Hai, mungkin sebagian yang udah baca ini bingung kenapa di unpub? Jawabannya karena kepanjangan hahaha.
Makanya aku bagi dua part biar nggak pusing bacanya wkwk. Nama tokohnya aku ganti karena nggak enak kalo pake nama asli.
Jangan lupa kasih masukan berupa kritik dan saran ya. I'll be happy to hear that.
Happy reading.
•••
Mengingatnya membuatku tersenyum sendu, dulu hanya kebahagiaan yang ada di hariku saat bersamamu.
Tapi sekarang, semua berubah saat kau tidak ada di sampingku. Hatiku sepi, hariku kelabu.
Biarkan aku mengabadikan kisah kita berdua. Kutulis dalam cerita ini, tentang kita yang tidak bisa bersama tapi saling mencinta.
•••
Dulu kita dekat.
Sangat dekat. Hingga orang-orang yang melihat kita berpikir, bahwa kita ini sepasang kekasih yang saling mencintai.
Tapi tidak.
Mereka hanya salah mengartikan kedekatan kita.
Nyatanya, kita bukan sepasang kekasih, dan tidak saling mencintai. Oh, mungkin itu hanya bagimu. Tidak dengan diriku.
Ya. Aku mencintaimu. Sangat.
Berharap kau dapat melihatku lebih. Mungkin itu hanya keinginanku yang terlalu tinggi.
Kau memang melihatku, tapi sebagai 'adik' bukan 'teman perempuan'. Padahal kau tahu, kita tidak mempunyai hubungan darah apapun. Kita hanya bertetangga. Kau dan aku berteman sejak kecil.
Ah, ingatkah dirimu? Tentang kisah kita dulu? Saat kau masih mimisan ketika kelas enam SD? Ya. Aku yang selalu memberikan handuk kecil itu untukmu.
Aku begitu panik melihat banyak darah yang keluar dari hidungmu. Sedang kau, hanya tertawa melihatku waktu itu.
"Aku yang berdarah, kenapa kamu yang panik?" tanyamu. Aku hanya mengerucutkan bibir membalas ucapanmu.
Kau tersenyum lucu melihat tingkahku. "Tidak usah mengkhawatirkan aku, Ana." Tanganmu mengelus pelan puncak kepalaku.
"Aku ngeri melihat darahmu itu." Telunjukku menunjuk handuk di wajahmu yang sebagian memerah terkena darahmu.
Kau mengikuti arah telunjukku dan tersenyum. "Ah, ini. Tak apa, hanya sedikit," ucapmu dengan tenang.
Aku mengerutkan kening melihat tingkahmu. "Jangan becanda. Banyak begini, Ko. Apanya yang sedikit?" seruku gemas melihatmu yang selalu menyepelekan sesuatu.
Kau mengangkat sebelah alis, dan menurunkan handuk itu dari wajahmu.
"Nih, lihat." Kau menyodorkan handuk itu ke arahku, "sekarang sudah berhenti darahnya. Kamu tenang saja," katamu dengan senyum mengembang menenangkan hatiku yang gundah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Broken
Short Story[CERPEN] Ini ceritaku dengannya, seseorang yang kucintai tetapi tidak bisa kumiliki. Hingga kenyataan terungkap disertai penuh penyesalan. Tuhan, bisakah aku memutar waktu sebentar untuk memperbaiki kesalahanku di masa lalu? ••• Teaser by @funtaest...