part 10

5.9K 377 17
                                    

Pukul 8.a.m Bethany sudah hampir sampai di kedai Lotus. ia adalah karyawan yang bertanggung jawab untuk memegang kunci kedai, oleh karena itu ia datang lebih awal dari pada karyawan lain. Saat Bethany ingin masuk melalui pintu belakang kedai, ia melihat Sheana yang tertidur sambil terduduk memeluk kakinya dan lututnya sebagai bantalan. Sontak Bethany terkejut dan berjongkok di depan gadis itu.

"Sheana..." Panggil Bathany sambil menepuk pipi Sheana lembut.

Perlahan Sheana membuka matanya. Wajah gadis itu terlihat pucat, mungkin karena semalaman ia kedinginan terkena angin malam.

"Mengapa kau tidur di sini?" Tanya Bethany khawatir.

Sheana tak menjawab apa-apa, ia hanya menatap kedepan dengan pandangan kosong. Ia berpikir kenapa Tuhan tidak menidurkannya untuk selama-lamanya? Mengapa tuhan membangunkannya lagi sehingga ia harus menghadapi dunia yang kejam ini?

Bethany berdiri lalu segera membuka pintu dapur kedai. Ia langsung menuntun Sheana untuk masuk ke dalam. Sheana mengikuti kemana arah Bethany membawanya, ia benar-benar seperti mayat hidup.

Bethany mendudukannya di salah satu kursi yang berada di dapur. Ia melepas jaketnya lalu di gunakan untuk menutupi tubuh Sheana, karena ia tahu pasti Sheana ke dinginan telah melewati malam panjang di luar. Dengan cekatan Bethany langsung membuatkan teh hangat untuk gadis itu agar ia tak terserang demam.

Sheana masih diam seribu bahasa dengan tatapan yang juga masih kosong. Bayangan tentang ayahnya yang mencoba menciumnya membabi buta tiba-tiba terlintas di benaknya. Sheana langsung terkejut lalu menangis.

"Minumlah teh ini terlebih dahulu." Bethany memberikan teh yang masih hangat kepada Sheana.

Sheana menyeka air matanya lalu mengambil teh itu. Sheana menyeruputnya perlahan. Bethany tak kuasa menahan air matanya melihat kondisi Sheana. Mungkin ia tak tahu apa yang menimpa Sheana, tapi ia tahu cobaan yang menimpa Sheana begitu berat sampai-sampai gadis itu begitu kosong.

Bethany menyeka air matanya. Untuk saat ini bukan saatnya menanyakan pada gadis itu apa yang terjadi, yang terpenting sekarang adalah merawat Sheana terlebih dahulu. Bethany lalu membuatkan roti panggang untuk Sheana, gadis itu pasti sangat kelaparan.

Saat menunggu roti keluar dari alat pemanggangnya, Bethany menatap Sheana. Siapapun yang melihat Sheana saat ini pasti akan menangis karena kasihan. Bethany di tarik dari lamunannya ketika roti keluar dari alat pemanggang. Bethany segera mengoleskan madu pada roti itu dan menaruh roti itu di tissue lalu memberikannya pada Sheana.

"Makanlah, kau pasti lapar." Ujar Bethany yang tak mampu menahan air matanya.

Bethany tersenyum sambil menyeka air matanya. Sheana menerimanya, ia langsung memakan roti itu dengan lahap. Siapapun yang melihatnya pasti akan teriris saat melihat Sheana sekarang, ia memakan rotinya dengan lahap seperti seseorang yang tidak makan berhari-hari.

Bethany mengelus rambut Sheana dengan lembut. Ia menyelipkan rambut Sheana ke balik telinga gadis itu. Sheana menatap Bethany lalu Bethany tersenyum seolah menunjukan ia tak sedih melihat keadaan Sheana.

"Bethany, bisakah aku meminjam pakaian mu?" Ujar Sheana dengan suara serak.

Sheana belum mau pulang, dan tak tahu kapan ia akan berani kembali kerumahnya. Oleh karena itu, ia meminjam pakaian Bethany karena ia tak mungkin memakai pakain yang sudah seharian ia pakai kemarin untuk kerja.

Bethany menghela napas lega, akhirnya gadis itu mau bicara, "sure. Kalau begitu aku akan pulang terlebih dahulu, kau tetap di sini ya." Perintah Bethany dan Sheana mengangguk.

Setelah itu Bethany segera pergi. Untung saja rumah Bethany tidak jauh dari kedai, hanya perlu berjalan kaki selama tiga menit. Sheana bersandar sambil menggenggam cangkir tehnya. Sampai kapan ia terus begini? Jika ia ingin melanjutkan hidupnya ia harus mencari jalan keluar. Tapi rasanya sudah tidak ada gunanya lagi melanjutkan hidupnya.

The EquinoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang