Chapter 2 : Ikatan Benang Merah

3.3K 315 6
                                    

Minato hanya dapat terdiam setelah mendengar penuturan Kushina. Ia tak menyangka, bahwa sepupunya mendapatkan penglihatan seperti itu. Kenzo memang dapat melihat masa depan, tetapi hanya sebatas keluarga besar saja. Tapi kini ia dapat melihat itu pada kakak Kushina.

Setelah tahu apa yang akan terjadi, Kushina terus menangis. Ia ingin menelpon kakaknya agar tak pergi menuju bandara. Tetapi Kenzo melarang, karena hal ini akan menyalahkan hukum alam. Ia memberitahukan hal ini hanya karena ia ingin Minato selaku kepala keluarga dapat melakukan sesuatu.

Minato yang mengerti hal itu akhirnya membuat suatu keputusan. Mulai saat ini Karin akan tinggal bersama dengan keluarga Namikaze. Mereka akan merahasiakan hal ini sampai saat dirasa Karin cukup mengerti untuk mengetahui hal besar ini.

Sara akan dihapuskan eksistensiya dari kehidupan Karin. Bukan untuk dilupakan, tetapi dibuat sebagai kenangan yang tak akan disadari oleh Karin entah sampai kapan. Minato dan Kushina akan mengusahakan hal tersebut.

.

.

.

Naruto kini sedang duduk di belakang rumah sambil melihat rubahnya bermain. Seekor kupu-kupu hinggap diatas kepalanya. Dengan perlahan, tangan Naruto mencoba meraih kupu-kupu tersebut. Sayangnya kupu-kupu tersebut terbang. Entah mengapa, kupu-kupu tersebut kembali mendekat. Kali ini ia hinggap dihidung Naruto.

Setelah cukup lama terdiam memandangi kupu-kupu tersebut, Naruto lalu mengangguk. "Pergilah, tugasmu sudah selesai. Terimakasih kau telah membawanya kemari. Mawarnya akan mekar sebentar lagi, setelah itu kau bisa mengambilnya kapanpun" seolah mengerti kupu-kupu tersebut terbang menjauh.

Naruto berjalan pelan mendekati Kyuubi, lalu berjongkok mengelus sebentar kepala rubah kesayangannya tersebut. Lalu ia melangkahkan kakinya masuk kedalam rumah mencari seseorang.

Langkahnya terhenti ketika melihat sang kakak tertua sedang berlatih di halaman samping rumah. Ia melihat Kurama mengangkat barbell yang besar dengan satu tangan. Pelan ia menghampiri kakaknya. Ia duduk dikursi yang telah disediakan, rubahnya yang sejak tadi tenang tiba-tiba menyalak keras. Ia berdiri dalam posisi siaga. Gigi tajamnya ia perlihatkan seolah-olah sedang menakuti.

Terkejut dengan suara rubah tersebut Kurama menoleh kesamping dan meletakkan barbell tersebut. Ia melihat adiknya hanya diam saja sambil terus melihatnya. Pandanganya tajam menusuk kearahnya. Kurama tak pernah melihat pandangan tajam tesebut. Selain itu mata itu tak seharusnya dimilki oleh anak berumur 5 tahun.

"Naru-chan, rubah siapa itu?" Kurama mencoba mendekat tetapi sebuah geraman mengurungkan langkahnya.

"Naru-chan?"

"Kyuu diamlah!" Naruto memerintah rubahnya dingin, "Ku-niisama, apakah Ku-niisama bisa berkebun?"

"Hah?" Kurama jelas tidak paham, "Berkebun? Apa yang Naru-chan katakan?" wajah Kurama terlihat jelas tak mengerti.

"Mulai sekarang niisama harus pandai bercocok tanam, kalau tidak nanti bunganya tidak mekar. Dan kalian harus kembali menunggu ribuan tahun lagi untuk melihatnya mekar dengan indah"

"Tunggu Naru-chan, niisan tidak mengerti"

"Ah aku juga akan meminta Dei-niisama untuk membantu Ku-niisama" Naruto lalu bagkit dari duduknya dan mulai berjalan meninggalkan Kurama yang terdiam tak mengerti. "Mawarnya sudah membentuk kuncup, kalian berdua harus bisa menjaganya agar bisa mekar" Kurama menatap Naruto yang berbicara tanpa melihatnya sama sekali.

Kurama jelas merasakannnya, Naruto adik kecilnya yang manis telah berubah. Ia sudah tak lagi mengenali Naruto yang sekarang. Hal ini membuat ia semakin bersedih. Ia sudah kehilangan adik kecilnya yang manis. Yang tersisa hanyalah hampa.

Benang MerahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang