"Apa itu bintang?"
"Bisakah aku menyentuhnya? Bisakah aku memakannya? Bisakah aku membunuhnya?"
"..."
"Apakah kau bintang?"
Langit kelam berhias bintang menyambut kedatangan Leana. Sesosok monster kecil berbentuk tetesan air menghentikan pergerakannya. Leana menatap monster itu.
"Aku bukan bintang. Bintang itu ada di langit," jawab Leana. Makhluk mungil itu menunduk lesu begitu mendengar pernyataan Leana. "Artinya aku tidak akan pernah tahu apa itu bintang. Langit hanya ada di permukaan," katanya. Leana mengembuskan napas pelan, antara peduli atau tidak, ia ingin menghibur makhluk itu. Namun rasanya ia sangat malas untuk berpikir. Pada akhirnya, Leana memilih untuk pergi meninggalkan makhluk kecil itu yang diselimuti keputus asaan.
Ia berhenti melangkah kala matanya mendapati sesosok monster berwarna kuning yang lebih pendek darinya menghampiri Leana setengah berlari dari arah depan. Monster kuning dengan baju kuning bergaris horizontal, bertanduk seperti dinosaurus, berekor kuning, tidak memiliki tangan, dan mata kanan yang lebam terlihat sukar untuk pulih kembali. Monster itu tersenyum, menampilkan sederet giginya.
"Yo!" ia menyapa, "kau juga ingin melihat Undyne?"
Leana terdiam. Entah siapa itu Undyne, ia tidak peduli. Yang ia tahu, semua makhluk di dunia ini ingin membunuhnya. "Yo! Undyne saaaaangat keren! Ketika ia mengayunkan tombaknya, semua orang takut padanya! Aku yakin peluhmu akan bercucuran ketika kau melihatnya!" kata monster itu lagi.
Leana mendengus pelan. "Peduli apa," gumamnya sembari berlalu melewati monster itu. "Yo! Tunggu!" Monster kecil itu berlari kecil untuk menghampiri Leana. Sayangnya, monster kuning ini begitu ceroboh. Ia tersandung oleh kakinya sendiri, mengakibatkan wajahnya mendarat pertama kali ke tanah sebab ia tidak memiliki tangan. Leana menoleh cepat, menghampirinya dan bertanya apakah ia baik-baik saja. Monster itu mendongak, mengangguk kemudian dibantu berdiri oleh Leana. "Kau seharusnya hati-hati," ucap Leana dengan nada yang datar. Monster itu tersenyum kikuk, "He he.. aku sudah biasa jatuh begini."
"Kalau begitu jangan dibiasakan lagi. Kau tidak mau kan, keluargamu melihat wajahmu yang babak belur seperti itu? Kau harus menjaga dirimu baik-baik," tutur Leana. Semburat merah menghiasi wajah kuning monster itu. Mulutnya terbuka sedikit karena ucapan Leana. "...t-terimakasih. Aku akan lebih hati-hati lagi."
Leana tersenyum simpul. "Well, kau tidak mau bertemu Undyne?" tanya monster itu.
"Tidak, kau duluan saja. Aku mau berkeliling sebentar."
"Kau sangat baik. Kurasa Undyne tidak akan menyakitimu jika ia bertemu denganmu." Leana tersenyum lagi. Ia berharap perkataan monster itu benar. "Kalau begitu, aku duluan!" Ia akhirnya pergi meninggalkan Leana.
***
Dahulu kala, para monster membisikkan harapan mereka pada bintang di langit. Jika kau berharap sepenuh hati, maka harapanmu akan menjadi kenyataan. Sekarang, yang kita punya hanya batu-batu bergemerlap di langit-langit...
Bunga-bunga biru --atau sebut saja bunga gaung-- itu berbisik. Ketika Leana mendekat, bunga gaung akan mulai berbicara, dan mengulang terus-menerus. Ia menangkap tulisan warna pirus di dinding,
RUANG HARAPAN
tertera sangat jelas di sana. Ia berjalan lagi, mendekati bunga yang lain.
Ribuan orang berharap bersama tidak masalah! Raja akan membuktikannya.
Ayo, kak! Buat harapan!
Aku berharap aku dan kakakku, suatu hari nanti akan melihat bintang yang sebenarnya...
KAMU SEDANG MEMBACA
Undertale
הרפתקאותHanya ada dua kenyataan dalam kisah ini. Akhir yang bahagia, atau buruk. Kau tidak bisa memilih. Tapi pilihan yang akan mengikuti kata hatimu. Jangan biarkan tekadmu berguncang. Karena kau akan tahu apa akibatnya, dan melihat apa akhirnya. --- Rank...