Sebuah pepatah yang berbunyi kenyataan sering tidak seindah harapan tampaknya sedang berlaku bagi pemuda ganteng yang saat ini tengah berdiri di depan departure gate bandara Internasional Juanda Surabaya.
Pihak penyelenggara undian memang telah menghubungi Reihan melalui email tapi bukan untuk membatalkan kemenangan, melainkan mengirim tiket pesawat PP Surabaya-Denpasar. Bagus, mimpi buruk pemuda itu akan segera dimulai.
"Kak, Dhe... aku pergi dulu yah..." Reihan berpamitan sambil melambaikan tangan ke arah kekasihnya dan seorang wanita cantik yang terlihat sedang hamil muda di sebelahnya.
"Ow... jadi gitu yah kelakuanmu sama kakak. Luar biasa, kakakmu ini sudah kayak tebu saja sekarang! Habis manis sepah dibuang, huh..." Erlina mencibir protes. "Padahal tadi di rumah kamu bisa bermanis-manis ria sama kakak minta uang saku. Setelah dapat, cuma ini balasannya darimu, Rei? Enak saja! Nggak, kakak nggak terima! Ayo sini dulu, kakak mau peluk sebentar! Masak cuma mau uangnya doang tapi yang ngasih nggak disayang," lanjut wanita cantik itu seraya merentangkan kedua tangan lebar memancing adik kesayangannya untuk mendekat.
Reihan terkekeh mendengar Erlina menggerutu gemas akibat tingkah cueknya, sembari memacu cepat langkah kakinya menyambut pelukan wanita itu. Reihan sangat menyayangi kakak perempuan satu-satunya tersebut. Tinggal dia seorang saja keluarga inti yang Reihan punya setelah kepergian kedua orang tua untuk selamanya. Hanya saja pemuda itu tampaknya kurang bisa menunjukkan ekspresinya.
Kenyataan pahit Erlina yang tengah berbadan dua tanpa suami, makin membuat Reihan bersimpati pada kakak kandungnya. Dia berjanji jika dia tidak akan pernah menyia-nyiakan orang yang mencintainya dengan tulus, tidak seperti yang sudah dilakukan Dion. Pria brengsek yang sangat dia benci sebab tidak bertanggung jawab sudah menelantarkan istrinya yang tengah mengandung sendirian. Rasanya dia ingin menghajar kakak iparnya itu habis-habisan jika sampai suatu saat mereka berdua bertemu.
Hal itu jugalah yang akhirnya membuat Reihan menyanggupi permintaan super nyeleneh kekasihnya. Dia bertekad sekuat tenaga akan membuat Dhea bahagia dan merasa dihargai sebagai seorang pacar. Baginya, cinta itu perlu pembuktian dan pengorbanan bukan sekedar bahasa bibir belaka.
"Have a nice flight, adik kakak yang paling ganteng sedunia... Selamat bersenang-senang dan jaga dirimu baik-baik di sana!" Erlina mengeratkan pelukannya.
"Iya... iya... Duh, kakak ini kayak aku mau pergi untuk waktu yang lama saja! Tenang Kak, kita cuma berpisah tiga hari saja kok." Reihan mulai sedikit mengomel sebab Erlina tidak kunjung melepas pelukannya. Wanita cantik itu seolah memiliki firasat jika dia tidak akan berjumpa dengan adik kesayangannya lebih dari tiga hari sesuai ketentuan hadiah.
"Kamu itu selalu begitu, Rei. Nggak pernah sayang sama kakak. Dipeluk sama kakak sendiri saja protes melulu kerjaannya. Coba kalau sama Dhea, seharian dipeluk pun kamu mau-mau saja. Dasar pilih kasih kamu, Rei!" Erlina kembali menggerutu sembari melepas pelukannya. "Ya sudah, hati-hati yah, Rei. Sekarang pamit dulu sama Dhea sana sebelum pacarmu yang cantik itu iri hati, hihihi..." Erlina menoleh ke arah Dhea yang berdiri di sampingnya sembari mengulas senyum jahil.
"Ok, Kak Lina jaga diri baik-baik juga yah. Jangan terlalu capek kalau kerja. Jangan sampai telat makan. Ingat, kakak sekarang nggak sendirian. Ada mulut lain yang harus dikasih makan di dalam perut kakak, hehe..."
"Iya... bawel! Tumben kamu perhatian sama kakak, Rei? Sudah, sekarang buruan tuh dikasih jatah yang sudah ngebet kepingin dipeluk!"
"Ogah ah... aku sedang ngambek sama dia, Kak! Gara-gara dia nih, aku harus pergi meninggalkan kakak selama tiga hari." Reihan pura-pura membuang muka.
"Ih... kok gitu sih, Rei. Maaf..." Wajah Dhea yang semula ceria mendadak berubah menjadi lesu.
"Aku becanda kok, sayang..." ucap Reihan sembari langsung memeluk gadis cantik yang berdiri di sebelah kakaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kumpulan Cerpen BxB Story
RastgeleKarena aku ini penulis abal-abal yang nggak fokus, maka aku buat kumpulan cerpen ini biar bisa ngelanjutin hutang cerita yang lain hihi... Karena saking banyaknya ide yang bermunculan di otakku yang kalau nggak disalurkan bisa bikin galau gimana, ka...