Kuciptakan sebuah benih cinta. Lalu kutanamnya dihatimu. Setiap saat kuberi pupuk dengan kasih sayangku. Aku berharap suatu saat nanti benih ini menjadi sebuah tunas cinta.
Hari demi hari, benih itu tak kunjung muncul tunjukkan pertumbuhannya.
Namun aku tak putus asa. Kurawatnya dengan ketelatenanku. Kusiramnya dengan air mata ketulusanku.
Dan suatu hari, benar-benar membuatku kegirangan.
Inilah yang kutunggu. Tunas cintaku telah terbit menunjukkan keindahannya.
Aku menjaganya sepenuh hati. Aku tak ingin ia musnah begitu saja. Karna ini adalah wujud cinta kita.
Hari kujalani dengan gembira. Tunasku tumbuh dengan baik. Tak ada hama yang merusaknya.
Dan... saat ini namanya bukan tunas lagi.
Karna ia telah tumbuh lebih dewasa menjadi tumbuhan muda yang bunganya berharum cinta, daunnya yang hijau menunjukkan ketenangan jiwa kita.
Tak sungkan hati ini memperlihatkan kekagumannya. Tentram nan damai.
Akhirnya tumbuhan muda itu menunjukkan keagungannya. Tumbuh semakin besar menjadi pohon cinta.
Namun... ini tak seperti yang kuharapkan.
Hatimu telah pergi tak peduli. Kalbumu terhinggap hama. Kau tinggalkan cinta kita.
Kusiramkan airmataku pada pohon cinta itu.
Pohon cinta yang seharusnya menjadi tempat berteduh, sekarang tak mampu lagi berdiri.Dan tumbuhan tak berdosa itu telah layu.
Aku putus asa. Kutebang pohon itu. Aku tak ingin mengingatnya lagi.
Biarlah akar yang tersisa, sebagai bukti kita pernah saling mencinta.