1. Spring Day

60 10 6
                                    

Di siang hari yang cukup terik itu, terlihat beberapa anak laki-laki dengan kaus putih dan seragam sekolah bermain bola dihalaman sekolah mereka. Keringat yang membasahi tubuh mereka dan sengatan matahari yang menembus kulit pun tak menghalangi semangat mereka untuk terus menggiring benda bundar itu.

Suara teriakan gadis-gadis hampir memenuhi siang hari itu. Meneriakan nama seorang laki-laki yang menjadi Kapten kesebelasan tim nya.

Disisi lain, seorang gadis dengan seragam sekolah yang sama terlihat menuruni beberapa anak tangga menuju sebuah tempat duduk persis dibawah pohon dekat halaman tersebut.

Kedua tangannya memegang minuman isotonik kaleng yang baru dibelinya di kantin sekolah tadi.

"Joonhyung-ah!!" Teriak gadis itu sambil menggoyang-goyangkan minuman yang ia pegang. Laki-laki yang bernama Joonhyung yang sedari tadi juga diteriakan oleh gadis-gadis itu menoleh dan tersenyum.

Ia pun menepuk punggung rekan setim nya untuk pamit sambil berlari kearah gadis yang memanggilnya tadi.

"Gomawo." Ujar Joonhyung setelah gadis itu menyerahkan sekaleng minuman yang ia beli tadi. Mereka pun duduk dibawah pohon itu sambil menikmati angin yang berhembus perlahan menerpa tubuh mereka berdua.

"Aku merindukanmu." Gadis itu menatap Joonhyung lembut. Joonhyung pun tertawa kecil sambil mencubit pipi sang gadis.

"Rindu apanya! Kita bertemu setiap hari."

"Tidak. Aku sungguh merindukanmu Jeon Joonhyung." Setelah gadis itu mengucapkan kalimatnya, keheningan sempat terjadi beberapa saat. Hanya hembusan angin dan suara teman-teman mereka bermain bola yang terdengar. Sampai Joonhyung memecah keheningan itu dengan suaranya.

"Sena-ya."

"Hmm?" Gadis bernama Sena itu menatap lama Joonhyung. Joonhyung tersenyum tipis, lalu berdiri dari duduknya.

"Aku pergi." Dan ia pun berbalik meninggalkan Sena.

"Joonhyung!" Panggil Sena. Namun Joonhyung tak menoleh sedikitpun. Ia malah terus berjalan.

"Joonhyung!" Panggil Sena sekali lagi. Tiba-tiba sebuah cahaya putih menyilaukan terbentuk dan Joonhyung menghilang bersamaan munculnya cahaya itu.

"Jeon Joonhyung!!!"

Nafas yang tersengal terdengar di sebuah kamar yang cukup besar dengan nuansa biru muda dan putih itu. Sena, gadis itu terduduk sambil memegang dadanya. Keringat mengucur di sekitar pelipisnya. Ia bermimpi lagi.

Ia pun memejamkan matanya. "Tidak, aku tidak boleh menangis lagi". Batinnya. Ia pun melihat jam yang berada disisi kanan ranjangnya. Pukul tiga pagi. 

Ia memejamkan matanya sambil menekuk lutut yang berada dibawah selimut. Menyembunyikan wajahnya diantara kedua lututnya. Menuruti kerapuhan hatinya akan rindunya dengan seseorang.

Dan akhirnya menangis memanggil rindu yang sangat kejam pada dirinya.

"Aku merindukanmu Jeon Joonhyung......"  isaknya.

*

2 Maret 2016, Frankfurt, Jerman

"Kau yakin akan berangkat sendiri? Tidak ingin aku temani?" Ujar seorang wanita yang sedang memanggang roti diatas teflon sambil menambahkan beberapa lembar ham dan selada serta tomat diatasnya.

Sena mengangguk walaupun ia tau wanita itu tidak melihatnya. Ia pun menyesap jahe hangat yang dibuat wanita tersebut diatas meja pantry di Apartemen mereka.

E M P T YTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang