*Kringggg... (bunyi bel sekolah)
"Yap ! Sudah bel, aku harus cepat kesana."
Namaku Arnetta Nada, aku sekarang kelas 2 SMA atau lebih tepatnya kelas 11. Aku bersekolah di SMA Bakti Kencana. Salah satu sekolah swasta yang cukup terkenal walapun sekarang menjadi sekolah yang tidak terlalu difavoritkan. Umurku genap 16 tahun dan mungkin masih beberapa bulan lagi buat hari yang dirayakan oleh sebagian orang, terkecuali aku.Sekolahku berlokasi di pinggir kota dan juga berdekatan dengan sebuah desa. Walaupun sekolah ini berada di pinggir kota tapi sekolahku ini cukup besar untuk menampung seribu orang mungkin.
"Netta !!" Ucap seseorang dengan keras. Tapi aku mendengar lagi suara seseorang seperti terjatuh. Ternyata itu Windi.
"Aduh.. sakit sekali, aku terlalu kencang sepertinya." Ucap Windi dengan berusaha untuk berdiri.
"Kamu gak apa - apa Win ?" Tanyaku.
"Ya..ini bukan masalah kok."
"Baiklah."Windi bangkit dari tempat ia terjatuh, ternyata dia tidak sengaja tersandung lantai yang memang sudah retak dan bolong. "Arnet, kamu mau ketempat bersemedi mu lagi?" Tanya Windi. "Itu bukan tempat semedi, kamu selalu menyebutnya begitu berulang kali." Jawabku kesal.
"Soalnya kamu kalau udah disana bakal diam seribu bahasa kaya biksu yang lagi semedi di bawah air terjun." Sindir Windi bergurau."Aku gak kaya gitu kok."
"Masa sih?"
"Emang enggak..""Kalau begitu aku duluan ya Nett, mau makan lapar. Dadah Arnetta !"
Windi pergi dengan cepat menuju arah yang berlawana denganku. Seperti biasa ia selalu kelaparan saat jam istirahat ini. Aku pun melanjutkan langkahku menuju tempat yang dianggap satu - satunya temanku tempat semedi. Jujur saja aku gak terlalu punya banyak teman yang dekat cuman Windi dan ada seorang kucing kampung di dekat rumah milik orangtuaku.Windi adalah teman yang mungkin peduli terhadap masa remajaku. Dia adalah temanku dari SD dan kami satu sekolah saat SMA, tapi aku dan Windi beda sekolah saat SMP karena aku pindah dari kota.
Dengan langkah yang tegap dan semangat aku melangkahkan kakiku menuju tempat yang aku anggap 'peralihan dari kehidupan nyata'. Biasanya sih orang - orang bakalan ke tempat - tempat party, terus kumpul - kumpul bareng, mall dan semacamnya. Tapi aku gak peduli tentang itu karena hal tersebut gak bisa membuat hidup seseorang menjadi sukses.
Oke.. Aku sudah sampai di perpustakaan kesayanganku ini. Perpustakaan ini bertempat tidak cukup jauh dari kelasku. Hanya berjalan sekitar 100 meter sudah sampai.
Perpustakaan ini terletak disamping dengan lab sekolahku dan ruang kepala sekolah. Di sekolahku ini ruang kepala sekolah dan ruang guru itu dipisah. Perbedaannya satu lamtai. Kelasku itu ada di bawah jadi gak harus repot - repot kalau mau laporan ke kepala sekolah.
Dengan semangat aku melangkah kedalam perpustakaan itu. Hanya dengan satu langkah duniaku ini terasa berubah sekejap. Aku menyapa penjaga perpustakaan yaitu ibu Naomi. Walaupun dia dipanggil ibu tapi, beliau masih muda. Sekitar 10 tingkat diatasku sekarang.
Beliau menyapaku seperti biasa dan menanyakan buku apa yang ingin aku baca sekarang. Jujur saja aku ini pelanggan setia di perpustakaan ini. Bahkan aku sudah mengenal semua rak dan tempat buku - buku tersimpan. "Mau baca buku yang kemarin, sekarang sudah tahap terakhir." Jawabku. "Oke, baiklah kau tampak semangat seperti biasanya." Bu Naomi menyindirku.
Aku bergegas pamit dan langsung menuju bangku ku. Tapi saat hendak pergi, ibu penjaga perpustakaan mengatakan sesuatu. Tapi karena saking semangatnya aku tidak tau apa yang dikatakannya. "Hey, Arnet ! Popon sudah menunggumu dari tadi. Terus nanti kita kedatangan anggota baru namanya..." Itulah yang berhasil aku dengar tapi aku enggak terlalu peduli sama itu.
Sepertinya benar apa yang dikatakan Bu Naomi. Popon dia sudah datang dari tadi. Well.. Popon adalah bocah SMP yang memiliki keterbelakangan mental. Dia ada diperpustakaan ini karena waktu sekolah nya sudah usai. Istirahat sekolah ku jam 12, sedangkan sekolahnya Popon selesai jam 11.
Dia bersekolah di SMP Luarbiasa di kota. Mengapa ia bisa ke sekolahku? Dari mana dia masuk? Sebenarnya ia adalah sepupu dari Kepala Sekolah kami. Selain itu, ia juga adalah anggota tetap perpustakaan ini.
"Kaka..Arnet..ka..ka la..ma bangg..et." Sambut Popon dengan terbata - bata.
"Enggak cuman tadi ada teman kakak yang jatuh deket kelas jadinya lama." Jawabku dengan memegang pundaknya.
"Oh..kaa tto..long. baccakan.. buku..nnya..dong." Kata dia sambil menjulurkan buku yang sudah dipegangnya.
"Baiklah."Aku pun membaca bukunya. Popon sangat menyukai buku fantasi. Tapi ia tidak bisa membaca bukunya sendirian karena dia sedikit terbata - bata. Sudah 3 halaman aku lewati. Popon diam memperhatikan dengan sedikit mengantuk. Tapi saat hendak membaca halaman selanjutnya, tiba - tiba terdengar suara keras menghantam kaca jendela perpustakaan.
Aku dan popon langsung beranjak dari bangku kami dan mencari tempat perlindungan. Ternyata ada bola yang memecahkan kaca jendela perpustakaan. Untungnya itu cukup jauh dari tempat kami, dan berada di sudut perpustakaan dan tidak ada sama sekali orang.
"Pon, kamu gak apa - apa?" Bisikku ke popon. "Eng..gak..cumaa..n ka..ka..get aja." Jawab popon gemetar.
Disamping itu aku melihat ibu perpustakaan sekolah yang mengoceh - ngoceh tidak jelas. Sepertinya ia sangat marah. Ia langsung pergi dan menuju ke tempat kami. "Arnett ! Popon ! Kamu gak apa - apa? Dasar orang - orang yang main bola itu gak punya mata aduh..aduh..!!""Gak apa - apa kok bu. Popon juga baik - baik saja."
"Bagus kalau begitu Pon kamu udah dicariin, Nett ibu mau mencari anak yang mecahin ini kaca !! Bikin pusing aja aduh..aduh..!" Dengan Geram.Bu Naomi dan Popon pergi. Popon memberitahuku besok dia akan kemari dan melanjutkan bukunya. Mereka sudah pergi sekarang. Gara - gara kaca itu ketenanganku sedikit terganggu. Biasanya sih disini sangat tenang tapi cukup berisik sekarang karena orang - orang di perpustakaan masih membicarakan hal tersebut.
Dengan menarik nafas yang panjang serta menutup mata sebentar aku mulai merasakan kembali ketenanganku. Aku membuka buku bacaan yang aku pilih dan mulai membaca. "Gak boleh ada yang ganggu aku lagi baca, Net jangan hiraukan orang lain." Kataku memotivasi.
Aku membaca buku tersebut dari cover depan dan belakangnya. Dan ingin menuju ke prolog dari buku itu. Tapi suara orang - orang yang berbicara masih terdengar dan mulai lebih bising.
Aku tidak mempedulikannya dan tetap membaca. Semakin keras dan semakin keras lagi sekarang ada seseorang yang memanggilku dan suara langkah kaki cukup keras menuju kepadaku.
Aku tetap berkonstrasi pada buku bacaaan ku ini. Sampai pada akhirnya saat hendak membaca judul yang pertama. Suara tersebut semakin keras dan semakin keras lagi ! Ketenanganku sedikit terganggu dan aku merasa kesal.
Belum juga membaca kata pertama, aku berusaha untuk melihat apa yang terjadi. Saat kepalaku hendak menjulur kedepan. Tiba - tiba aku melihat baju sekolah yang melayang kepadaku. Tidak! bukan melayang tapi berlari. Dan dia tidak berhenti sama sekali dan menghantam bangku mejaku. Karena saking kerasnya aku terjatuh kebelakang kursi yang aku duduki.
Entah mengapa apa yang terjadi seolah - olah aku merasakan rasa paling geram dan amarah tertinggi."Aduh..maaf." Ucap seseorang.
Rasa amarahku sudah memuncak dan tidak sengaja aku melontarkannya"Bisakah kau diam!!" Aku mengucapnya sangat - sangat keras saking kerasnya sampai - sampai satu perpustakaan bahkan diluar perpustakaanpun mendengarnya. Banyak wajah yang melihatku menganga bingung.
Aku menutup mulutku dan terbata bata mengatakan
"Sorry..he..he." Arnet bodoh, kata pikiranku sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Be Myself
Teen Fiction"Masa remajamu, masa depanmu." Selogan yang menjadi moto hidup Arnet. Namaku Arnetta, aku hidup dengan segudang mimpi dibenakku. Tidak sepeti remaja - remaja yang lainnya, aku menghabiskan kegiatan harian dengan membaca buku di perpustakaan sekolah...