[1] Krystal

440 35 8
                                    

Krystal POV

"selamat ulang tahun".

3 kata yang sejak beberapa tahun ini mendadak menjadi kalimat yang paling aku benci. Rasanya hatiku tergores sesuatu bila mendengar ucapan itu. lucu bukan? Siapa yang tidak suka ulang tahun. Ayolah itu adalah hari yang paling kita tunggu-tunggu. Tapi bagiku itu adalah ritual bodoh yang ingin aku hapus dari muka bumi.

Lagi pula setiap tahun umur kita berkurang bukan bertambah, lalu untuk apa kita merayakan pengurangan jumlah usia. Cih tidak penting. intinya aku punya kamus berbeda dengan orang-orang tentang ulang tahun.

Kenapa? Karena masalah utamanya adalah aku benci tanggal lahirku.

Dan aku lebih benci lagi kalau ada seseorang mengingatkan ku pada hari itu dengan mengucapkan selamat ulang tahun.

Dan sialnya hari ini aku mendapatkan ucapan itu.

***

Pesawat yang aku tumpangi baru saja landing di Incheon International Airport. Pagi ini moodku memang sedang tidak baik, tidak sama sekali. Karena aku belum siap untuk kembali kesini. Ke tanah kelahiranku yang anehnya menjadi tempat yang paling ingin aku tinggalkan.

Korea. Aku tidak membenci negeri gingseng ini, hanya saja semua yang tertinggal korea adalah mimpi buruk bagiku. Lalu saat ini aku harus bangun dan menghadapinya. Hafft tidak mudah.

Awali pagimu dengan senyuman. aku berulang kali mendoktrin fikiranku dengan kalimat itu. tapi nyatanya bibirku sangat enggan untuk sekedar menyunggingkan senyum, bahkan sebuah senyum palsu pun tidak bisa.

ayolah, aku tidak selemah itu. tapi baru saja aku membangun semangatku sendiri, tiba-tiba saja roda koper besar ku terlepas. Membuat ku mendesah frustasi. Ini menyebalkan. aku hanya ingin memulai awal yang baik di korea, tapi bahkan koper ku saja tidak mendukung. Sial.

Dan yang lebih membuatku jengkel adalah, ketika aku sedang susah payah menarik koperku yang rusak, seseorang malah menabrakku dan menumpahkan minumannya ke bajuku. Shittt cobaan apalagi ini Tuhan.

"BRUAGHHH"

Aku jatuh dalam posisi yang kurang elit. Membuat pantat ku mendarat ke lantai bandara yang dingin, dan aku hanya bisa ber AWWW ria.

Aku menatap horor seseorang yang baru saja merubah bajuku menjadi berwarna coklat itu, dan aku yakin yang baru saja dia tumpahkan adalah bubble tea ,dan ini lengket. Iwhh.

Aku menatapnya jengkel tapi dia malah balik menatapku seolah menantang. Laki-laki itu mendesah frustasi sembari memandangi barang-barangnya yang jatuh tercecer tercampur dengan barang-barangku.

Dingin adalah hal pertama yang bisa aku tangkap dari laki-laki yang sedang berdiri dihadapanku ini. Entahlah dingin ini berasal dari bajuku yang basah dan mulai merembes ke permukaan kulitku atau karena tatapan tajamnya.

Aku tidak mengerti siapa yang harus jadi korban dan tersangka dalam kasus ini. tapi kalau dilihat-lihat akulah yang mengalami kerugian paling besar, ya walaupun insiden tadi membuat barang-barang kami sama-sama tercecer dilantai, tapi jangan lupakan pantatku yang mulai terasa nyeri, setidaknya dia tidak terjungkal tidak elit seperti ku. Tapi egoisnya kami berdua sama-sama bertahan untuk tidak saling meminta maaf, selama beberapa saat kami malah saling beradu pandang. Seakan-akan bisa membaca fikiran satu sama lain.

Aku menghembuskan nafas kasar, mencoba untuk memunguti barang-barang ku, mencoba untuk tidak menghiraukan laki-laki yang masih betah dengan posisi nya itu. Persetan, lagi pula aku sedang tidak dalam mood untuk melukai seseorang hanya karena menumpahkan minuman ke bajuku. Ayolah aku hanya ingin memulai awal yang baik. Enyah saja itu lebih membantu anggap saja tidak pernah terjadi apa-apa. Anggap saja ini adalah hari keberuntunganmu. Karena sang singa sedang tidak lapar.

Tapi sedetik kemudian, laki-laki itu mengambil posisi jongkok lalu memunguti barang-barangnya dan anehnya dia tiba-tiba membantuku memungut beberapa buku ku yang tercecer dan ponselku yang juga terbanting kelantai. Ini terlihat seperti adegan di film-film romance yang membuatku mual. Untung saja tangan kami tidak saling bersentuhan.

"Lihat apa yang sudah kau lakukan pada bubble tea ku" laki-laki itu menunjuk gelas bubble teanya yang sudah kosong dengan dagu lancipnya.

"Lihat apa yang sudah kau lakukan pada bajuku". Cih bisa bisanya dia malah memikirkan bubble tea.

Laki-laku itu kemudian melirik sekilas lalu memutar kan bola matanya malas.

"maaf,". Ya akhirnya dia mengalah, dan aku hanya mengangguk sebagai jawaban. Lumayan dia sudah meminta maaf walaupun dengan wajah datar nya yang membuat permintaan maafnya terlihat tidak ikhlas bagiku.

"lain kali pakai matamu dengan benar saat berjalan". Aishh tidak bisa kah dia hanya meminta maaf saja tidak perlu berceramah lagi.

"jalan itu pakai kaki, lain kali pakai kaki dan tanganmu dengan benar, gara-gara tanganmu tidak mampu menggegam dengan benar baju seseorang jadi korban". Aku ingin menahan emosiku tapi laki-laki sungguh tidak bisa diajak kompromi.

Lak-laki dengan wajah itu kemudian menyodorkan satu persatu buku yang sudah dia pungut, tidak mengindakan kata kata ku sama sekali. Sesekali keningnya berkerut-kerut membaca sebuah tulisan di salah satu buku ku yang sampulnya terbuka. Aku kemudian menarik buku itu dari genggamannya dan menghadiahinya sebuah deth glare karena yang dia baca adalah diaryku.

"kau berhutang bubble tea padaku". Tunggu aku kira masalahnya sudah selesai, aku hanya terus memandangi laki-laki itu tidak mengerti dengan jalan fikirannya.

"kalau aku berhutang bubble tea, lalu kau berhutang baju padaku". Aku mengibas ngibaskan bajuku yang sudah hampir setengahnya berwarna kecoklatan ke arahnya.

"well, kita sama-sama berhutang," laki-laki itu menggidikkan bahunya, sok tampan.

"tapi berhubung hari ini adalah hari ulang tahunmu, jadi mungkin kau bisa mentraktir ku bubble tea".

SHITTT.

"perkenalkan namaku wu shi xun". Tunggu dia orang china? Oh sial dasar orang China menyebalkan.

Laki-laki itu kemudian mengulurkan tangannya padaku. Tapi ku biarkan tangan putihnya itu menggangtung diudara, karena dia sudah membuat satu kesalahan besar. Aku benar-benar muak dengannya.

Karena aku tak kunjung menjabat tangannya namja itu kemudian memasukkan kembali tangannya kesaku celan mungkin dia cukup pintar untuk menerjemahkan raut wajahku. Aku marah.

Tapi dia malah terus menatapku tajam, membuatku ingin mencongkel bola matanya kecoklatan itu.

"jung soojung, selamat ulang tahun".

FUCCKKK

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

TBC

jangan lupa voment :)

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 24, 2016 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

MIDNIGHT COUPLE [HUNSTAL]Where stories live. Discover now