Menunggumu, adalah sebuah kepalsuan bagiku.
Berharap komitmen itu akan kembali, adalah kemustahilan untukku. Malam ditepian rinduku, menatap langit dalam senandung tiap do'a. Menjawab semua tanya yang kau beri, adalah ketidak wajaran bagiku. Membahagiakan dirimu adalah cita-citaku saat itu hingga sekarang...
Ketika bait-bait cinta kau lontarkan, ketika itu pula aku belajar untuk menerima sebuah hujaman keras. Ketika sebuah jarak tak menyempatkan memberikan sebuah celah, aku hanya berharap suatu ketika nanti celah itu lah yang membiarkan kita menikmati Indahnya komitmen dalam sebuah jarak. Ketika senyuman tak lagi terpatri dalam sejuk teduh wajahmu, aku akan memilih untuk pergi karena aku yakin akan datang seseorang yang dapat membuatmu lebih ahli dalam membuatmu tersenyum Indah. Ketika sebuah pendiaman satu sama lain tengah berlangsung, ketika itu pula aku belajar untuk tidak menangis dan berusaha tegar agar aku tak kau anggap cengeng ! Tapi, ingat.. Ketika kamu disana sedang berusaha menjauh atau bahkan mencoba menghilangkan komunikasi antara kita, aku menjauh bukan tak merasa peduli atau bahkan hendak melupakan. Karena aku merasa, kamu terlalu baik untuk aku, yang buruk ini atau aku yang terlalu buruk untuk, kamu yang baik itu. Percayalah, sikap saling mendiam tak dapat dengan mudah membuahkan hal yang positif. Sungguh, sebuah kabar memang berharga. seperti yang pernah aku katakan " Jika aku membuatmu lalai kepada-Nya, terhadap orangtua mu, dan terhadap pekerjaan mu sebagai seorang pelajar.. Maka TINGGALKAN aku KARENA-NYA.. Tetapi jika memang aku dapat membuat lebih taat kepada-Nya, lebih taat terhadap kedua orangtuamu, dan dapat menjadi seseorang yang memotivasimu.. Cukup bagiku, Kamu mempertahankan ku, bukan menjauhiku tanpa alasan. Mungkin ini hanya sebatas perasaanku, tapi karena aku adalah Wanita yang terlalu memakai perasaan dalam segala hal.
Bahkan hingga sejauh ini, Alasanku masih sama seperti waktu itu
