I

188 4 1
                                    


Aku duduk di kantin bersama teman-temanku, makan bersama menikmati waktu makan siang hari itu. Aku Hillary Cox, Margareth Hillary Cox,seorang siswi salah satu perguruan tinggi di Bandung. Hari hariku sangat mengesankan berssama teman-teman yang sangat setia, Julian Anderson, Timothy Andrean, Anne McClaren, dan mungkin orang yang aneh tapi dialah cahaya dihidupku Jonathan Alexander.

Seperti biasa aku masuk ke kelas, mengikuti kelas, membuat masalah, menyelesaikannya dengan cara apapun,kelas selesai, latihan bersama Band, nyanyi di café-café sekedar untuk hobi. Orang tuaku sungguh tidak suka dengan kebiasaanku yang seperti ini, pulang malam, Bau rokok dan minuman keras, orangtuaku sempat berfikir bahwa aku adalah seorang pekerja seks, aku menyangkal semua itu dan membuktikan bahwa aku seorang yang baik-baik. Bisa dibilang hubunganku dengan kedua orangtuaku sangat renggang , bahkan kami jarang sekali pergi ke Gereja bersama ataupun makan malam bersama, tapi hubunganku dengan kakakku begitu dekat, Joshua , dia sangat mengerti aku. Dia selalu berkata padaku "hill, kenapa kamu tidak berubah saja dari gaya hidupmu? Kita keluarga yang bisa dibilang kaya...mengapa kau tetap saja tidak mau menerima uang dari papa untuk kebutuhan bulananmu? Malahan kau bernyanyi di café untuk menghasilkan uang, apakah uang dari papa tidak cukup? Gaya berpakaian juga seperti anak jalanan, sadarlah Hill, ini tidak baik. Papa dan mama akan malu jika suatu saat teman bisnis ayah kemari dan melihat kau berpakaian seperti seorang pembantu, mereka akan menganggap kita rendah". Tapi aku selalu menolak perkataannya dan bagaimanapun dia berdebat denganku dialah yang selalu mengalah.

Suatu hari aku masuk kelas dan seorang priatampan berambut hitam dan matanya yang coklat muda  duduk disamping kursiku, akutidak mengenalnya , aku belum pernah melihat dia sebelumnya, benar-benar tidakpernah. Aku sempat bekenalan dengannya, dia Jonathan. Orang yang baik,ramah,dansantun. Ternyata dia adalah murid pindahan dari Jogja, dia terpaksa harus kuliah disini karena tuntutan pekerjaanayahnya. Dia pernah bercerita padaku bahwa dia memiliki hubungan yang tidakterlalu baik dengan keluarganya.Hubungannya dengan ayahnya tidak begitu baikkarena kematian Ibunya bertahun-tahun silam. Keluarga ayahnya pun tidakmendukung Nathan sama sekali, keluarganya terlalu keras terhadapnya, bahkanjabatan ayahnya sering digunakan anggota-anggota keluarga lain untuk kesenagan mereka pribadi. Mungkin satu-satunya orang yang layak menjadi orangtua untuk Nate adalah pamannya, Pamannya selama ini menjaganya dengan baik setelah kematian Ibunya. Sedangkan dari keluarga Ibunya, dia tidak memiliki siapapun yang dekat dengannya, Ibunya adalah anak tunggal, setelah kematian ibunya Ia benar-benar tidak memiliki siapapun. Mungkin hanya pamannya dan sopirnya, Pak Joko.

Hari-hari aku terus bercengkrama dengannya , bisa dikatakan kita sudah bersahabat, mungkin hanya akulah teman dekatnya karena dia bukan seorang yang memiliki banyak teman bahkan mungkin dia "TIDAK MAU MEMPUNYAI BANYAK TEMAN" dia menganggap semua orang hanyalah patung, hanya beberapa orang saja yang dianggapnya, aku, Julian,dan timothy. Jonathan seorang pendiam yang cerdas, selama satu semester ia sudah mendapat bangku paling atas dalam bidang akademis di kampus. Sebenarnya aku agak minder berteman dengannya, dia pintar,tampan,banyak orang yang mendekatinya entah sebagai teman atau yang lain, gaya berpakaiannya juga rapi, sedangkan aku, aku hanyalah gadis kampus yang lugu, bodoh, dan tidak tahu bagaimana cara berpakaian layaknya seorang gadis remaja 19 tahun.


T+:dF     

FAITHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang