yang baik dan ramah, juga penyayang. Tak aneh jika aku menggilainya sejak pertama masuk SMA ini dan dia bilang dia menyukaiku sejak kami saling bertemu di perpustakaan. Dia berfikir jika aku ini sesungguhnya gadis yang berbeda dan juga polos dengan rambut curly yang berwarna gelap, juga memiliki mata yang bisa dibilang orang-orang akan menyukainya jika aku menatap mereka. “Ayo tebak. Jika tidak mau menebak, kau akan mendapatkan ciuman dariku.” Dia mengancam.
“Itu adalah cara lama Justin,” Aku memegang kedua telapak tangannya yang masih menempel di sekitar wajahku, lalu melepaskannya dari sana. Tangannya halus dan padat, keras, seperti memberitahu jika dirinya adalah lelaki yang tegas. Dan itu memang benar. “Bisakah memakai cara yang baru?” seruku menambahkan.
“Kau akan selalu bisa menebaknya sayang,” Ia mengecup pipiku cepat dan ikut duduk disampingku lalu ia merangkul pinggangku. “Apa yang sedang kau baca?” aku menoleh kearahnya, dari arah samping Justin terlihat begitu sempurna. Lekukkan hidungnya dan dipadukan dengan bibirnya yang tipis dan tidak terlalu tebal itu membuatnya semakin sempurna. Aku terkadang berfikir, aku sangat beruntung mendapatkan lelaki seperti Justin. Selain ia kakak kelasku karena aku berada di kelas 11, ia juga lelaki yang banyak digilai wanita di sekolah. Dan aku pernah memergoki salah satu dari penggilanya yaitu Emily Kelsey yang tengah memasukkan sesuatu di loker Justin. Dan ketika kami membukannya, kami menemukan sebuah bra berwarna merah muda dengan surat diatasnya 'kau bisa memilikiku sayang'. Dia memang cantik, sangat cantik. Tapi itu sungguh hadiah yang paling menjijikan yang pernah aku tahu. Dan itu memang nyata.
“Oh, ini hanya buku sastra.” Aku menutup bukunya lalu memperlihatkan tampilan depan bukunya kepada Justin.
“Jane Austen?”
“Ya, dia penulis buku sastra terkenal.”
“Kau selalu membaca karangannya ya?” Justin mengambil bukuku, lalu membuka-buka halamannya tanpa membacanya.
“Tidak juga. Terkadang aku membaca dari karangan NH Dini.”
Justin mengangguk dan mengembalikan bukunya kepadaku. Ia tersenyum dan mengecupku sekilas dan wajahnya mencoba bersembunyi di balik rambutku. Lalu tiba-tiba aku merasakan panas di sekitar wajahku. Dan itu artinya Justin telah berhasil membuatku hampir mati kutu akibat ulahnya barusan. Lalu ia berkata, “Aku mencintaimu Cali sangat. Dan selamanya”
***
Keesokan harinya semua orang membicarakan tentang acara nanti malam. Ada persembahan dari sekolah untuk murid-muridnya, acara prom night. Dan ketika jam makan siang, semuanya mulai ricuh. Dimulai dari para wanita yang sedang berdiskusi di sepanjang koridor kelas dengan teman wanitanya untuk tampil paling cantik dan memukaukan banyak mata di acara nanti malam. Atau para pria yang ingin terlihat elegan tetapi tidak terlihat kuno. Sekolahku membuat aula menjadi seperti di bar dekat rumahku. Ada lampu kerlap-kerlip seperti bola besar tergantung di tengah-tengah, ucapan selamat datang di bagian depan pintu,dan pernak-pernik lainnya terlihat cantik memenuhi ruangan. Aku bisa bayangkan bagaimana acara prom night nanti malam. Sangat meriah tentunya.