Chapter I : masa lalu yang berharga

29 3 0
                                    

Namaku Vivi, aku lahir dari keluarga yang sangat berkecukupan.

Ayahku (Tom) seorang Kapten kapal yang sering berjelajah ke berbagai negara belahan dunia,
Ibuku (Paula) seorang koki ternama disalah satu restoran berbintang di kota Amerika, tepatnya di New York.

Namun aku lahir di kota Florida. Kota yang sangat indah dan sangat penuh dengan kehangatan.

Sewaktu ku kecil, aku sering sekali membantu ibuku memasak di dapur rumah kami.
Kadang aku juga bersama ayah pergi memancing, kalau ayah sudah pulang dari berlayar.

Ayah baru pulang ke Florida sekitar 3 tahun sekali, kemudian 3 bulan di darat dan ayahku pergi berlayar kembali.

Dulu ibuku hanya seorang ibu rumah tangga, tetapi ibuku memiliki kemampuan yang mengesankan dalam bidang masak-memasak.

Sewaktuku kecil sekitar 12 tahun, aku dan ayahku selalu pergi memancing bersama dan kemudian hasil pancingan kami, kami berikan kepada ibuku untuk di olah untuk jadi makan malam kami semua.

Di Florida, sangat terkenal dengan jeruknya yang mendunia, bahkan jeruk di Florida di ekspor ke berbagai benua besar.
Aku memiliki kebun jeruk yang kira-kira 1 hektar luasnya dan memiliki pekerja yang merawat kebunku.

"Vivi, could you help me,please?" Sahut ibuku.
"Yes mom." Aku menjawab dengan nada yang sangat senang.
"Could you slice an onion?" Tanya ibuku.
"For sure mommy." Aku pun langsung mengiris bawang merah untuk bumbu yang akan dipakai ibuku memasak.

Ibuku mengolah kepiting lobster menjadi makanan berkelas bintang lima seperti layaknya restoran di New York.
Aku pun orang pertama yang mencoba masakan olahan ibuku itu, dan "hmm.. yummy. It's so delicious, thanks mom." Aku pun bersyukur punya ibu yang pandai memasak, kelak aku ingin seperti ibuku.

Hal yang paling aku tunggu-tunggu ialah ketika ayah pulang, karena ayah pulang tiap 3 tahun sekali, tetapi sekali ayah pulang, ayah selalu membawakan aku cokelat dari kota Brussels, Belgia.
Kota yang terkenal dengan cokelatnya.

Tidak hanya itu, ayahku mengajarkanku membuat cokelat panas yang sungguh nikmat.

Biasanya, semusim salju, kami membuat cokelat panas.
Namun, cokelat panas kami berbeda dari yang lainnya.
Anggap saja cokelat panas keluarga kami memiliki resep rahasia tersendiri.

Di malam terakhir ayah di darat, aku tertidur karena lelah.
"Paula, tommorow i'll be back to my job." Ciuman hangat menuju dahi ibuku
"Take care my Tom." Balas ibuku menciumnya.

3 years later

Aku membuka kotak suratku dan ternyata isinya dari ayah.
"Honey, i'll be miss you so much. Anyway, i can't go home for this time. But, i'm promise to you, i'll be there for you."
Ternyata ayahku tidak pulang tahun ini, ada sedikit rasa sedih, namun ibuku menghiburku dan mengajak aku menonton televisi di ruang keluarga serta bersantai-santai.

Namun, kami sempat terpaku pada salah satu stasiun tv yang menyiarkan berita tentang "tenggelamnya kapal SS.Drip yang menyebabkan semua kru kapal tewas tenggelam."

"Mom! That's.........." aku terkejut dilanjutkan dengan tangisan ibuku
"Your Dad... oh God! Tom!" Ibuku menangis tersedu-sedu sambil mengambil gagang telepon untuk menelpon kantor polisi, guna menanyakan kebenaran berita ini.

Kami pun disuruh pergi ke kantor polisi, dan ternyata memang benar kapal yang tenggelam itu adalah kapal ayahku.

Kami masih shock dan menangis di kantor polisi, seakan ini tidak pernah terjadi.

Setelah melakukan pencarian selama 7 hari, tim SAR tidak dapat menemukan jasad ayahku.
Kejadian itu membuatku sangat terpukul sekali, kehilangan ayah di bangku SMP merupakan hal yang tidak bisa ku bayangkan.

Oh Daddy, andai saja waktu bisa terulang kembali.
Aku ingin sekali menikmati masa kecilku yang dulu, pergi memancing bersamamu, membuat cokelat panas bersamamu.
Andai saja, di malam terakhir engkau pergi aku tidak tertidur.
Daddy, i miss you so much.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 26, 2016 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Love Is ChocolateWhere stories live. Discover now