#13

13.5K 456 6
                                    

"ini cuma rekayasa, lo gak usah baper!" Ucapannya membuatku terasa terjatuh. Aku langsung melepaskan pelukan tersebut dan terdiam dengan wajah fake smileku ini, aku hanya tak ingin terlihat sedih di depan siswa yang sedang menonton kami.
"Makasih... aku sayang banget sama kamu." ucap alpha alay dan ia memelukku untuk yang ke 2 kalinya.
"Lo bisa gak kompromi sama gua?" Bisik alpha lagi saat memelukku. Aku hanya mengangguk terpaksa mengikuti nya.

Aku melepaskan pelukan itu "udah ah malu dilihatin." Ucapku dengan sedikit melihat ke arah para siswa yang sedang menonton kita. Wajah mereka ada yang kagum ada pula yang melirik iri ataupun kesal ke arahku. Alpha hanya tersenyum dan menggandeng tanganku.
"Ikut yuk." Ia melirikku dengan senyuman yang aku tau itu rekayasa. Aku hanya mengangguk pertanda 'iya', kita pun berjalan melewati para siswa yang masih melihat kita hingga sampai di sebuah lorong yang cukup sepi, alpha pun sudah melepaskan tangannya dari tangan ku dan ia melirik kanan kiri seperti memastikan tidak ada orang disana selain mereka. Aku hanya terdiam menatapnya datar.

"Gua harap lo gak baper soal tadi dan lo harus inget kita pacaran hanya pura pura, jadi lo jangan ngarep ini beneran!" lagi lagi alpha memasang wajah datarnya seperti biasa.
"Tapi buat apa lo ngelakuin ini ha?" Ucapku dengan nada sedikit ketus, hanya sedikit.
"Lo bakal tau nanti! Dan gua harap lo nanti gak pulang bareng Vino!" setelah itu alpha pergi begitu saja.
"Dasar cowok gila!" Teriakku yang sepertinya tidak akan terdengar oleh alpha, tapi aku salah alpha mendengarnya dan dia membalikkan badan berjalan kearahku. Aku yang kaget diam seketika seperti patung.
"Lo ngomong apa tadi?" Ucapnya datar dengan menaikkan satu alisnya. "Gu..gua gak ngomong apa apa dih." aku memalingkan wajah ke arah lain, berniat menghilangkan gugupku.
"Gua punya telinga bodoh! Gua denger lo ngomong apa tadi!" ia tetap memasang wajah datar yang sedikit mengerikan itu.
"Gua gak ngomong apa apa kali, telinga lo aja yang lagi bermasalah kali. Gua males debat mending gua pergi. Bye stupid" aku meninggalkan alpha dengan wajah yang sepertinya mulai jengkel dengan sikapku.

Aku kembali menuju kelas karna bell masuk sudah berbunyi. kulihat sudah ada Dinda yang duduk di bangkunya matanya sembab, sepertinya dia sedang nangis. Aku mendekatinya.
"Din..." aku memegang pundaknya.
"Belajar nikung dari sapa lo?" ucapnya cukup keras yang membuat anak sekelas menoleh ke arahku dan Dinda.
"Din gua bisa jelasin." aku kaget mendengan lontaran dinda yang cukup membuat sakit.
"jelasin? Apa? Jelasin kalau selama ini lo udah berhasil deketin kak alpha kan?" Dinda benar benar marah padaku, aku bingung harus bagaimana menjelaskan yang sebenarnya.
"Cih... kenapa diem?huh?bingung lo ngerangkai katanya gimana? Gua gak habis pikir kenapa gua bisa punya sahabat tukang tikung kayak LO!" ia menunjukku pas di depan wajahku. Aku merasa bersalah, ini juga salahku yang gak pernah menceritakan yang sebenarnya pada dinda.
"Din plis berhenti bilang gua tukang tikung! lo gak ngasih gua waktu buat jelasin yang sebenarnya, lo cuma liat sekilas apa yang terjadi tanpa lo tau cerita sebenarnya din, dari awal gua juga udah bilang gua gak mau bantuin lo karna..." aku terdiam, 'tidak mungkin aku bilang kalau aku adalah istri alpha, aku harus bilang apa?' ucapku dalam hati. Suasana kelas sangat hening, semua anak menunggu lanjutan dari pembicaraanku tadi yang sempat terputus. Aku bingung, tak lama guru pelajaran Fisika pun masuk kekelas, semua anak langsung duduk di bangku mereka masing masing. Aku menghela nafas lega, karna aku tidak perlu melanjutkan pernyataanku tadi itu. Kulihat dinda mencolek bahu brian, dan mengisyaratkan kalau dinda ingin duduk di bangkunya. Seperti mengerti isyarat tersebut, brian pun pindah duduk di sebelahaku.
"Vino mana? Kok di bangkunya cuma ada tasnya sih?" Tanyaku pada brian sahabat vino.
"rapat osis." Jawab Brian singkat, dia memang terkenal sangat cuek, beda sekali dengan sahabatnya itu. Aku hanya menganggu mengerti, aku berusaha fokus pada pelajaran tapi alhasil aku tetapemikirkan apa yang akan terjadi dengan persahabatanku ini.

Bell istirahat sudah berbunyi, aku memutuskan diam diri di kelas, sama seperti dinda.
"Put tuh ada kak alpha di depan." teriak cindy dari depan pintu. Aku hanya tersenyum dan bangkit, ku lirik dinda sekilas sebelum aku melangkah keluar kelas. kulihat wajah dinda penuh kebencian.
"kok gak ke kantin sih?" Tanya alpha dengan mencubit pipiku gemas.
"Males." aku tersenyum tipis. Alpha memasang wajah bingung dengan jawabanku.
"Kenapa?" Ia menaiki satu alisnya, tingkah yang seperti itu yang membuatnya semakin ganteng.
"ke taman yuk." Aku menarik tangan alpha menuju taman sekolah dan duduk di salah satu bangku taman. Dari tadi mata para siswa tidak luput melihat aku dan alpha.
"Dinda marah." Ucapku singkat.
"Apa hubungannya sama aku?" ucapnya dengan wajah tampa bersalah.
"Dia suka sama kamu." Cukup singkat tapi jelas.
"Ya terus? Aku perduli? Aku gak suka." Ucap alpha cuek.
"Tapi dia sahabatku, aku gak enak, akhiri aja permainan ini." Ucapku sedikit ragu karna gak bakalan mungkin alpha menuruti ku.
"Apa? Ya gak bisa seenaknya gitu dong! Itu urusanmu sama dia, bukan sama aku!" Aku melirik ke arah alpha dengan kesal.
"Lo itu ya..." teriakanku terpotong saat alpha melirikku dengan lirikan membunuh. Aku yang seperti mengerti maksud dari lirikannya itu,"kamu tu ya gak peka!" Ucapku dengan jengkel.
"Nanti tungguin aku basket!" ucapnya sambil melirikku sekilas dan kembali menatap ke arah kolam ikan di depan kita.
"Terserah! Balik ke kelas yuk bell udah bunyi." Aku mulai bangkit dari dudukku dan di susul alpha. aku kembali kekelas tanpa di antar alpha, karna aku menolak diantarnya.

Di tengah perjalanan aku bertemu vino.
"Vino.." teriakku sambil berlari ke arahnya. Vino langsung menoleh dan berhenti menatapku.
"ya?" ia tersenyum, Senyumannya dia itu tulus banget beda dengan alpha.
"Gua gak bisa pulang bareng lo,maaf." Aku menunduk.
"kenapa?" Tanyanya. Aku mendongak melihat wajahnya.
"Aku ada acara masih, lain kali aja ya." Senyuman vino seketika pudar sesaat, dan kemudian ia tersenyum kembali.
"Tak apa, lain kali masih bisa. Ayo ke kelas." Vino menggandeng tanganku menuju kelas, untung saja lorong menuju kelas sepi karna yang lain lagi pelajaran.

Sesampainya di kelas.
"Kok kalian gandengan sih? Put kasihan kak alpha loh." Ucap talia teman sekelasku. Mendengar itu langsung ku lepas tangan vino yang menggenggamku.
"Sorry." Ucap vino.
"gakpapa kok." Ucapku dengan tersenyum.

Bell pulang pun berbunyi. Aku masih diam di kelas hingga kelas tersisa aku dan vino. "Kok gak pulang?nungguin sapa?" Tanya vino berjalan mendekatiku. aku menoleh ke arahnya.
"Kamu sendiri? Kenapa gak pulang?" Tanyaku balik padanya.
"aku nunggu kamu, kasihan kalau sendiri." Ia tersenyum kembali.
"Haha... tenang aja kali, aku duluan ya." Ucapku bangkit meninggalkan vino menuju lapangan basket.

Aku lihat alpha dan teman temannya sedang asik bermain basket. Aku duduk di kursi yang tersedia di sana. Aku mengotak atik hpku bosan.

Sudah hampir 1 jam an aku menunggu, alpha pun selesaindan berjalan ke arahku meninggalkan teman temannya.
"Ayo pulang." Ucapnya cuek dan tetap berjalan pergi dari lapangan. Aku hanya mengikutinya sampai parkiran. Aku masuk ke dalam mobil nya tanpa berkata apa pun. Sekilas aku melihat masih ada sepeda vino di parkiran, tapi aku tidak melihatnya tadi, terakhir aku lihat di kelas tadi.
"oii." alpha menyadarkanku ku dari lamunanku.
"Apa? Jalan cepet!" aku melirik malas ke arahnya.
"gimana mau jalan tuh pintu belum lo tutup bego!" aku spontan melirik ke arah pintu mobil, dan benar saja pintunya belum aku tutup. Aku langsung menutup pintu itu tanpa berkata apa pun.
"Mikirin apa seh lo?" Tanya alpha sambil menjalankan mobilnya.
"Bukan urusan lo!" Jawabku, dan alpha pun diam tak bertanya lagi.

***
banyak typo ya?maaf
Vote & koment ya :v
Makasih....
Baca terus ceritanya :D

ME AND YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang