"Iwa-chan."
Oikawa yang berbalut pakaian basah berlari setengah berlompatan. Menubruk Iwaizumi yang tetap tak bergeming. Tetesan air jelas-jelas merembesi karpet. Oikawa tidak peduli.
Oikawa yang terus-terusan menggumamkan banyak hal acak. Iwaizumi hanya sudah terlalu hafal dengannya. Dia sedang kacau, sedang luar biasa kesal, atau hanya rindu.
"Kenapa."
"Kenapa."
"Kenapa."
Diam lagi.
"KENAPA YA DOSEN SENANTIASA MEMBUNUHKUUUU!"
OH, berarti Oikawa hanya sedang kacau. Persetan atmosfer yang dikacaukan oleh Oikawa. Pengertian, ia dudukkan Oikawa di sofa, berikut dirinya di sebelah.
"Iwa-chan, jangan lulus duluan. Apalagi S3 di luar negeri. Jangan. Nanti aku kesepian ditinggal Iwa-chan." Pelukan posesif melingkupi Iwaizumi. Ia memilih membiarkan Oikawa terus mengutarakan isi pikirannya.
"Aku sudah lelah dengan tesis dan ini dan itu."
"Tunggu aku Iwa-chan. Cita-citaku membuat pesawat luar angkasa sebentar lagi pasti tercapai. Kita bisa melihat bulan sungguhan."
Ngomong-ngomong, Iwaizumi risih dengan pakaian basah Oikawa. Tidakkah dia paham bahwa itu membuat kulitnya yang samar tercetak di pakaian basahnya terlihat makin mengundang?
"Aku sudah lama tidak berjumpa dengan Iwa-chan. Bagaimana kabarnya sekarang? Aku yakin dia rindu kupeluk."
"Berapa lama sejak terakhir kali aku dan Iwa-chan berciuman?"
"Sekrup di otakmu lepas karena dihantam kunci inggris?"
"Apa? Inggris? Tidak, Iwa-chan. Harus di negara-negara Amerika, karena di sana sudah legal."
"Mau mati ya kau."
Kalau diingat-ingat lagi, satu harapannya untuk lepas dari Oikawa-berisik Tooru tidak pernah terkabul. Dia bukannya bisa lepas dari rengekan Oikawa Tooru, tapi malah semakin terjerat. Mungkin lebih dari dua dekade Oikawa merusak ketenangan di hidupnya. Sial, dasar alien penginvasi Bumi.
.
Oikawa berbaring setengah meringkuk di bawah kotatsu. Ia membaca majalah fashion populer masa kini. Iwaizumi duduk santai sambil menonton berita olahraga. Tampaknya tidak terlalu terpengaruh oleh ekstremnya cuaca di luar apartemen. Ia sedang sangat malas melanjutkan tugas gambar berukuran A2 yang menyiksa lahir batin."Iwa-chan. Mana yang lebih kau percayai; dahulu, kini, atau esok?
"Hah? Yang mana saja lah." Masih acuh pada Oikawa, ia dengan bosan memindahkan saluran televisi."Pilih salah satu, Iwa-chan. Ini tes kepribadian."
Iwaizumi mengumamkan, mana bisa kepribadian seseorang diukur dari satu pertanyaan seperti itu, lalu lututnya ditendang Oikawa yang bersikeras meminta jawaban-yang menurutnya-relevan atas pertanyaannya. Iwaizumi menghela nafas.
"Terserahmu saja. Aku tak terlalu peduli." Tentu saja. Mereka sudah saling mengenal lebih dari satu dekade-yang super melelahkan-itu. Jadi tidak salah jika ia menolak menjawab kuis kepribadian dari majalah Oikawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gelas [IwaOi]
RomanceJika diingat-ingat kembali, yang salah bukan hanya Oikawa. Iwaizumi merasa ia yang bersalah karena membiarkan dirinya dan Oikawa berdifusi, bercampur, dan saling bersaing dalam satu gelas yang sama. IwaOi atau OiIwa, Shounen ai.