Dua orang itu masih terus berbagi punggung. Degup jantung keduanya perlahan teratur dan kemudian seirama satu sama lain. Anita akhirnya ikut bersandar pada punggung Richie, meluruskan kakinya dan memejamkan kedua matanya, menikmati kenyamanan yang saat ini ia bagi bersama Richie.
"Lu kenapa?" Anita bertanya masih sambil bersandar dipunggung Richie.
Richie membuka matanya, kemudian menghembuskan nafasnya panjang. "Nanti ikut gua."
Anita tak menjawab, dia hanya tau bahwa dia akan mengikuti Richie kemanapun ia akan dibawa. Entah bagaimana, tapi rasanya Anita ingin terus menemaninya, menjadi obat akan pria yang terluka ini.
~~~~~~
Dua insan itu duduk berdampingan pada dua buah kursi disebelah ranjang rumah sakit. Terbaring diatasnya wanita tak berdaya dengan macam-macam selang ditubuhnya. Richie membawa Anita ke rumah sakit.
"Dia Tante Ana." Ucap Richie sambil merunduk.
"Gua tau, sempet ngobrol waktu tangan lu patah."
Pintu kamar rumah sakit itu terbuka, lelaki tinggi dengan pakaian serba formal masuk melaluinya.
"Richard udah pulang? Om baru pulang kantor makanya baru kesini." Ucapnya kemudian duduk disebuah sofa panjang didekat ranjang. "Ini siapa? Temen kamu?"
Anita segera bangkit dari duduknya dan menghampiri lelaki itu, kemudian mencium tangannya.
"Saya Anita,"
"Anita? Oh, saya Om Ervin, Om nya Richie."
Anita tersenyum.
Richie yang sedari tadi duduk kemudian bangkit dan berjalan keluar ruangan.
"Eh, Rich, mau kemana?" Tanya Anita saat Richie tengah memegang gagang pintu kamar.
Richie tak menjawab, ia memutar gagang pintu tersebut kemudian berjalan keluar dari kamar itu.
"Biarin aja, jangan dikejar, paling dia cuma keluar sebentar." Ucap Ervin. "Kamu duduk sini aja."
Dengan ragu Anita duduk disebelah Ervin, disofa yang sama dengannya. Gugup sekali rasanya bagi Anita duduk bersama dengan laki-laki asing yang bahkan baru satu menit ia kenal.
"Kamu temen sekolahnya Richard?"
"Iya, Om, sekelas."
"Kamu itu cewek pertama dan satu-satunya, lho, yang diajak Richard ketemu sama Om," Ervin tersenyum pada Anita. "Mungkin sama Tante Ana juga."
"Iya, Om?"
"Iya, dia itu pendiem banget anaknya, boro-boro cewek, cowok aja jarang main sama dia. Makanya Om heran, kamu bisa deket-deket sama Richard, dia itu kasar banget, lho."
"Enggak, Om, Richard baik sama saya."
"Iya? Bagus, deh. Om cuma khawatir kamu dikasarin sama dia."
"Enggak, kok, Om." Anita mulai terbiasa, melihat kehawatiran Ervin padanya membuatnya yakin bahwa Ervin adalah orang yang baik.
"Om sama Tante Ana yang rawat Richard, ya kira-kira udah empat tahun semenjak keluarga Richard meninggal."
Anita menoleh menatap Ervin, kedua mata lelaki itu memandang istrinya yang belum sadar sejak kemarin.
"Tante Ana punya Kanker Rahim, dari nikah sampe sekarang kita gak punya anak, makanya pas tau Richard gak ada yang ngurusin, kita langsung bawa dia. Dia itu anak baik, sejak kita rawat, gak pernah sama sekali buat masalah, yang ada malah buat bangga terus. Kalo mau apa-apa dia kejar sendiri, mau beli apa-apa dia nabung, entah uang dari mana tapi semua barangnya itu dia beli sendiri. Tapi Om percaya dari manapun uangnya, pasti itu uang yang baik."
KAMU SEDANG MEMBACA
Hot and Cold Richie (revisi)
Novela JuvenilAda kehangatan yang terselubung dibalik tebalnya bongkahan es. Dia sendirian, dia kesepian, mencoba bertahan dalam diam. Dia rapuh, mencoba sembuh tanpa penawar. Cinta datang, cinta menolong, cintalah sang tabib penyembuh, cintalah penawarnya.