BAB IV "In the Forecast"

57 7 0
                                    

Di siang hari kami berjalan, dan dimalam hari kami tidur dan berlatih. Sudah dua hari kami berjalan menyusuri Pegunungan Yundai. Kami sekarang berada di dataran luas ditengah pegunungan.

"Huft.. siang ini panas sekali! Kenapa kita tidak berteduh saja di hutan?" Kataku menyarankan.

"Kau ini banyak mengeluh yah, hutan di pegunungan ini sangat berbahaya, kita tak cukup orang untuk masuk kesana." Kata Fuu.

"Eh? Kenapa begitu?" Tanyaku heran.

"Banyak sekali bandit disana, dan juga monster berbahaya!" Kata Fuu.

"Ini tidak seperti dirimu Fuu! Bukankah kau suka tantangan?" Kataku.

Seketika telinga kucing Fuu menjadi layu.

"Bukan begitu Lark." Kata Fuu sambil menunduk.

Dia hanya terdiam, dan berhenti berjalan sambil memegangi dadanya.

"Apa kau masih trauma dengan serangan yang terjadi pada desa?" Tanyaku.

Kami sendiri belum tahu siapa pelakunya, yang jelas kami hanya dapat satu bukti.

"Kenapa mereka harus mati Lark?" Kata Fuu sambil melihat bulu hitam yang di genggamnya.

"Tidak semua dari mereka telah tewas! Oleh karena itu kita mencarinya bukan?!" Kataku menyemangati Fuu.

Fuu hanya terdiam melihatku yang tiba-tiba mengeluarkan air mata. Tanpa sengaja, aku teringat dengan kematian sahabatku. Hanya Dagger ini kenang-kenangan terakhirku bersamanya.

"Maafkan aku Lark, karenaku kau jadi mengalami hal seperti ini." Kata Fuu sambil memelukku.

Kamipun melanjutkan perjalanan kami.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~
"Tuanku..." Kata seorang pendekar menghadap sang raja dengan wajah pucat.

Sang raja hanya terdiam, dan menundukan wajahnya.

"Jadi, anak ramalan itu benar-benar datang huh?" Gumam raja

"Tuan, maaf atas kelancangan saya. Tetapi apakah tuan tetap ingin mencari putri anda? Anak ramalan itu sudah muncul, sebaiknya anda..."

"DIAM!" Kata Raja memotong kata-kata pendekar tadi.

"Kunci utama untuk mengalahkan anak ramalan itu adalah putriku. Tetapi sudah 3 tahun sejak putriku kabur dari istana. Oleh karena itu kau harus segera temukan putriku!" Kata raja dengan tegas kepada pendekar itu.

"Baik tuan! Saya Luan Willson bersumpah atas namamu akan menemukan putrimu bagaimanapun caranya!" Kata Pendekar tadi dengan serius.

"Bagus! Sekarang pergilah!" Kata raja

"Baiklah tuan.." Kata Luan
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Malam hari telah tiba, Fuu pergi ke sungai untuk memancing. Akupun mengikutinya.

"Hmm.. Aku penasaran, seperti apa yah masa lalu Fuu?" Kataku penasaran

Lalu Fuu tiba di sungai, dia hanya berdiri sejenak dan mulai bernyanyi.

"Huh?" Kataku

Fuu bernyanyi dengan sangat merdu. Angin berhembusan karena suaranya. Akupun ikut takjub dengan nyanyiannya. Suaranya seperti indahnya bulan di musim semi.

"Fuu..." Kataku memanggil setelah Fuu selesai bernyanyi.

"Eh? Lark?! Maafkan aku.. apa kau terlalu lama menunggu?" Kata Fuu

"Tidak.. daritadi aku mendengarkanmu bernyanyi." Kataku jujur

"Ehh!! Lupakan apa yang baru saja kau dengar?!" Kata Fuu sambil memukuliku.

"Aw..aw.. bagaimana aku bisa melupakannya kalau kau terus memukuliku?!" Kata ku berbohong.

"Eh..? Benar juga." Kata Fuu berhenti memukuliku

"Huh? Dia percaya?!" Kataku memasang wajah kaget

"Ah.. sudahlah.. sekarang ayo kita siapkan makan malamnya." Kataku

"Ah! Aku lupa! Ayo.. akan kuajarkan kau cara cepat menangkap ikan." Kata Fuu mengajakku kesungai.

"Baiklah." Kataku senang

"Sekarang, buka pakaian mu dan kau ceburkan dirimu ke sungai, lalu tangkap ikannya." Kata Fuu menyuruh Lark

"Ehh?! Apa tidak ada cara lain?" Kataku dengan wajah memelas

"Ini sebagian dari latihan tau! Kalau kau tidak dapat apa-apa malam ini. Kau tidak boleh makan!" Kata Fuu

"Ehh?! Kejam sekali.. bukankah latihanku hanya pedang?!" Kataku protes

"Tentu saja tidak, kau juga harus membangun tubuh dan staminamu dengan cara berolahraga dengan teratur." Kata Fuu

Dan akupun memulai latihanku. Dan tidak mendapatkan ikan sama sekali.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Paginya...

"Ugh.. aku lapar sekali." Kataku dengan wajah cemberut.

Kemarin adalah hari tersialku, saat aku berenang. Tidak ada seekor ikanpun yang keluar dari sarangnya. Akupun bertanya-tanya kenapa bisa begitu. Tetapi, Fuu tetap saja memaksaku untuk mencarinya.

"Huft.. aku tidak menyangka Fuu sendiri malah makan serangga." Kata Lark membayangkan.
~~~~~~~~~~~~Tadi malam
"Kau ini benar-benar payah." Kata Fuu

"Hei! Tidak semudah itu menca..." Kataku muncul dari air dan berhenti berbicara.

"Ehh.. kau makan apa?" Kataku kaget

"Huh? Ini? Ini kelabang." Kata Fuu menyeruput kelabang tersebut.

Entah mengapa aku merasa tidak enak melihatnya, dan akupun menyelam lagi ke sungai.
~~~~~~~~~~~~~~~Sekarang
"Hei Lark! Coba lihat ini!" Kata Fuu menghancurkan lamunanku.

"Huh? Ada apa? Apa ada yang aneh." Tanyaku dan melihat ke sungai yang ditunjuk Fuu

"Lihat.. ada tali tambang yang tersangkut dibatu itu." Kata Fuu

"Sudah kuduga, sungai ini berhulu di markas bandit." Pikirku

"Huft.. jadi karena ini mengapa tidak ada ikan semalam, sebagai permintaan maafku padamu, akan kuperbolehkan kau mengambil jatahku." Kata Fuu menyodorkan sisa serangganya.

"Ughh.. tidak.. terima kasih." Kataku menahan mual.

"Umm.. Fuu.. kalau boleh tahu. Bagaimana dengan masa lalumu?" Kataku memperbaiki suasana.

"Masa lalu? Aku punya." Kata Fuu

Bersambung...

Seperti apakah masa lalu Fuu?! Silahkan kalian tebak.
Berikan vote dan komentar anda yah!

Terima kasih!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 05, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Memo TsukiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang