"Tenang, semua rencana ini akan berjalan lancar. Asalkan kamu tidak bertindak ceroboh atau kehilangan kontrol" ucapnya menatapi jendela besar sambil tersenyum miring"Rencana pertama berhasil, apa rencana selanjutnya?"
"Itu sebuah kejutan kita lihat saja nanti. Dan ada lagi kejutan kedua yang pasti akan membuatmu kaget" wanita berpakaian hitam itu mengernyitkan dahinya.
"Apa itu?"
"Tengok ke belakang"
Ia menoleh ke belakang seketika tubuhnya kaku dan menegang melihat sosok pria yang tersenyum manis namun penuh misteri
"...."
***
Prilly membuka matanya sedikit sedikit mencoba terbiasa melihat cahaya matahari. Kepalanya masih berdenyut-denyut Nyeri akibat tadi dipaksa lari oleh guru baru tersebut padahal kondisi Prilly sudah melemah. Setelah matanya terbuka sempurna pemandangan pertama kali yang ia lihat adalah ruangan putih campur pink atau ruangan uks khusus wanita.
Saat kaki prilly akan digerakan satu tangan yang besar dan hangat menahannya lembut, "jangan dulu digerakkin"
Tentu kaget. Matanya membulat melihat siapa yang sedang memijit pelan kakinya. Dia ali.
"ali? Lo ngapain disini?bukannya tadi udah pergi?" Tanya Prilly penasaran
Ali tersenyum lalu mengoleskan minyak kelapa ke kaki Prilly, "tadi aku udah di dalem mobil sama temen, cuman pas mau berangkat ada yang teriak teriak dilapangan makanya balik lagi pas diliat ternyata kamu pingsan yaudah aku bawa ke sini"
Prilly menatap ali sejenak. Perasaannya menghangat menyadari jika ali masih perhatian meskipun ia sudah bertingkah jutek padanya.
"Nah selesai" ujar ali membawa piring kecil itu ke atas meja
Prilly menatap kakinya yang menjadi ringan dan tidak nyeri lagi. Ia berusaha untuk bangun Tapi sulit badannya masih lemah. Ali yang melihat prilly pun mencoba membantunya dengan memegang kedua bahu prilly.
Setelah berhasil prilly menepis tangan ali berada di bahunya, "makasih" ucapnya singkat,terpaksa.
Ali tersenyum kecil lalu mengeluarkan beberapa pil obat dari tas hitamnya, "aku ngeracik obat lagi khusus buat kamu, minum ya" ucapnya menyerahkan obat dalam botol
Prilly menatapnya datar, "gak perlu"
"Kenapa?"
"Obat itu gak bikin gue sembuh" lirih Prilly
"Ya obat ini cuman pereda nyeri, tapi aku bakal usaha cari obat yang bisa nyembuhin kamu secara total" tutur ali tulus. Prilly tersenyum, Rasanya senang masih ada yang peduli namun sesaat senyumnya memudar menyadari ali adalah dokter dan dirinya adalah pasien. Pantas pantas saja dokter memberi perhatian atau semangat pada pasiennya.
"Kenapa?" Tanya ali sadar perubahan raut wajah prilly
Prilly menggeleng, "gak apa apa"
"Sekarang kamu istirahat dirumah aja ya" ajak ali menuntun prilly untuk berdiri
"Gue masuk kelas aja, lagian gue butuh materi buat ulangan nanti li"
"Tapi kalau kamu sakit materi itu justru gak akan masuk ke otak"
KAMU SEDANG MEMBACA
Dokter Pujaan Hati
RomanceTentang kesetiaan Aku akan selalu mencintaimu selama bumi ini masih bulat -Aliando Syarief