Spear of Justice

310 27 2
                                    

Ia menggeleng meminta monster kecil itu untuk melupakan apa yang ia bicarakan sebelumnya. Mungkin hanya perasaannya saja, atau memang ada sesuatu yang diam-diam memperhatikan mereka dari kejauhan. Untuk saat ini, ia harus melupakan dulu soal itu. Ia harus fokus pada tujuan utamanya sekarang, bertemu Undyne.

Undyne adalah pahlawan mereka. Pelindung para umat monster di dunia Underground ini. Pemimpin The Royal Guard yang bertanggung jawab atas keamanan dunia bawah tanah ini.

Leana ingin tahu, apa yang akan ia lakukan selanjutnya saat ia berada di hadapan Undyne. Apa yang membuat monster itu berambisi untuk menyakitinya? Selama ini ia tak merasa melakukan kesalahan apapun. Namun entah nanti ke depannya. Pepatah bilang, suatu usaha selalu ada kegagalan. Untuk saat ini... haruskah ia percaya pada gagasan itu?

"Hey, lihat!" serunya seraya berlari mendahului Leana. "Tahu apa yang paling aku suka di Waterfall? Bintang-bintang itu," senyumnya bahagia, sambil memandangi panorama di depan mereka berdua. Leana menyusul monster kecil itu, dengan payung merah yang masih berada di genggamannya. Ia ikut memandangi panorama istana kerajaan yang megah dari kejauhan, dan juga jutaan bintang di langit. Mulutnya terbuka akibat takjub. Pemandangan ini, pemandangan indah yang belum pernah Leana temukan sebelumnya di permukaan.

 Pemandangan ini, pemandangan indah yang belum pernah Leana temukan sebelumnya  di permukaan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Indah, bukan?" tanyanya yang dibalas anggukan oleh Leana. "Aku sering mengunjungi tempat ini. Undyne juga. Melihat pemandangan di sana, seolah melihat harapan kita terkabulkan. Orang-orang yang membuat harapan, semua harapannya akan berubah menjadi bintang. Hahah, kalau di duniamu, kau membuat harapan disaat bintang jatuh, kan?" ia melanjutkan. Leana tersenyum tipis, mengiyakan ucapan monster kecil itu.

"Selama ini, aku belum pernah membuat harapan," kata Leana.

"Kenapa? Kukira membuat harapan pada bintang jatuh sudah menjadi tradisi di permukaan," balas monster kuning itu.

"Tentu saja hal itu sudah mendarah daging di sana. Tapi disaat bintang jatuh, aku tidak pernah mengharapkan apapun. Tidak ada pula yang aku harapkan. Percuma berharap sebanyak mungkin, karena pada akhirnya semua harapanmu tidak akan pernah terkabul."

"Tapi..pernahkah kau berpikir untuk membuat harapan?"

Leana menghela napas dalam-dalam kemudian membuangnya. "Pernah," sahutnya, "tapi kuurungkan kembali niatku."

"Kenapa?"

"Mereka yang aku harapkan, meninggal dunia sehari setelahnya."

Monster kecil itu merasa menyesal dengan pertanyaannya. Ia menepuk punggung Leana menggunakan ekornya. "Tidak apa-apa. Sekarang sudah tidak masalah bagiku untuk menyangkut masa lalu," katanya, "ah, kita lanjutkan saja perjalanan kita," lanjutnya yang dibalas anggukan oleh monster itu sembari meninggalkan panorama istana kerajaan itu.

"Yo, kau tahu? Undyne saaaangat keren! Dia akan melumpuhkan orang-orang jahat hanya dengan sekali pukulan. Hahaha, apa yang akan terjadi jika Undyne ada di sekolah? Mungkin ia akan melumpuhkan semua guru!" katanya, "well, mungkin tidak semua guru.. Undyne terlalu baik untuk menyakiti orang-orang tidak berdosa!"

UndertaleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang