Mau di bawa kemana

298 23 12
                                    

"Kita mau kemana sih?" Tanya mada yang kini sibuk dengan satu cone penuh Baskin Robin dari hasil keringat ku selama ini.

Gatau diri emang mada.

Main minta traktir ae.

Di kira gue berak duit.

Baskin Robin woy.

"Enaknya kemana? Kalian masih ada yang di perluin gak?"
Aku menengok sebentar ke arah mada di samping ku dan mikha juga reuben di belakang.

"Pulang aja (y/n)"

"Apa ben?" Aku berteriak sedikit keras karena suara reuben yang benar-benar tidak jelas.
Bukannya dalam mobil ini sedang ada badai topan atau bahkan konser metalica tapi karena wajah reuben dan mikha terhalang beribu kantung belanjaan yang tadi kami beli.

Gue lucu ya.

Ribuan.

"Pulang (y/n), pulang!" Reuben berteriak kali ini.

"Selo ae mas. Buset. Dikata gue budek." Ucapku yang kemudian di susul tawa mada yang terlihat begitu bahagia.

Sangking bahagianya, cone ice cream harga duaratus ribu nya tersedak masuk kedalam kerongkongan.

Mada menungging dan berjongkok di atas jog mobil berusaha mengeluarkan conenya dari dalam sana. Aku menepuk-nepuk punggungnya supaya ia bisa memuntahkan cone utuh itu. Namun tiba-tiba ada lautan biru di depan kami.

Aku terlambat menginjak rem. Dan kami pun mati tercebur.

Gue keren ya kalo bikin drama

Imajinasinya sangay dinamis.

"Abisan beli barang sampe segitu banyak. Kenapa juga gak taruh di bagasi." Aku kembali fokus ke jalanan yang ternyata bukan lautaan biru nan indah mena1.

Tau kan bacanya?

Mena1 : mena-wan(one)

Kalo gak tau ntar jadi receh.

Dan berarti kalian kolot. HA.

"Gua bosen woy. Ini mobil gak ada radionya ya?" Mikha tiba-tiba saja menjatuhkan semua kantung plastiknya dari pangkuannya dan membuat beberapa indomie goreng rebus rasa kesepian itu tercecer keluar.
"Hujat ae terus." Ucapku menyidir.

"Main knock knock boleh lah." Reuben ikut menjatuhkan kantung belanjaannya dan munculah wajah penuh ekspresi bersemangat. Hampir seperti unta jantan yang menemukan unta betina sedang berjemur dengan bikini.

"Dari lo deh mikh, Karena lo paling pinter main ginian." mada mengimbuhi sambil menjilati jari untuk membersihkan nya dari bekas ice cream tadi.

"Sa ae lu mad. que jadi maloe." Mikha yang sedang duduk di belakang mada terlihat tersiu dengan pujian kakak tersayangnya itu. Ia memeluk mada dari belakang sembari mengelous-elous rambut ikal manja pria itu.

"Oke. Gue mulai."

"Cepet. Kebanyakan gaya bikin cepet mati loh mikh."

"Sepik ae lu ben. Oke. Knock knock." Mikha memulai dengan wajah yang tak kalah bersemangatnya dengan reuben.

"Who's there?" Aku menjawab dengan nada sok imut ala ala sapiah anak ahmad dhani.

"Diba."

"Diba who?"   Mada ikut melirik ke arah kaca untuk melihat mikha.

Betapa tekejutnya kami saat menyadari bahwa kinu mikha sedang berdiri di atas jog dengan setengah berjongkok dan memasang wajah sok sedihnya dengan mata yang terpejam.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 30, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

LOL [TOV]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang