Ayah

691 30 1
                                    

[Karena cinta pertama seorang anak perempuan adalah ayahnya sendiri.]

*

Surat benci dan cinta untuk ayah.


Hai, Ayah. Aku kurang setuju kalau cinta pertama seorang anak perempuan adalah ayahnya sendiri. Karena itu nggak berlaku buat aku.

Dulu aku sangat membencimu, sekarang pun masih tapi tidak sehebat dulu. Haha ... maaf, Yah.

Ayah tahu lagu Last Child - Diary Depresi?

Liriknya begini. Ehem.

Wajar bila saat ini
Ku iri pada kalian
Yang hidup bahagia berkat suasana
Indah dalam rumah
Hal yang selalu aku bandingkan
Dengan hidupku yang kelam
Tiada harga diri agar hidupku terus bertahan.

Ayah ke mana pas aku lulus SD? Ayah ke mana pas aku lulus SMP? Ayah ke mana pas aku lulus SMA? Ayah ke mana aja?

Kenapa ayah baru datang pas aku udah paham artinya perceraian? Mereka siapa, Yah? Anak ayah? Adikku dong? Itu siapa? Selingkuhan Ayah? Ayah kenapa selingkuh?

Oh, aku tahu. Bunda suka marah, ya? Setuju. Bunda suka ngatur? Itu juga aku setuju. Tapi, Ayah tahu nggak? Bunda nggak cuci tangan dari apa yang namanya tanggung jawab. Bunda mati-matian kerja di negeri orang buat hidupku sama Kak Hans. Ibarat katanya bunda rela menjual kebebasannya demi kebahagiaan anaknya. Lalu, Ayah apa kabar? Bahagia nggak sama Tante itu dan tiga anak Ayah yang lain?

Sebelum aku genap 17 tahun, Ayah datang. Gimana perasaan Ayah lihat aku tumbuh tanpa Ayah? Aku sukses, loh, jadi anak baik karena didikan bunda. Gimana, Yah? Terkesan nggak? Bunda keren, 'kan? Bunda nggak pernah ngajarin aku buat benci sama Ayah. Ya-tapi gimana, aku, 'kan, juga manusia. Di bawah kulitku juga daging, kalo dicubit juga sakit. Aku benci Ayah tanpa komando dari siapapun. Murni dari aku sendiri, Yah. Jadi jangan nyalahin bunda karena aku benci Ayah.

Ayah punya kaca? Ya itu. Maaf sarkastik sekali anakmu yang satu ini.

Ayah ingat nggak pas Ayah minta maaf dan meminta bunda kembali. Tentu saja bunda mengiyakan, tapi Ayah harus pisah dengan Tante itu. Dan otomatis pisah dengan tiga anak Ayah yang lain. Wanita mana, Yah, yang mau berbagi rumah apalagi hati dengan wanita lain? Bunda tuh baiknya unlimited. Masih kasih kesempatan ke Ayah.

Yah, aku udah 17 tahun. Harusnya aku udah punya KTP. Tapi, Kartu Keluarga aja nggak ada, terus gimana?

Daann ... disinilah aku. Di rumah Ayah, ribuan kilometer jauhnya dari rumah bunda yang dulu. Tinggal dengan Tante itu dan tiga anak Ayah yang lain. Demi diurusnya KK, KTP, bahkan Akte Kelahiran. Untung ya, Ayah ini abdi negara yang-yaaah kalau ngurus begituan bisa gampang lah.

Duh, rasanya mau ketawa. Ayah sama Bunda gimana, sih? Akteku ada dua, tapi salah semua. Satunya anak kedua laki-laki dari pasangan blablabla, satunya tanggal lahir salah. Yailah, Aku ini anak siapa? Hmm? Lagian kok bikinnya sendiri-sendiri begitu? Ribet, 'kan, jadinya.

Hmm, kok rasa-rasanya Ayah lebih sayang tiga anak Ayah yang lain? Aku juga anak ayah. Dua bulan disini kok malah nggak nyatu sama keluarga Ayah, ya? Bahkan sama Ayah aja nggak nyatu. Irit ngomong hemat suara. Ini aku yang gagal jadi anak apa Ayah yang gagal ngajarin aku buat jadi anak yang nggak gagal? Halah.

Ayah kapan ngelihat aku? Pedulinya Ayah cuma di mulut, nggak sampai di hati. Pas aku belum makan Ayah cuma nyuruh makan. Ambilin kek, suap kek. Ah Ayah nggak peka.

Ayah tahu? Mencintai lelaki lain lebih mudah daripada mencintai Ayah. Mencintai Ayah tuh diluar batas kemampuannya Angel, Yah. Angel nggak kenal ayah.

Kadang aku iri sama bapak-bapak yang overprotective ke anaknya. Angel kapan, Yah digituin?

Ayah inget waktu itu aku jatuh dari motor sama anak perempuan Ayah yang kecil? Ayah tau nggak kenapa aku nangis? Bukan karena sakit. Tapi Ayah lebih peduli sama anak Ayah yang itu daripada aku. Lah, aku kan juga anak ayah. Iya aku tau, aku yang salah, tapi udah dong nyalahin akunya. Lukaku juga lebih parah daripada dia. Sekali-sekali kek nengok ke arahku. Kenapa dia terus? Aku nangis bukan gara-gara nggak mau dibilangin. Aku cemburu, Yah. Ayah lebih sayang tiga anak Ayah yang lain daripada aku sama Kak Hans. Ngapain aku tinggal disini kalo bukan biar deket sama Ayah? Tapi sifat Ayah itu loh yang bikin aku enggan buat memulai.

Ayah terlalu jauh untuk digapai. Mendekatlah, Yah. Aku butuh Ayah yang berwarna bukan yang transparan. Anggaplah aku kurang bersyukur, tapi apa gunanya dekat kalau tak akrab? Bahkan aku dengan Bunda yang beribu kilometer saja terikat batin. Tapi, kenapa tidak begitu dengan Ayah yang hanya terpaut beberapa meter dariku?

Raga Ayah disini tapi pikiran Ayah kemana? Aku butuh Ayah. Butuh sosok Ayah.

Tuh kan, aku nangis.

Ayah ... aku nggak minta hak 17 tahunku yang di Ayah. Aku maafin Ayah, tapi belum mengampuni. Aku masih usaha cabut akar pahit sama belajar mencintai Ayah sekaligus. Ayah juga usaha dong jadi Ayah yang baik. Mengganti waktu 17 tahun yang hilang.

Sampai saat ini Bunda masih Ayah terhebatku. Ayah kalah sama Bunda. Bunda pernah bilang ke aku begini: 'Angel, lebih baik cinta datang terlambat daripada cinta gagal'. Berarti ayah gagal, dong? Bukan aku loh ya yang bilang.

Oh, Ayah. Aku tahu kok kalo aku banyak salah sama Ayah walaupun nggak sebanyak salahnya ayah sama aku dan Kak Hans. Haha ... Aku mau minta maaf juga. Maaf manja, maaf minta ini itu, maaf suka cari perhatian. Maaf juga belum bisa bikin Ayah bangga, maaf suka bikin Ayah kesel, maaf suka ngeluh, maaf kadang aku suka ngomel juga. Maaf, Ayah.

Ayah. Bagaimanapun juga aku masih anak Ayah. Darah Ayah ada di tubuhku. Jadi, aku berdoa yang terbaik buat Ayah. Buat kesehatan Ayah, buat pekerjaan Ayah, buat masalah-masalah Ayah. Semuanya. Segala aspek kehidupannya Ayah, Angel doain yang terbaik.

Misalnya, Ayah sama Bunda nggak jadi balikan juga nggak apa-apa kok. Ayah hidupin aja tiga anak Ayah yang lain. Aku cuma mau Ayah nampung aku, dukung biar bisa lolos tes kowad, dan jadi Ayah yang baik selama aku dan Kak Hans disini. Nanti aku pergi sendiri kok, cari rumah yang bener-bener rumah. Meskipun tanpa Ayah.

Yah. Ayah. Aku mau Ayah bisa datang kelak di pernikahanku. Melepas aku dengan lelaki pilihan Tuhan buat gantiin tugas Ayah selama ini. Tapi, aku yakin, saat itu aku sudah mencintai Ayah dulu sebelum mencintai lelaki itu. Mungkin dia yang membantuku mencintai Ayah. Siapa tahu, 'kan? Tapi, Ayah tenang. Belum ada lelaki yang kucintai kok. Ayah satu-satunya lelaki yang ada di hati, Yah. Walaupun cinta sama benci lagi perang siapa yang menang.

Ribet ya, Yah, banyak kata cinta-cintanya. Pusing pala aku.

Ya udah. Gitu aja surat cinta Angel buat Ayah. Tuhan berkati ayah selalu.[]

Dari anakmu yang membencimu yang masih belajar mencintaimu.
Angel,

19 Mei 2016

Dear DadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang