Antara Mars dan Venus

139 4 0
                                    

  (Sebenernya ini buat portfolio wawancara takut ditanya atau minta cerita lain. Tulisan ini juga saya terjemahkan ulang dari buku tulis SMA untuk tugas bahasa Inggris dengan judul sebelumnya adalah Mengapa planet Mars dan Venus berjauhan? (Why mars and venus parted?) )

=======================================xxxxxxx============

Pada suatu masa di negeri Bintang—

Negeri dengan indah kerlap-kerlip kejora dengan awan seperti kapas. Penghuni langit, alien semua hidup dengan damai. Begitu dengan planet-planet. Mereka hidup berdampingan dengan bintang-bintang. Raja alam semesta, Krisho mempunyai sembilan anak. Satu perempuan dan delapan laki-laki.
Mereka adalah Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Jupiter, Saturnus, Uranus, Neptunus, dan Pluto. Di sela-sela malam, Raja Krisho memerhatikan anak-anaknya sedang bermain. Ia hanya geleng-geleng melihat polah anak-anak yang sudah besar hingga dapat mengorbit Matahari. Ritual keharusan untuk peralihan dari balita ke anak-anak.
"Anak-anak, ayo tidur!" seru Raja Krisho menggiring mereka ke kamar masing-masing.
"Tapi, Ayah—" sahut Merkurius enggan masuk kamar.
"Ayolah Nak, besok kamu harus belajar lagi untuk mengorbit matahari."
"Aku tak mau!"
"Tidur sekarang atau Ayah tak akan memberikan kau makanan kesukaanmu!"
Suara Raja Krisho menggelegar hingga anak-anak planet lucu bertubuh bulat itu menggelending masuk ke kamar masing-masing dalam galaksi bima sakti. Dayang Aurora, salah satu pengasuh di Istana menggiring mereka tidur.
"Huh, Ayah jahat!" seru Venus. Wajahnya cemberut. Dialah anak perempuan satu-satunya dalam kerajaan planet. Ia cantik dan paling bersinar di kala malam hingga banyak planet lain ingin berteman dengannya.
"Hey, Venus tidak boleh begitu. Ayo tidur." Bimbing Dayang Aurora memutar Venus seperti bola ke ranjang.
"Tapi Kak,"
"Sudah, ayo tidur. Nanti Ayah marah kalau kau tidak tidur, Venus sayang."
"Huh—"
Venus mendengus lalu menyelimuti tubuh dengan selimut Milky Way. Cahaya terang berwarna putih bercampur kehitaman terpancar dari kamar Venus. Venus memejamkan mata lalu tidur nyenyak. Sementara tugas Dayang Aurora masih banyak untuk menidurkan semua anak-anak. Jika tidak, bisa-bisa sang Raja akan marah dengannya. Seusai anak-anak tidur, Dayang itu kembali ke kamarnya untuk beristirahat.
Di Pagi Hari—
Para anak-anak planet telah bangun. Mereka duduk di meja masing-masing untuk menunggu Sarapan dengan roti sandwich berisi irisan potongan bintang kecil buatan Dayang Aurora. Namun, tak sengaja Mars menumpahkan minuman di meja membasahi tubuh Venus.
"Mars, apa-apaan kau ini!" Mata Venus melotot. Mars ketakutan. Merkurius dan yang lain mencoba menenangkan pertangkaran adik dan kakak mereka terutama Bumi, Jupiter, Saturnus dan Uranus.
"Sudahlah, Mars kan tak sengaja. Kenapa harus marah?" tanya Bumi.
"Jelas aku marah. Dia menumpahkan minuman padaku!" Venus mendelik. Bibirnya cemberut pada Bumi,adiknya.
"Venus kan masih kecil Kak. Tak sengaja itu wajar, bukan?"
Bumi menjadi penengah tapi usahanya sia-sia. Venus tak mau memberi maaf pada salah satu adiknya. Ia tetap keras kepala tak memaafkan Mars. Sementara Mars menangis keras hingga membuat Dayang Aurora kaget dan berlari dari dapur ke ruang makan.
"Anak-anak, ada apa ini?" tanya Dayang.
"Mars nakal, Dayang!" Venus menunjuk Mars yang sedang menangis tersedu berada di pelukan Bumi dan Jupiter.
"Kenapa tubuhmu basah?"
"Mars menyiramku! Aku sebal!"
Suara Venus menggema, ia benar-benar tak suka dengan sikap Mars yang tak bertanggung jawab. Padahal hari ini, ia sudah ada janji dengan Planet Kepler untuk bermain. Dengan tubuh basah? Bagaimana Venus bisa bermain?
"Mars—, benarkah itu?" tanya Dayang.
Mars tak menjawab. Matanya merah, mengembang. Ia tak mau bicara. Hanya diam depan adik dan kakaknya.
"Mars, ayo jawab,"
Mars tetap diam. Kemudian, ia berteriak, "KALAU KALIAN TAK SUKA PADAKU LEBIH BAIK AKU PERGI SAJA!"
Mars melepaskan pelukan Bumi dan Jupiter. Ia menangis tersedu lalu berlari menjauhi ruang makan istana. Uranus, Neptunus, Pluto mencegah Mars pergi. Akan tetapi, Mars tak mengindahkan tangisan ketiga adiknya. Ia tetap pergi meninggalkan ruang makan entah kemana. Dengan sedih, ia keluar dari istana.
"Kenapa Kak Venus marah padaku? Padahal aku tak sengaja. Hiks—"
Mars bersembunyi di hutan galaksi. Ia meraung sambil menitikan air mata. Merasa perlakuan tak adil diterima dari salah satu Kakak padanya. Ia merenung selama mengorbit matahari di luar istana. Dalam hati, anak planet itu ingin menjauh. Tapi, ia ingat semua kenangan Venus bersama dengannya. Mars dan Venus sangat akrab. Bahkan Mars sering meminta ajari untuk menjelajahi galaksi bima sakti dengan benar, serta bernyanyi bersama di langit. Semuanya...telah berubah.
Mars melamun di sela-sela kepergiannya. Bagaimana dengan kehidupan istana tanpanya? Ia ingin pulang, tapi tak tahu arah jalan untuk menuju istana. Mars tersesat, menangis meminta tolong agar ia bisa pulang dari hutan galaksi. Ia menyesal telah membentak Dayang, adik dan kakak dengan memilih pergi. Ia ketakutan dalam gelapnya hutan galaksi. Makhluk-makhluk aneh penghuni hutan berkeliaran. "Ka...kak, aku takut."
Mars menangis semampunya berharap ada yang mencari dan menemukannya. Siapapun itu. Jika Venus yang menemukan, ia akan meminta maaf karena dia tanpa sengaja menyiram minuman ke tubuh Venus.
"Kak Venus, hiks—"
Tangisannya makin menjadi membuat suara raungan keras menggema di seluruh hutan. Para makhluk hutan mengelilingi dirinya. Ia mundur dan berteriak,
"ARRRGH!!"
Memejamkan mata lalu,
"Mars, kau kah itu?" tanya seorang anak perempuan menarik tubuhnya dengan sabuk dari planet Saturnus.
Suara yang dia kenal. Sabuk itu menariknya menjauh dari hutan galaksi. Suara yang amat ia rindukan bersama suara "Ba...ba...ba..." dari kejauhan. Tubuhnya terpental seperti ketapel melayang terhempas di udara.
"WAAA—"
Mars menutup mata merasakan angin berhembus menyentuh tubuhnya, melintasi seluruh alam semesta hingga sampai ke istana.
"Brrukk!"
Ia terjatuh di taman istana. Tubuhnya terdapat benjolan di bagian atas tubuh Mars. Ia mengusap bagian yang benjol sambil berlari ke istana. Di dalam, semua telah menunggu termasuk Dayang, Venus serta Raja Krisho.
"Kemana saja kau, Nak?" Sang Raja terlihat khawatir dengan keadaan Mars. Keadaan dengan benjol dan berantakan.
"Aku—"
Semua menunggu Mars bicara. Kemudian, Mars berlari ke arah Venus yang menyambutnya dengan tangan terbuka. Ia terharu adiknya telah kembali. Perasaan kuat membimbingnya bersama Saturnus pergi ke hutan galaksi dengan mengumpulkan nyali. Konon katanya, hutan galaksi adalah tempat paling seram yang pernah ada hingga semua tak bisa kembali atau—
Terhisap di dalamnya.
"Ka...kak..."
Mars berlari memeluk Venus erat. Ia meminta maaf karena telah nakal dan menumpahkan minuman pada tubuh kakaknya. Ia tersedu dan berjanji tak nakal lagi. Venus memaafkan Mars membuat suasana istana kembali mengharu biru. Raja Krisho terharu melihat perkembangan anak-anaknya. Sebuah awal baru mengawali keluarga kerjaan. Anak-anak planet telah bertumbuh besar, bukan balita lagi untuk bertanggung jawab dengan kesalahan serta saling memaafkan.
Raja Krisho melirik Dayang Aurora yang manis. Raja tersipu melihat senyum Dayang Aurora. Ia bersyukur mempunyai Dayang setia untuk mendidik anak-anak planetnya mempunyai sifat pemaaf dan bertanggung jawab akan kesalahan.
"Terima kasih, Dayang—" katanya.
"Sama-sama, tuanku Raja Krisho," sahut Dayang memerhatikan semua anak asuhnya di ruang istana.
Bunga-bunga langit bermekaran di taman seakan menandai akhir kisah dari pertengkaran Kakak-adik dalam alam semesta. Sang Dayang menemani mereka bermain bersama sang Raja,
"Dayang?"
"Ya, tuan?"
"Maukah kau—"
Lidah Raja Krisho mendadak kelu. Ia bingung, mengapa tak bisa mengatakan perasaan pada Dayang Aurora? Dayang imut yang membuat hatinya berbunga-bunga semenjak anak-anak planet masih bayi.
"Maksud anda?" Dayang Aurora heran.
"Maukah kau mendampingiku...selamanya?"
Dayang Aurora tercengang. Bagaimana bisa Raja Krisho berbicara dengan orang biasa sepertinya? Dayang Aurora sendiri tahu, Raja Krisho adalah makhluk paling di segani di jagat raya. Dia juga begitu tampan dan bersinar lebih dari bintang kejora di alam semesta dengan rambut kuning bersama mahkota menghiasi kepalanya.
Ia tak menjawab. Hanya sebuah anggukan menyetujui serta mengikat janji untuk mendampingi kerajaan hingga anak-anak planet bertumbuh dewasa di jagat raya diiringi dengan nyanyian peri semesta.
"Dayang!" Panggil Mars dan Venus bersamaan.
"Ya?"
"Ayo kemari,"
"Baiklah, tunggu!"
Aurora berlari mengangkat gaunnya menghampiri Venus dan Mars diikuti Raja Krisho. Mars dan Venus tersenyum jahil. Tak lama kemudian, mereka bicara, " Ayah kok ikut?"
"Itu—" Raja Krisho nyengir.
"Dayaang, mau tidak jadi ibu kami?"
"Ibu?" Dahi Aurora mengeryit.
"Karena Dayang, kami jadi baikan." ledek Mars dan Venus dibarengi anggukan planet lain.
"Iya, Dayang jadi ibu kami saja." sahut Merkurius.
"Aku setuju—" ujar yang lain.
"Tapi...tapi—"
Wajah dayang memerah. Ia malu. Sejak kapan anak-anak mulai bersikap seperti itu? Pipinya merona seperti buah stroberi segar. Raja Krisho juga merona wajahnya seperti tomat. Sepertinya anak-anaknya setuju untuk menjadikan Dayang Aurora sebagai ibu mereka.
"Dayang, maukah kau—"
"Cukup tuan!" cegah Aurora. Dirinya berujar, "Saya sudah tahu. Tentu saja saya mau menjadi ibu dari kesembilan planet cantik dan tampan seperti anda tuan."
"Benarkah?"
"Ya," Aurora mengangguk.
Sorak-sorak kesembilan planet mengaung dalam istana. Tak menyangka pertengkaran Venus dan Mars membuahkan hasil untuk menyatukan mereka kembali dan mendapatkan (calon) ibu baru tentunya. Hihihi—
Mereka berpelukan bersatu padu membangun istana yang harmonis walau masih terbesit pernyataan, "Antara Mars dan Venus."
"Dayang, terima kasih telah mengajarkan kami arti kebersamaan serta rasa tanggung jawab dan memaafkan."
"Sama-sama," Dayang Aurora tersenyum merangkul semua anak-anaknya bersama dengan Raja Krisho.
Antara Mars dan Venus—,
Sebuah pertengkaran dua planet kecil berakhir manis seperti permen kapas di Galaksi Bima Sakti.  

Antara Mars dan VenusWhere stories live. Discover now