Dear Future Husband

1.6K 97 10
                                    

Dear My Future Husband,

Hi. Rasanya tidak sabar saat menunggu kamu datang dan menjabat tangan ayahku waktu itu. Sedangkan aku dulu memiliki prinsip yang dipertahankan, no pacaran before married. Aha, kamu mungkin bertanya-tanya dulu kenapa perempuan yang pemikir bebas seperti aku bisa berprinsip seperti itu. Tapi, ini semacam panggilan hati yang tidak bisa diabaikan. Apalagi aku bukan orang yang mudah memandang lelaki dan jatuh cinta.

Aku tahu proses yang kita lalui sampai kamu bisa menjadi suamiku cukup sederhana. Saat kamu hadir dan menjadi bagian dari hidupku yang direstui Allah dan Orangtua, maka aku akan berusaha menjadi istri yang selalu setia dan patuh kepada kamu. Kamu membelengguku dengan kedewasaan dan kasih sayang yang kamu miliki, karena itu yang akan menahanku agar tidak membangkang kepadamu. Aku suka kamu yang mendominasi dan menuntunku dalam hubungan ini, tetapi tidak membiarkan hidupku terkekang.

Sebelumnya aku berlomba untuk memperbaiki diri. Aku ingin keseimbangan dalam ibadah dan perilaku. Sehingga Tuhan berbaik hati memberikan kamu calon suamiku yang terbaik. Karena perempuan baik-baik untuk laki-laki baik dan laki-laki baik untuk perempuan baik-baik. Aku yakin kamu mampu menjadi nahkoda di keluarga kecil kita. Kita menjadi sahabat hidup yang saling melengkapi, membesarkan buah hati kita dalam rindangnya kasih sayang, dan sukses mempertahankan kepercayaan. Karena rasa percaya itu yang sangat sulit dibangun, jika pernah dihancurkan.

My future husband,

Tanggungjawabku tidak putus ketika menikah dengan kamu, tapi tanggungjawabku terasa ringan bersamamu. Boleh aku membangun karir di atas izinmu? Aku memiliki Orangtua dan adik laki-laki yang usianya 11 tahun lebih muda dariku. Aku memiliki tujuan besar untuk mereka. Orangtuaku hidup nyaman tanpa memikirkan materi dan adikku bisa bersekolah hingga ke jenjang yang tinggi. Karena adikku calon imam, banyak yang harus ia persiapkan. Pasti kamu mengerti. Aku ingin melayani mereka lewat jerih payahku sendiri, bukan karena niat mengabaikanmu.

Mari kita semakin menyatukan keluarga besar kita. Kamu mencintai keluargaku dengan tulus dan ikhlas, aku mencintai keluarga kamu sepenuh hati. Ketika aku bertemu ayah dan ibumu, kami bisa berinteraksi dengan nyaman. Kami seakan pasangan anak dan Orangtua kandung. Terkadang kamu sedikit cemburu, tapi aku tahu kamu bahagian melihat kedekatan kami. Aku dan ibumu, kami sering melakukan banyak hal menyenangkan bersama. Memasak, ngobrol, dan belanja. Saat menulis ini jujur hatiku diliputi rasa haru.

I'm so sorry,

Selama ini aku tidak terbiasa dengan pekerjaan rumah. Aku benar-benar tidak bakat dalam hal mencuci baju, menyetrika, dan mengepel lantai. Biasanya di rumah aku hanya mencuci piring sendiri dan membersihkan kandang kucing persiaku. Selesai. Jadi maafkan aku karena rezeki kita lebih, aku meminta izin kamu untuk mempekerjakan ART. Okei?

Aku suka memasak. Tapi kamu tahu tahu aku tidak bisa membuat masakan nusantara. Kamu pun tidak menuntut banyak soal makanan. Kamu menghargai usahaku untuk membuat perut kamu kenyang sesuai apa yang kamu inginkan. Karena di dalam rumah tangga ini, aku pun harus belajar lagi dan lagi.

Hubby,

Kamu biasa saja saat aku dijuluki Drama Queen oleh teman-temanku. Bersama mereka dan orang terdekat, aku menjadi si humoris yang suka tebar senyum di sana-sini dan kamu memakluminya. Ketika bersama kamu yang tidak banyak bicara, aku jadi lebih manja. Kamu selalu mendengar ketika aku mulai cerewet dalam bercerita. Mata kamu tidak lepas dari mataku, mengatakan kalau apa pun yang aku katakan kamu pasti mendengarkan. Itu yang aku suka. Kamu tidak marah saat aku rewel karena kegerahan. Dan kamu cuma geleng-geleng kepala saja melihat aku yang jago ngerumpi. Saat kamu menikahiku waktu itu, kamu bilang kesiapan diri kamu untuk meminangku sudah bulat. Kamu tahu aku pencinta uang dan sebabnya. Dan yang buat aku terpana saat kamu mengatakan sanggup menafkahiku lebih dari cukup secara tegas dan penuh kedewasaan diri. Kamu tahu kelemahanku dengan baik, menyebalkan. Aku suka lelaki yang umurnya di atasku dan kamu menang atas itu.

Terkadang mungkin kamu jengah melihat betapa aku menyayangi 15 laki-laki yang ikut memberikan kebahagiaan dalam hidupku. Kamu bilang aku tidak perlu susah-susah meminta pengertian kamu. Karena kamu paham kalau mereka tidak hanya sekedar idolaku. Kamu luar biasa sabar dengan sifat nyentrik-nya istri kamu ini. Jangan kapok ya sama aku, katanya cinta itu terima setiap kekurangan dan kelebihan pasangannya? Aku percaya kamu bisa (senyum iblis).

Come and see me,

Banyak yang sejujurnya ingin kutuliskan di curahan hati untukmu ini. Tapi terlalu berlebihan jika aku mengungkapkan semuanya. Aku mau kita duduk berhadapan, berdua, dengan mata bertemu mata. Itulah waktu yang tepat untuk menyatakan harapan dari kejujuran hatiku untuk kamu. Aku bukan tipikal perempuan yang kuat menangan tangisan, tidak apa bila air mata ini terus merebak sementara bibir menuturkan setiap harapan kepadamu?

Tidak hanya kamu yang belajar memahami setiap sisi dalam diri ini. Aku tidak berbeda dengan kamu, ingin aku bisa membaca setiap sisi yang kamu tampakkan maupun kamu sembunyikan. Agar aku bisa menempatkan diri secara baik di sampingmu. Jika kita dapat berada di dalam ikatan pernikahan, itu artinya aku percaya kamu pantas mendapatkan segala kepercayaan dan kesetiaanku untukmu. Ayah telah membiarkan putrinya ini berada dalam genggamanmu. Jadi jangan biarkan itu menjadi abu, buat keduanya semakin tinggi dan kuat jalinannya. Dan ketika iblis menggelitik untuk menguji kita, hanya rasa kecewa yang ia dapatkan. Kita bersama-sama membangun surgaNya di tengah dunia yang ditinggali beribu pesakitan.

Waktu mengejar kita tanpa henti,

Setiap ujian di dunia silih berganti,

Aku berusaha menjaga diri di sini,

Kuharap kamu di sana membangun kesiapan diri.

Teruntukmu nanti,

Kita tunggu bersama-sama,

Karena jodoh pasti bertemu.

Liza Astrid. P
170516

Dear Future HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang