Selamat pagi calon imamku...
Sedang apa kamu disana? Apakah kau juga sedang memperjuangkan aku agar kelak kita dapat bertemu nanti?? Ini yang pertama yang kubuat khusus untukmu, yang namamu saja masih dirahasiakan Allah.
Dear, jodoh dunia akhirat yang kusebut dalam setiap doaku...
Bismillah saja semoga pilihanku kelak nggak meleset ya, kamu bisa jadi yang terbaik untukku, hidupku, Agamaku dan juga keluarga kecil kita kelak. Berlebihankah aku ini? Kuharap tidak.
Aku tahu, aku bukanlah wanita berhati malaikat yang kalau diduakan bisa legowo, yang ketika aku dikhianati aku mampu untuk menerima, dan ketika bohongi aku bakal diam seribu bahasa. Sungguh... aku tak bisa seperti itu. Aku hanya mirip dengan wanita-wanita diluar sana yang cerewet, keras kepala dan realistis mungkin sedikit matre sih (abaikan kata yang belakang). Hahaha... Tapi, bukankah diluar sifat negatif selalu ada sifat positif juga? Semoga kamu yang bisa "melihat" sifat positifku itu.Dear, calon imamku yang namanya sudah tertulis di Laud Mahfudz..
Meskipun namamu masih dirahasiakan Tuhan, ku harap kelak kita bisa bertemu sekalipun jarak kita terpisah ribuan mil atau hanya puluhan kilometer. Semesta itu selalu baik bukan? Dia selalu mampu mempertemukan dua insan yang kadang justru diluar pikiran kita. Mungkin aku berlebihan jika menginginkan sosokmu. Sosok yang mampu membimbingku menuju jalan kebenaran (karena kenyataannya aku memang sedang tersesat dan belum tau arah jalan pulang)*halah ngutip nyanyian*, sosok yang mampu menopang kala aku lemah, atau sosok dengan nilai plus lainnya. Tapi kurasa Tuhan pun tau, dia selalu mengirimkan orang yang baik setelah mengirimkan beberapa orang yang salah kan?Dear calon suamiku yang namanya saja masih dirahasiakan Allah...
Kuharap kamulah sosok itu, iya kamu.. Sosok yang mampu menguatkanku agar menjadi lebih baik lagi, lagi dan lagi hingga saat nanti maut memisahkan kita.. Kuharap itulah kamu orang yang mampu membuka pikiranku tentang sebuah pernikahan. Bukan.. Aku bukanlah salah satu orang dari penderita Gamophobia. (Kamu tahu kan gamophobia itu apa? Kalo nggak tahu, tanya om google biar dijelasin lengkap). Tapi yang jelas buatku pernikahan itu suci, aku hanya terlalu takut menodainya dengan segala sifat burukku ini. Kuharap kamulah yang bisa membuatku "meleleh" meskipun hanya mendapat sapaan tak romantis dari kamu. Ah, kuharap kelak aku bisa menemukan sosokmu itu. Iya, kamu yang kelak menjabat tangan ayahku seraya berkata "Qobiltu Nikahaha wa Tazwijaha alal Mahril Madzkuur.... ". Yang nanti juga akan menanggung segala dosa yang kuperbuat ketika ku tak menutup aurat, meninggalkan sholat juga sederet kelalaian lain yang entah kusengaja atau tidak.
Kamu tau? Banyak yang bertanya padaku tentang "kapan menikah?" Dan hanya kujawab dengan sedikit senyum " nanti.. Tunggu calon imamku ngekhitbah" padahal dalam hatipun aku ngedumel "gimana nikah kalo calon lelakinya masih belum tau". Aku juga berharap ketika ada pertanyaan itu muncul kembali suatu hari aku sudah memantapkan hati dengan menyebut sepenggal nama kamu sebagai jawabannya..Dear, kamu.. Yang mungkin juga sedang berjuang menjadi lebih baik sama sepertiku saat ini agar kelak ketika kita sudah siap bertemu dan bisa bersama menuju Jannah-Nya.. Mungkin terlalu bertele-tele ya dengan tulisan recehku ini.. Jadi gini aja lah..aku udah capek juga nulisnya.. Intinya, aku nunggu kamu calon suami masa depanku, aku ingin kata "kamu dan aku" menjadi kita. Aku butuh kamu yang bisa jadi imam dalam segala hal dengan resiko aku harus menjaga segala kepercayaanmu. Aku berdoa engkau adalah kado terindah yang dikirim Tuhan khusus untukku. Aku mau kelak kita bisa menuju surgaNya bersama-sama. Dan aku harap segala ikhtiarku ini tak akan sia-sia...
Sincerely Yours,
Seseorang yang menunggumu dengan penuh harap
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Future Husband
General FictionDear my future husband yang masih dirahasiakan oleh Tuhan Cuma tulisan receh yang pengen nongol di dunia orange dan ikut project #dearbelovedones kategori #dearfuturehusband