Penutup Kepala [1/1]

817 243 163
                                    

Sudah satu semester aku sekolah di sini. Tak ada yang menggangguku, mereka semua menerimaku dan berteman baik denganku.

Sekolah ini juga tanpa pem-bully-an.

Tapi satu yang selalu membuatku terganggu.

Gadis yang selalu memakai penutup kepala itu.

Itu bukan hijab.

Bukan juga beanie.

Hanya selembar kain menutupi kepalanya, lebih tepatnya rambutnya.

Dia juga selalu menyendiri dan selalu berada di pojok.

"Tit, kau selalu saja melihat gadis aneh itu," celetuk Andre.

"Penampilan gadis itu sangat berbeda Ndre, ya jelas aku bisa mencarinya lebih mudah," ucapku dan masih terus melihat ke arah gadis penutup kepala itu yang sedang duduk dengan pandangan menunduk.

Bel sekolah sudah berbunyi lima belas menit yang lalu, sekolahan pun sudah sepi. Tapi gadis itu masih duduk di bangku lorong menuju lobby sekolah ini.

"Jadi kau selalu mencari keberadaan gadis aneh itu, hm?" goda Andre.

Ah, aku keceplosan ternyata. Awas saja kalau Andre sampai menyebarkan ini, aku akan mengerjainya terus-menerus.

"Lebih baik kau ajak ngomong saja Tit gadis aneh itu. Yaa, walaupun aku tidak tau apa yang menarik dari gadis itu," ketawa remeh Andre dengan melirik ke gadis penutup kepala itu sekilas.

"Jaga bicaramu, Ndre." tegurku.

"Bwa lihat?! Kau sudah membelanya, Bung. Cepat ajak dia bicara. Aku pulang dulu. See you!" tiba-tiba Andre dengan sekilas mengecup pipiku dan langsung berlari. Tanpa ekpresi aku melap bekas kecupan basah dari Andre sahabat gilaku itu.

Apa harus aku menghampirinya?

Lalu bertanya 'hey kenapa kau selalu memakai penutup kepala itu?'

Itu tidak baik. Dia pasti akan mengira kalau aku selalu memperhatikannya.

Aku terus berjalan menghampiri gadis yang sedang menunduk itu. Aku merasa sangat gugup. Sungguh.

"Hey boleh aku duduk di sini?" tanyaku dengan canggung. Kaku sekali. Dia mendongak ke arahku.

Dia benar-benar manis. Matanya biru. Bibirnya merah mudah.

Tapi kenapa dia memakai penutup kepala? Itu sedikit membuat dirinya kurang menarik dan terkesan aneh. Aku yakin rambutnya pasti bagus dan membuat dia lebih cantik.

Dia hanya mengangguk lalu menunduk lagi.

"Namaku Tito. Namamu?" tanyaku. Ini seperti perkenalan anak-anak saja, sungguh.

"Jena." ucapnya dengan tersenyum kecil.

"Kau belum pulang? Bel sudah berbunyi dua puluh menit yang lalu, tapi kau tidak keluar untuk menemui jemputanmu." ucapku.

"Aku sudah di jemput sejak lama dan aku hanya ingin selalu berada sekolah ini," ucapnya dengan tetap menunduk.

"Hey, tataplah lawan bicaramu, Jen." ucapku.

"Apa kau tidak pulang?" tanyanya. Aku tau dia mengalihkan topik pembicaraan.

"Aku pulang membawa motor dan karena aku melihatmu, mungkin selalu melihatmu duduk di sini saat jam pulang, jadi aku ingin berbicara dulu denganmu." ucapku dengan tersenyum lebar ke arah gadis yang sedang menunduk itu. "Tak apa bukan?"

Penutup Kepala [1/1]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang