Aku sudah mengerti artinya patah hati. Dan aku menyimpulkan itu setiap kamu menatap dia, setiap kamu tersenyum dengannya, setiap kalian bercanda dan penuh tawa bersama.
Rasanya, seperti ada sebuah benda berat yang menghimpit di dada. Sesak sudah pasti, karena itu salah satu rasanya patah hati.
Bodohnya, walaupun aku selalu patah hati karena mu, aku terlalu bodoh karena aku selalu menunggu mu. Berharap kita bisa seperti dulu, berharap kamu bisa menjaga ku lagi.
Sayangnya, tak akan pernah ada kesempatan kedua untuk ku. Karena aku tahu kamu, kamu tak akan pernah mau menghamburkan waktu untuk yang kedua kalinya. Aku adalah gadis bodoh yang dulu pernah menolak mu tapi kini menyesal. Aku adalah gadis bodoh yang selalu berharap kamu kembali.
Bila ada yang bilang, cinta datang kerena terbiasa aku tak percaya. Karena dulu, saat kamu terbiasa di dekat ku, bersama ku, bahkan menjaga ku, aku tak pernah merasakan di mana cinta itu berada. Namun, bila ada yang mengatakan Cinta selalu datang terlambat aku setuju, karena kini aku merasakannya.
Merasakan betapa terlambatnya aku mencintai mu.
.
.
BiOLala ♥ Resyfitri
.
.
Kamu menyelipkan beberapa helai rambutnya ke belakang telinga. Aku melihat bahkan dia sempat tersipu malu karena mu.
Sesak itu datang lagi, mata ku terasa perih tiap kali melihat mu bersikap manis pada-nya. Karena dulu, sikap manis mu itu hanya untuk ku. Mungkin aku hanya tak terbiasa saat kamu membaginya.
Aku memaksa kan seulas senyum. Kemudian berbalik, mencoba meninggalkan pemandangan menyakitkan itu. Namun langkah ku terhenti saat dia gadis pujaan mu kini memanggilku.
Aku tersenyum tipis berbalik dan berjalan kearah mu. Rasa ngilu di dada coba ku pendam. Aku harus terbisa, itu kata mu dulu.
Kamu tersenyum tipis, tatapan memuja itu sudah tak ada lagi di wajah mu, dan lagi-lagi saat kamu menatap dia aku seperti tertampar ke dasar bumi. Aku menemukan itu, tatapan memuja mu dulu, yang kini untuk dia. Gadis pujaan baru.
Aku mengalihkan tatapan ku, "Ada apa?"
Dia gadis mu itu tersenyum lebar, "Kita bertiga kan ada tugas kelompok biologi."
Kamu merangkul bahunya posesif, "Kita kerjain di rumah Ola aja." Itu kata mu kemudian aku mengangguk.
Gadis dalam rangkulan mu itu tersenyum lebar, "Oke, jam tiga ya di rumah aku," Jeda sesaat sebelum Dia menjentikkan jari. "Kamu berangkatnya naik mobil Bio aja La, soalnya aku di jemput supir."
Aku tersentak, begitu juga kamu.
"Gak usah, aku udah pesan taxi." Walau sebenarnya, tak pernah ada satu taxi pun yang sudah ku pesan."Batalin aja. Biar kalian sampe bareng-bareng" Ola. Gadis mu itu menatapku dengan tatapan memohon.
"Oke, oke. nanti aku bareng Lala kok," Bahkan sebelum aku menyetujuinya, kamu sudah luluh lebih dulu.
"Beneran?" Rengek Ola.
"Bener, Iya kan La?"
Dan kali ini hati ku lah yang luluh.
Aku mengangguk.
-
-
-
Diam. Itu yang aku dan kamu lakukan saat ini. Hanya ada suara padatnya lalulintas kota bandung, yang seperti saling bersahutan membicarakan kita yang sedang membatu.
KAMU SEDANG MEMBACA
BiOLala
Short StoryAku hanya seorang gadis yang masih dipenuhi bayangan mu, aku hanyalah seorang gadis yang menunggu kamu kembali. Walau sebenarnya itu sangat tak mungkin, melihat kini kamu sudah memuja yang lain, bukan lagi aku. "Kamu hanya perlu terbiasa" itu kata m...