1. Pertemuan

14 2 1
                                    

     Hai, namaku Anastasya Kelas 2 SMA. Aku gadis dengan tinggi standar, kulit kuning langsat, rambut bergelombang sepunggung yang selalu aku ikat rapi ala ekor kuda. Aku anak yang cukup aktif alias gak bisa diem dan suka dengan hal-hal yang berbau tantangan.

     Sekarang sudah pukul 18.30, hari sudah mulai gelap. Aku pulang telat hari ini karena temanku ulang tahun dan kami sekelas diundang makan-makan dirumahnya. Aku mempercepat langkahku agar tidak terlalu malam saat sampai dirumah. Langkahku terhenti saat kulihat dibangku taman yang aku lewati, tampak seseorang duduk sendiri dengan kepala yang menunduk sambil tangan bersedekap seperti mencoba menghangatkan tubuhnya. Aku coba perhatikan lebih jelas lagi, "ngapain tuh orang malem-malem gini duduk sendirian, mencurigakan." bisikku dalam hati. Kenapa aku bilang mencurigakan, karena disini bukan tempat umum yang biasa didatangi malam hari gara-gara dulu waktu aku kelas enam SD ditemukan mayat yang dibunuh dan diumpetin disemak-semak belakang bangku yang diduduki orang itu.

     Kulihat dia mengangkat kepalanya dan bersandar dipunggung kursi menampakkan wajahnya yang daritadi tertutup dibalik poninya karena menunduk. "Ya ampun cakep banget tuh cowo, mana imut lagi mukanya, sayang pucet banget kaya mayat hidup." pikirku dalam hati setelah berhasil liat wajahnya. Tunggu dulu, itu bukan pucat karena kulitnya putih tapi pucat beneran kaya orang sakit karena bibirnya juga pucat. Aku lihat sekeliling, tapi tidak ada orang yang lewat. Aku lihat lagi cowo itu, dia tampak meringis kesakitan sambil masih berusaha mendekap tubuhnya agar tak kedinginan. Aku ragu, antara ingin mendekatinya atau tidak. Tapi aku putuskan untuk menghapirinya, nanti kalau dia beneran sakit terus kenapa-kenapa disini kan bisa gawat, secara disini tuh jarang orang lewat saat jam-jam segini. Dan juga kalau aku diem aja pura-pura gak tau, dosa nyuekin orang yang kayanya butuh pertolongan.

     Akhirnya aku menghampirinya, "permisi mas, anda tidak apa-apa?", tanyaku sopan karena kuperhatikan dia sepertinya lebih tua dariku. Dia membuka matanya yang dari tadi terpejam dan menatap fokus diriku membuat aku sedikit grogi karena ditatap langsung penuh selidik seperti itu. Tapi, tak lama dia tersenyum. Senyum yang sangat manis dibalik wajah pucatnya.
"Ya, saya tidak apa-apa.", jawabnya.
"Bener gak napa-napa? Muka anda kelihatan pucet banget", tanyaku lebih meyakinkan lagi. Kali ini aku lebih santai bicaranya setelah dikasih senyum semanis itu. Haduuuh, apa si yang aku pikirin saat begini. Kali ini gak ada jawaban darinya dan dia memejamkan matanya lagi sambil kembali meringis kesakitan. "Tuh kan anda gak baik-baik aja, mau saya antar kerumah sakit?", dia hanya menggeleng mendengar pertanyaanku. "Yaudah kalau gak mau kerumah sakit, ada nomor telepon keluarga anda yang bisa saya hubungi gak, supaya anda dijemput?". Tidak ada jawaban dari pertanyaanku. "Yaahhh, gimana ini. Tuh cowo kagak berkutik lagi." bisikku dalam hati kebingungan. Aku memutuskan untuk mencari HPnya, pasti diHPnya ada nomor ortunya. Gak mungkin kan kalau dia gak punya HP. Aku lihat benjolan persegi panjang dikantong celananya yang aku yakinin pasti itu HP. Aku duduk disampingnya, memberanikan diri merogoh kantong celananya sambil berkata padanya, "maaf ya, bukannya saya kurang ajar tapi ini demi anda, habisnya anda gak jawab siii.", dia masih tetap diam.

     Akhirnya setelah sedikit usaha pelan-pelan ngambil tuh HP, "waw, hp terbaru nih. Anak orkay yaa", kataku dalam hati. Etdeh kenapa mikirnya kemana-mana siii. Aku langsung pencet tombol on, untung gak dikasih password nih HP. Aku buka kontak, kucari nama yang ada didaftar kontak dan akhirnya aku menemukan nama yang aku duga pasti ibunya karena disitu tertulis 'My Mom'.

     Aku langsung pencet icon telepon, tak lama langsung ada jawaban dari sebrang sana.
"Hallo sayang, ada apa?", tanya suara disebrang sana dengan riang.
"Hallo, maaf apa ini ibu dari yang punya nomor ini?", tanyaku lagi ragu-ragu.
"Iya benar, ini siapa ya?"
"Saya orang yang lagi kebetulan lewat ngeliat anak ibu lagi duduk sendirian dengan muka pucat. Kayanya sakit banget sampe pertanyaan saya ngga dijawab jadi saya putuskan buat ngubungin pakai HPnya."
"Sekarang kalian ada dimana, biar saya kesana?", tanyanya terburu-buru dengan nada yang terdengar panik.
"Kami ada ditaman perumahan vila asri bu.".
"Ya sudah kamu tunggu disitu ya, saya akan langsung kesana. Tolong jaga anak saya."
"Iya bu.", seketika itu juga panggilan terputus.

     Setelah aku menjauhkan HP dari telingaku, kulihat lagi cowo yang duduk disampingku itu. Kuperhatikan badannya mengigil. Kutarik tangannya perlahan dan kugenggam tangannya untuk sekedar berbagi kehangatan tubuh aku melalui sentuhan. Bukan berarti aku ngambil kesempatan pegang-pegang yaa, ini salah satu cara menghangatkan tubuhnya. Saat kupegang tangannya, ya ampun dingin banget kaya es. Aku sampai bergidik merasakan dingin tangannya. Kulihat dia perlahan mulai berhenti menggigil, mungkin karena kehangatan tubuhku yang mulai menjalar melalui tangannya. Dia membalas menggenggam tanganku lebih kencang seperti mencoba mendapatkan kehangatan yang lebih lagi.

     Tak lama kemudian aku lihat mobil mewah berwarna hitam metalik berhenti didepan taman. Kulihat keluar seorang wanita cantik dari bangku penumpang yang aku yakini pasti itu ibunya, diikuti dua orang laki-laki berbadan besar yang duduk dari kursi kemudi dan samping kursi kemudi. Aku langsung refleks melepas genggaman tangannya takut ibunya curiga padaku. Wanita itu langsung menghampiriku dengan langkah sedikit berlari dan terpancar wajah kekekhawatiran.
"Terimakasih telah menjaga anak saya.", katanya dengan suara sedikit terengah karena habis berlari-lari kecil.
"Tidak apa-apa bu, saya hanya kebetulan saja lewat sini.", jawabku. Ibu itu tersenyum, lalu menyuruh dua pria yang tadi mengikutinya untuk membawa anaknya kedalam mobil yang langsung dikerjakan kedua pria itu. Wanita itu kembali menatapku sambil menyerahkan sebuah kartu nama, "kalau kamu butuh apa-apa hubungi saja nomor yang ada disitu, saya langsung pamit soalnya harus membawa anak saya kerumah sakit."
"Saya tidak mengaharapkan imbalan ko bu, oh iya ini HPnya", tolakku sambil menyerahkan HP cowo itu.
"Sudah tidak apa-apa ambil aja kartu nama saya, masalah mau dipakai atau tidak itu terserah kamu.", jawab ibu itu dengan senyum yang lembut.
Akhirnya aku mnyerah dan mengambil kartu itu dengan senyum pula. Ibu itu kembali pamit dan langsung menuju kemobil yang langsung melesat setelah itu. Aku menatap mobil itu hingga menghilang ditikungan dan kutatap kartu nama ditanganku yang langsung aku masukan kedalam kantong baju seragamku. "Aku harus cepet pulang nih dah jam 7 lewat, bisa-bisa diomelin mama deh.", aku langsung berlari menuju rumahku.
    

You And Only YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang