"Apakah disana kau sudah mendapatkan sahabat baru, Nona Hyuuga? Hingga sekedar menelpon sahabat lamamu yang kesepian ini menjadi tak penting lagi eh?"
Aku tertawa renyah saat suara merajuk terdengar dari seberang telepon.
"Aih, Karin- chan, aku kangen sekali padamu! Disini stok manusia serame dan semenyenangkan dirimu sudah habis!" ujarku masih terkekeh.
"Tck, tak usah merayuku, Hyuuga! Aku masih marah padamu kenapa kau baru menghubungiku sekarang?!"
"Gomen, gomen . Aku sibuk menyiapkan apartemen disini dan beberapa hal lainnya. Aaah , sebenarnya aku benci harus beradaptasi lagi, Karin-chan ! Tolong aku!"
"Bagaimana cara aku menolongmu dari sini, baka !" Kudengar Karin menghela nafas sebelum melanjutkan, "Percaya dirilah, Hinata! Kau cantik dan pintar! Kau bisa berteman dengan siapa saja jika kau mau. Masalahmu itu di rasa rendah diri dan gagap sialanmu itu!""Ga-ga-gap si-sialan?"
"Tuh kan, kau sudah gagap lagi. Angkat kepalamu dan tunjukan bahwa kau seorang Hyuuga." Aku tersenyum mendengar nasihatnya yang berapi – api. "Nee, Hinata, katakan padaku, apakah disana kau menjadi korban bully? Seperti yang ada di dorama – dorama itu! Hahha, dan ada pangeran cool tampan yang akan menolongmu. KYAAAAAA!"
Aku sedikit menjauhkan ponsel dari telingaku demi mengindarkanku dari penulian dini.
"Jangan berlebihan, Karin! Mana ada yang seperti itu di dunia nyata. Yeah, mungkin ada. Tapi tidak di SMA baik – baik seperti Suna Koukou. Aku akui disini siswa – siswanya lebih dingin. Mereka baik sih , hanya saja aku merasa ada tembok tak kentara yang menghalangiku berbaur diantara mereka. Mereka tampaknya tak mudah menerima kehadiran orang asing," ceritaku muram.
"Oh, Hinata-chan..."
"Haha, dan tentang si pangeran cool —"
"APA? Jadi beneran ada pangeran tampan cool-oh-so-damn-sexy yang menolongmu?! KYAAA!"
Lagi – lagi aku menjauhkan ponsel dari telingaku. Sekarang ada tambahan cool-oh-so-damn-sexy eh?
"Hahaha, yeah aku rasa dia bisa dikatagorikan cool-oh-so-damn-sexy seperti yang kau katakan. Dia sangat minim ekspresi tapi cukup baik dan sering menolongku di kelas. Meski—"
"Apa kabar, Hinata- chan ?"
Aku tercekat. Itu bukan suara Karin. Itu suara dari seseorang yang sangat kurindukan. Aku siap menitikkan air mata saat ini juga hanya karena mendengar suara baritone selembut beludru itu diseberang telepon. Apa aku bermimpi? Apakah aku sebegitu merindunya hingga berdelusi mendengar suaranya?
"Kau masih disana, Hinata- chan ?"
"Na-naruto- senpai? "
...
..
.
Aren't you somethin' to admire?
'Cause your shine is somethin' like a mirror
And I can't help but notice
You reflect in this heart of mine
If you ever feel alone and
The glare makes me hard to find
Just know that I'm always parallel on the other side
.
..
...
..
.
KAMU SEDANG MEMBACA
Your Eyes (Fanfiction)
FanfictionRate: Remaja [13+] Hinata hanya gadis SMA biasa. Tak punya kelebihan apa - apa. Selalu kikuk, ceroboh dan terlalu pemalu. Lalu apa itu salahnya? Jika dia jatuh hati pada pandangan pertama kepada Senpai bermata biru yang menawan. Segala cara dia laku...