Ketika Kaito Sial

297 27 10
                                    

Vocaloid © Crypton Future Media Inc., Yamaha Corp., etc.

Mungkin, ini adalah hari paling memalukan yang pernah Kaito alami. Pertama, Kaito terlambat pergi ke sekolah- salahkan Taito yang dengan seenak jidatnya menggunakan kamar mandi begitu lama hanya karena isengnya kumat. Kedua, apa yang terjadi pada angkutan umum? Kenapa tidak ada bus yang lewat sama sekali ketika Kaito sedang terburu-buru? Ketiga, ia harus berlari ke sekolah demi mengejar waktu. Bayangkan! Kaito berlari dari rumahnya ke sekolah tanpa jeda sedetikpun! Kalau jaraknya tidak terlalu jauh sih tak masalah. Masalahnya jarak yang harus Kaito tempuh itu sekitar dua stasiun! Jelas saja Kaito langsung kehabisan nafas begitu tiba di sekolah.

Belum berakhir di sana kesialan Kaito hari ini. Saat Kaito sampai rupanya kelas 12 diliburkan karena suatu urusan. Dan lebih parahnya lagi adiknya- Taito -lewat di hadapannya seraya melayangkan cengiran tanpa dosa dan melambaikan tangannya sambil berkata.

"Maaf ya mas Kaito, aku lupa bilang kelas 12 hari ini libur. Hahahahaha..." dan pergi begitu saja sambil merangkul sobatnya- Lui.

Kaito patah hati, Kaito merasa dikhianati, Kaito lelah, Kaito tuh nggak bisa diginiin.

Dengan berat hati dan kaki yang pegal-pegal, Kaito beranjak pergi ke kantin. Malas segera pulang ke rumah, persetan dengan tatapan adik kelasnya yang bingung melihat Kaito di sana. Kaito sudah tidak peduli, pulang nanti Kaito bersumpah akan mengemasi barang Taito dan mengusir setan ungu itu dari rumahnya. Kalau perlu sekalian saja Kaito kirim anak itu ke rumah kakaknya di Oita.

"Wah, dek Kaito kok masuk? Ada kegiatan klub ya? Tapi bukannya kelas 12 harusnya persiapan ujian?"

Kaito menoleh dengan gerakan patah-patah ke arah sumber suara, mendapati Prima- si penjaga kantin -tengah menuangkan teh ke dalam gelas kecil entah untuk siapa. Kaito menatap Prima lelah, rasanya ingin sekali Kaito menangis sambil memeluk sang penjaga kantin lalu mencurahkan segala unek-uneknya tentang sang adik.

"Saya korban pehape, mbak." Katanya.

"Lho, pehape gimana, dek?" Prima meletakkan gelas berisi teh manis ke hadapan Kaito- gratis untuk orang yang sedang galau.

"Ya gitu mbak, pehape, pehape banget."

"Mbak nggak ngerti lho maksudnya."

"Pehape mbak."

"Iya, iya pehape gimana?"

"Taito pehapein saya mbak."

"Iya, dek Taito peha- HAH? APA? DEK TAITO PEHAPEIN KAMU DEK? KAPAN KAMU NEMBAKNYA? SAUDARA SENDIRI LHO DEK."

"Apa sih mbak? Nggak ngerti deh."

"Itu dek Taito pehapein kamu maksudnya gimana?"

"Dia nggak ngingetin aku kalau kelas 12 hari ini libur, padahal aku sudah capek-capek lari 2 stasiun ke sini. DASAR ADIK BIADAB."

"YAH DEK GELAS MBAK KOK DILEMPAR?!"



Kaito membuka pintu rumahnya dengan lesu. Dalam hati berdoa agar kesialannya tidak bertambah. Namun rupanya dewi fortuna saat ini sedang tidak berpihak padanya. Karena begitu dirinya membuka pintu yang ia dapati adalah sosok serba merah yang sedang mengutak-atik telepon.

"Lagi apa kamu?" Tanya Kaito sinis.

"Nggak sopan kamu, abang sendiri juga. Lagi benerin telepon tadi jatuh." Balas sosok merah yang mengaku sebagai kakaknya itu.

"Ngapain di sini?" Kaito masih bertanya dengan sinis.

"Janjian sama temen di deket sini besok, yaudah sekalian aja janjian di rumah."

Ketika Kaito SialTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang