Dimas Aryawinata

14 0 0
                                    

"Lo bisa ga kalo ga gangguin gw sehari aja?"

"Ga bisa. Gw kan kangen lo sya. Masa abis libur panjang ini lo ga kangen gw sih ?"

"Gw udah punya pacar Dimas. Lo ga usah kegenitan gitu deh sama gue."

"Lah terus kenapa ? Zaman sekarang ya, selama belom ada bendera kuning berkibar. Semua orang berhak ngelakuin apa aja. Termasuk gw yang genitin elo sya."

"Bendera kuning ? Janur kuning kelesss dim"

"Bendera kuning sya. Ben-de-ra-ku-ning. Kalo cuma janur kuning mah apa juga masih bisa terjadi"

"Au amat dim. Udah ah jangan ganggu gue. Gue mau ke kelasnya Angga. Sono lu cumi"

"Oke fine, pilih aja Angga lo sana dibanding gue!", ucapnya sok merajuk.

"Ya iyalah, secara gantengan Angga kemana-mana daripada elo", balasku sambil terkekeh dan meninggalkannya.

Diam-diam ada sepasang mata yang memperhatikan dengan tatapan sendu.

=========================================================

"Hai by, udah kelar kelasnya ?", tanyaku manja kepada Angga, kekasih yang baru saja kuresmikan 2 minggu belakangan. 'By' adalah panggilan kesayangan kami berdua, penggalan dari kata baby.hehe.

"Hai by, iya nih udah. Cuma lagi bahas mau kerja kelompok aja. Kamu sendiri ? Dimas mana ?", jawabnya sambil mengambilkan bangku untuku agar duduk disampingnya.

"Udah aku tinggalin di depan kelas. Kan aku mau makan sama kamu. Males ah kalo di gangguin sama Dimas. Berisik ntar kalo ngeliat kemesraan kita"

"Tumben. Biasanya kamu sama Dimas kayak perangko. Dimana ada kamu, pasti ada Dimas. Dan dimana ada Dimas, ga lebih dari 500 meter pasti ada kamu. Sampai-sampai aku pikir kalian itu pasangan kekasih yang hanya dipisahkan oleh maut", jawabnya sambil tersenyum meledek kepadaku.

"Itukan dulu, masa-masa jomblonya aku. Sampe akhirnya aku ketemu prince charming aku ini nih", sambil mencubit mesra lengannya Angga.

"Hei dasar ratu gombal", balasnya sambil mencolek hidung besarku.

Tapi Angga benar, sebelum aku mengenalnya dan resmi berpacaran dengannya, aku dan Dimas bagaikan dua sejoli yang "hanya maut yang memisahkan". Ugghh lebay.

Dimas adalah sabahatku sejak SMA dulu hingga sekarang kami kuliah semester 5 di jurusan yang sama, akuntansi. Saat lulus SMA, aku belum menentukan mau kuliah dimana, sedangkan Dimas, ia sudah mantap ingin mengambil jurusan akuntansi. Ia ingin menjadi seorang auditor. Ku akui otaknya Dimas cukup encer, makanya aku senang saat ada pelajaran yang tak ku mengerti, aku bisa mengandalkannya.

Singkat cerita akhirnya aku mengikutinya mengambil jurusan akuntansi yang sebenarnya aku juga cukup menyukai pelajaran tersebut sejak kelas 2 SMA. Akhirnya kami sepakat mengambil universitas yang sama dan aku senang sekali saat pengumuman masuk universitas, ternyata kami berdua lulus.

Aku dan Dimas memutuskan untuk aktif di organisasi yang bernama Himpunan Mahasiswa Akuntansi (HIMA). Sejak awal pengenalan organisasi kampus, kami sudah sangat tertarik untuk masuk HIMA. Alasannya sangat sederhana, kami melihat Ketua dan Sekretaris Umum HIMA tersebut sangat berwibawa, disegani saat ia berbicara, cerdas dalam menuturkan kata-kata, sehingga kami bagai terhipnotis untuk bergabung dengan HIMA. Dan dihari itu kami bertekad, bahwa nanti Ketua dan Sekretaris Umum HIMA itu adalah Dimas Aryawinata dan Risya Audi Cantika. So Simple.

Tapi karena itulah aku dan Dimas bagaikan perangko dengan amplopnya, nempel terus karena memang kami satu kelas dan aktif di organisasi. Habis ketemu dikelas, pasti ketemu lagi di ruang sekretariat. Tak sedikit orang yang menanyakan hubungan kami berdua dan seolah tak percaya bahwa kami memang hanya bersahabat. Tapi lama-lama mereka tak pernah menanyakan hal itu lagi sejak aku dekat dengan Angga, wakil ketua BEM kampusku.

Zzzz. Hp ku bergetar. Wa dari Dimas.

Jangan lupa rapat HIMA jam 4 di ruang asoka.

Ya ampun, aku lupa ada rapat dan hampir saja cabut dengan Angga.

"dari siapa by?", Tanya Angga melihat aku langsung membalas Wa tersebut.

"dari Dimas. Ngingetin ada rapat HIMA jam 4. Kayaknya kita makan di kantin aja deh by. Ga sempet kalo makan keluar"

"yaudah ayok sekarang".

======================================

"udah lama dim?", tanyaku sambil duduk disampingnya.

"pacaran mulu sih lu ah. Udah dari tadi. Absen dulu nih"

"udah sampai mana?"

"pembagian panitia"

"Risya Audi Cantika, divisi acara. Dimas Aryawinata, divisi Publikasi. Ada yang belum disebut namanya ?", Tanya Ka Bima setelah selesai menyebutkan susunan panitia.

"kalau sudah semuanya, rapat hari ini saya tutup. Silahkan berkordinasi dengan koordinator masing-masing untuk jobdesc", lanjutnya dan sekaligus menutup rapat sore itu.

Aku pun langsung menghampiri koordinator divisi acara untuk menanyakan kapan rapat divisi dan setelah itu aku langsung keluar ruang rapat dan menghampiri Dimas. Tenyata anak-anak sedang menggoda Dimas yang ditempatkan pada divisi publikasi dengan jobdesc mencari peserta untuk kegiatan workshop yang akan kami buat ini.

Jujur, Dimas memang menarik. Badannya tinggi dan tegap karena ia sering bermain basket bahkan sering menjadi MVP saat ada pertandingan antar sekolah. Kulitnya sawo matang dengan rambut cepak andalannya. Penampilannya pun sangat fashionable. Tidak kekinian dengan celana jogger namun tetap sangat menarik dengan gayanya sendiri. Dan ia pun sangat humoris, banyak orang yang senang di dekatnya. Mungkin itulah sebabnya aku sangat nyaman bersahabat dengannya selama 4 tahun ini.

"so pasti lah gung, Dimas kan banyak fans-nya. Dari semester 1 sampai semester 7, fans Dimas ada. Dari berondong sampe 'tante' juga ada. Pasti workshop kita rame deh sama cewek-cewek fans nya Dimas", ucap nisa kepada agung dan Dimas yang dibalas dengan cengiran Dimas.

"sebenarnya gw bingung, apa sih yang menarik dari Dimas? Ga ada bagus-bagusnya deh", aku ikutan nimbrung di pembicaraan mereka. Seolah aku tak rela untuk mengakui seberapa menariknya sahabatku ini.

"woaaa woaaaa, risya-ku sayang, udah deh jangan sungkan untuk mengakui bahwa sahabat lo ini very-very-awsome dan lo juga pasti pernah naksir gue kan", jawab Dimas dengan penuh percaya diri dan sambut tawa anak-anak.

"lo bilang lo awesome? Kok masih jomblo sih dim selama EMPAT TAHUN?", balasku sambil tertawa dengan menekankan kata empat tahun yang membuat anak-anak semakin tertawa kegirangan melihat perdebatan kami seperti biasanya.

"itu karna gue nungguin lo sya", jawab Dimas dengan ekspresi datar.

Aku langsung menatapnya dan terdiam. Sedangkan anak-anak mulai ber-suit-suit menggoda.

"itu jawaban yang akan gue lontarkan kalo gue udah ga waras sya. Sayangnya gue masih waras dan jawaban gue simple, karena gue belom butuh pacar", jawabnya dengan penuh percaya diri dan kesombongan.

Sialan Dimas. Kok bisa-bisanya gw ketipu sama jawaban dia.

======================================

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 13, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

No RelationShit!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang