Pagi yang cerah ini Laily atau yang biasa dipanggil Ily, seorang gadis yang masih duduk dibangku sekolah menengah atas ini menjalani rutinitasnya yaitu berangkat ke sekolah dengan diantar oleh pamannya. Setelah sampai di gerbang sekolah, ia turun lalu berpamitan dengan pamannya. Ia memasuki gerbang dengan senyuman indah yang terpampang di wajahnya sangat lebar.
"Kelihatannya lagi senang nih?" salah satu satpam sekolah meledek Laily.
"Hehe. Iya nih pak." jawab Laily dengan wajahnya yang tiba-tiba merona.
"Ada apa nih?" tanya sang satpam penasaran.
"Ada deh... Hehehe, sudah ya pak sebentar lagi bel masuk."
"Oke."
Laily meninggalkan satpam tersebut dan berjalan menuju kelasnya. Setelah sampai ia menyapa seluruh isi kelas, teman-temannya sudah banyak yang datang. Ada yang sedang mengerjakan tugas rumah, ada yang sedang mengobrol, bercanda tawa. Laily duduk di bangku paling depan, dan dia duduk dengan Dinda-salah satu teman dekat Laily-.
"Ly, sudah mengerjakan PR matematika?" tanya Dinda setelah Laily meletakan tas nya di bangku dan duduk disampingnya.
"Sudah dong."
"Hmm, bagus. Aku juga sudah. Mana Tian? Biasanya jam segini dia sudah mengantarkan susu untukmu." Dinda menanyakan Destian kekasih dari Laily yang setiap pagi memberikan susu untuk Ily.
"Sebentar lagi mungkin." Sejak tadi juga sebenarnya Laily sedang menunggu Tian datang.
Tak lama setelah dibicarakan, Destian datang dari arah kantin menuju kelas Laily membawa dua buah susu dikedua tangannya. Yang satu untuk Laily dan yang satunya untuk dirinya sendiri.
"Maaf aku terlambat. Tadi aku kesiangan." itu yang pertama kali diucap oleh Tian saat sampai didepan kelas. "Ini susumu." Tian memberikan satu susunya untuk sang kekasih.
"It's okay. Malah ku kira hari ini kau tidak masuk." Laily menerima susu yang diberikan oleh Tian.
"Baiklah. Aku akan kembali kekelasku. Belajarlah yang rajin." Tian mengelus kepala Laily sebelum meninggalkan Laily kembali kekelasnya.
"You too." Laily melambaikan tangannya kepada Tian.
Tian adalah anak kelas duabelas, dan Laily kelas sebelas, jadi gedung kelas mereka terpisah. Tian bisa dibilang kaka kelas yang populer, karena tak jarang yang tidak mengenalnya. Ia masuk ke dalam salah satu ekstrakulikuler bela diri yang banyak di minati oleh siswa di sekolahnya. Hubungannya dengan Laily pun sudah diketahui banyak orang, bahkan sampai guru pun ikut mengetahuinya entah darimana.
"Teng... Teng..." lonceng dibunyikan dua kali pertanda istirahat.
"Ly kantin yuk." ajak Dinda pada Laily.
"Yuk." Laily berdiri dari kursinya lalu menggandeng Dinda menuju kantin.
Seperti biasanya, banyak mata memandang dan sapaan-sapaan untuk Laily&Dinda. Mereka adalah primadona di sekolah ini, selain cantik mereka juga murid yang pintar dan ramah pada setiap orang."Dily." itu lah panggilan untuk Laily dan Dinda dari para penggemarnya. Kebanyakan dari penggemarnya adalah laki-laki. Sangat jelas alasannya, karena mereka perempuan dan cantik. Tak sedikit juga penggemar dari mereka perempuan, terkadang banyak teman-teman perempuan mereka yang menanyai tips cantik dari mereka.
"Hai..." jawab Laily dan Dinda bersamaan.
Sampai di kantin, Laily memesan mie goreng dan Dinda Nasi goreng. Selama menunggu tidak sedikit orang yang menyapa mereka lagi, dan mereka sudah terbiasa seperti itu layaknya seorang artis.
"Din, anniversary 1 tahun kasih apa ya?" tanya Ily pada Dinda tentang perayaan anniversary pertamanya bersama Tian.
"Masih 2 bulan lagi Ly. Udah dipikirin aja." jawab Dinda
"Yaa persiapan aja."
"Nanti aja. Masih lama, gausah dipikirin. Pikirin aja ulangan harian Fisika nanti. Yuk." Dinda selesai membayar makanan, lalu setelah itu mengajak Laily untuk kembali ke kelas mereka.
Saat dijalan untuk kembali kekelas, Laily melihat Tian berjalan ke arahnya bersama teman dekatnya Richard. Senyum Laily mengembang melihat sosok laki-laki didepannya itu.
"Ly, baru mau aku ajak ke kantin." ucap Tian saat sudah berdekatan dengan Laily.
"Hehe, sudah duluan." Ily mengangkat tempat mie gorengnya menunjukan pada Tian.
"Sama Richard lagi Richard lagi." Tian melirik sinis temannya itu. Karena lagi-lagi dia harus makan di kantin berdua dengan Richard.
"Memang biasanya seperti itu kan?" ledek Dinda.
"Din-_- Yasudahlah. Aku ke kantin dulu ya."
"Maaf ya." Laily merasa bersalah pada Tian karena lagi-lagi Tian harus makan berdua dengan Richard bukan dengan dirinya.
"No problem. Makan yang banyak yaa." Tian mencubit pipi Laily gemas, sebelum meninggalkan Laily ke kantin bersama Richard.
"Teng... Teng...". lonceng kembali berbunyi, menandakan waktunya masuk kembali. Setelah ini pelajaran Fisika dan ada ulangan harian.
Guru Fisika membagikan kertas ulangan kepada seluruh siswa didalam kelas. "Waktunya 1 jam dari sekarang." semuanya sibuk mengerjakan soal masing-masing setelah Bu Ilma mengatakan itu.
3 soal....
2 soal....
1 soal terakhir....
Akhirnya Laily selesai menyelesaikan ulangannya, dan dia selalu menjadi orang pertama yang mengumpulkan.
"Always Laily." begitu kata Bu Ilma, ketika Laily mengumpulkan kertas ulangannya ke meja guru. Laily hanya bisa menyeringai mendengarnya.
Karena sudah menyelesaikannya, Laily menunggu di luar. Tak lama Dinda menyusul.Setelah semuanya menyelesaikan, Bu Ilma menyuruh anak-anak kembali masuk ke dalam kelas.
"Teng... Teng... Teng..." lonceng berbunyi tiga kali menandakan waktu pulang. Dalam seminggu waktu Laily pulang bersama Tian adalah di hari Jumat. Karena hari ini hari Senin jadi Laily dan Tian tidak pulang bersama. Hanya akan bertemu sebentar sebelum pulang. Kenapa begitu? Karena Laily ingin membagi waktunya juga pulang bersama teman-temannya. Dan Tian pun memaklumi hal tersebut.
Laily menunggu Tian di tempat biasa ia menunggu, yaitu didepan Lab Kimia. Tak lama Tian datang dengan gayanya yang seperti biasa, jaketnya yang diletakan di bagian tali tas disampingnya.
"Ly, ga pulang sama aku aja?" Tanya Tian kepada Laily.
"Kan ini hari Senin." jawab Laily.
"Yaa kali aja gitu kamu mau pulang sama aku sekarang."
"Aku gaenak sama yang lain, kan biasanya hari jumat."
"Hmm. Yaudah deh. Nihh, pake jaket aku ya." Tian mengambil jaket merah maroon nya, dan memakaikannya pada Laily.
"kenapa?" tanya Laily bingung. Karena tidak biasa Tian memberikan jaketnya kepada Laily saat tidak pulang bersama.
"Karena kita ga pulang bareng, jadinya aku gabisa ngelindungin kamu. Setidaknya kalo aku kasih jaket aku, ada bagian dari aku yang ngelindungin kamu." jawab Tian setelah selesai memakaikan jaketnya pada Laily.
"Tiaaaannn." Laily tersipu malu mendengar jawaban Tian barusan. Laily memukul lengan Tian, dan Tian sudah terbiasa mendapatkannya. Pipinya merona dan ia tersenyum. Tian selalu saja bisa membuat Laily terbang dengan kata-katanya.
Saat mereka jalan bersama menuju gerbang sekolah, teman sekelas Laily menyapa mereka. "Haii sweet couple." ucap Clara kepada Laily dan Destian.
"Haii." jawab Laily dan Tian bersamaan.
Namun Laily melihat ada yang aneh dari tatapan Clara pada Tian. Laily jadi memikirkan hal yang aneh-aneh.
Ada apakah sebenarnya? Apa hanya perasaan Laily saja?
Temukan jawabannya di part-part selanjutnya yaa😊
Dan jangan lupa vote and commentnya!😉
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Chance
RomanceLaily masih tidak percaya ternyata laki-laki yang selama ini amat dia sayangi dan dia percaya, bisa melakukan itu? Hal yang sebenarnya tidak wajar dilakukan. Apa yang salah dari Laily? Apa Laily melakukan kesalahan yang besar? Sehingga kekasihnya me...