Hello! Ini adalah cerita pertama yang author buat :D jadi maafkan kalau ceritanya ga nyambung atau antiklimaks. Author sambil belajar nulis dikit dikit nih. Ohiya, Happy Reading kawan kawan! :v
Sore menjelang petang, dua anak berjalan menyusuri gang sempit yang sepanjang jalannya ditumbuhi bunga dandelion. Salah satu dari mereka berjilbab dan berkacamata. Di kemeja di sebelah kanannya terdapat nametag bertuliskan 'Shabina Sekar Srikandi' akrab dipanggil 'Sekar'. Sedangkan cewek pinggirnya bernama 'Dea Asyfathur Rizq'.
Rok biru tua mereka berkibar tertiup angin. Membawa awan kelabu yang menyembunyikan mentari yang lelah seharian berbagi sinarnya yang panas itu. Mereka hanya membisu, ditemani segelas milkshake yang mulai surut.
"Ekhem, De aku bayar berapa nih buat traktiran lo selama ini" tanya Sekar memecah keheningan. "Hahaha lo jadian sama Ghifari utang lo gue anggap lunas deh" jawab Dea. Seketika wajah Sekar menjadi kusut. Wajahnya mengikuti langit yang muram. Kembali terjadi keheningan antara mereka.
Sampai di persimpangan jalan, Dea melambaikan tangan pada Sekar, tanda mereka harus berpisah di jalan itu. Sedangkan Sekar tidak menggubrisnya sama sekali. Hanya menatap Dea, lalu membuang pandangan ke arlojinya. Pukul 17:45. Sekar hanya ingin pulang-menulis diary-menyobeknya-lempar ke kolong ranjang. Yap itulah kebiasaan aneh Sekar kalau lagi badmood.
Sampai di rumah, gak ada siapapun di dalamnya. Sampai tetangganya memberitahukan bahwa ibunya sedang pergi ke rumah sepupunya baru saja tadi. Sekar hanya menghembuskan nafas lelah.
Ia pun masuk ke kamar dan duduk di atas ranjang. Baru saja ia akan mengambil diarynya--
TOK TOK TOK TOK TOK
"Hm? Siapa ke rumah jam segini? Ini kan udah gelap, udah mau maghrib"
TOKTOKTOKTOKTOK
"Ih siapa sih? Kalau ayah pasti manggil namaku dulu, kalau ibu langsung masuk aja. Atau tamu? Eh tamu masa keras keras gitu sih? Aduh, buka gak ya?"
TOKTOK TOK TOK TOK
"Buka gak nih? Aduuuh. Gue itung aja kali ya sampai 5 kalau ga ngetuk lagi berarti tu orang mau ngerjain gue...
1...2...3...4...4,5...5... Tuhkan cuma yang mau ngerjain. Huu"Sekar pun beranjak ke kamar mandi untuk mandi, dan melupakan kejadian tadi. Tapi ketika ia memegang gagang pintu kamar mandi--
*BUUUSH*
Angin berhembus begitu kuat, padahal di sekitar sini gak ada kipas angin atau ac. Apa mungkin ini angin dari ventilasi?
*KREEK TRASHH*
"Ups apa lagi itu! Masa jam segini masih ada anak manjat pohon sih?! Perlu gue cek gitu?"Sekar berjalan ke arah jendela, tetapi--
*DUARR*
Petir menyambar keras, Sekar shock. Terdengar kembali suara ketukan
*TOK TOK TOK* *KREEK TRASHH* *DUARR*
Semua suara itu muncul bersamaan, Sekar menjadi takut, ia mengurungkan niatnya untuk mandi. Ia berlari ke kamarnya dan menyembunyikan diri di dalam selimutnya. Hujan diluar semakin deras. Hawanya dingin sekali.
"Brrr... dingin ih, tapi gue takut mau ganti baju, mana diluar gelap lagi, eh tapi kok kaki gue rasanya dingin banget ya? Eh ini apaan dingin banget? Mana mungkin kan bocor? Eh eh mamaa cepet pulang napa maaa" batin Sekar.TOK TOK TOK *DUARR*
Suara ketukan makin keras beradu dengan suara petir. Perasaan Sekar tidak karuan. Kaki Sekar terasa makin dingin.*HIHIHI*
*BLANK* Sekar shock, kakinya makin dingin, ia tak ingat apa yang terjadi. Dan ia tak tahu apa yang terjadi padanya di hari selanjutnya~Nah! Maafin ya kalau ceritanya gaje :v ini masih prolog ya, jadi masih pendek ceritanya.
Ditunggu votementnya yaaa biar makin semangat nulisnya, Tq;v
KAMU SEDANG MEMBACA
Dandelion - Let My Dreams Come True
Teen Fiction"Karena hidup itu gak selamanya buat mikirin 'dia'. Gak ada 'dia' di hidup lo, lo gakan mati kok, percaya sama gue" -Shabina Sekar Srikandi "Hidup itu dari Tuhan, oleh Tuhan, dan untuk Tuhan. Jadi, kurangin deh nyakitin hati orang, gak ada yang tau...