Chapter 03

69 8 2
                                    


Aku sadar. Apa aku masih hidup? Ini dimana? Mengapa semua gelap? Dimana aku?

Luke POV

Cepatlah bangun Je, bangunlah. Rasa khawatirku benar-benar tidak bisa padam. Mengapa aku mengkhawatirkannya? Apa aku menyukainya? Apa aku menyayangi seseorang yang baru saja datang dalam hidupku secepat ini? Ugh,buang jauh-jauh pikiran itu Luke!

"Jee, bangunlah!" aku mengguncangkan bahu Jee, namun tidak ada balasan.

Melihat tangan Jee yang bergerak, hatiku begitu antusias menyambutnya bangun dari tidurnya yang sudah 3 jam tadi. Kepalanya diperban, pelipisnya terluka. Aku tidak tau apa yang terjadi dengannya. Dia pingsan di dekat kamar mandi sekolah.

"Akhh.. pu..sing, sangat pus..sing," kata Jee sambil memegang kepalanya.

"Jee? Akhirnya kau sadar. Jangan pegang kepalamu, Jee."

"Aku di..mana? Kau siapa? Ge..lap,"tanya Jee dengan keadaan yang belum stabil.

"Ini aku, Luke. Tunggu sebentar, aku akan memanggil suster."

Akhirnya aku memanggil suster untuk segera mengecek keadaan Jee. Saat suster mengecek keadaannya, aku menunggu di luar. Tak lama kemudian, suster itu pun keluar.

"Sus, bagaimana keadannya?"

"Dia masih butuh waktu istirahat, kau boleh masuk tetapi jangan gaduh,"kata suster.

"Baik, sus. Terimakasih."

Aku pun memasuki ruangan bercat putih dan bernuansa alami itu. Aku bisa melihatnya sedang berbaling lemas di atas kasur dengan selimut yang menangkup di atas tubuhnya. Aku berjalan mendekatinya. Mengembangkan senyumku, senyum kebahagiaan bisa melihatnya sangat tenang saat terbaling lemah di atas kasur itu.

"Hei,"sapaku sambil mengelus rambutnya.

"Um, hai Luke. Apa kau yang membawa kesini? Bagaimana pembayarannya nanti? Dan bagaimana orang tuaku? Aku tau, pasti mamahku akan marah besar kepadaku karena aku telah membuatnya khawatir karena diriku yang tidak bisa apa-apa ini. Aku tidak bisa melawannya. Aku lemah, Luke!"

"Ssshhh, tenanglah. Kau tak apa, kau akan sembuh. Jangan pikirkan yang lain. Masalah orang tuamu akan kuberi tau nanti,"kataku.

"Dan satu lagi, kau bukan wanita lemah, Jee,"sambungku.

"Luke, aku sangat takut dengannya,"suaranya melemah.

"Kau akan aman bersamaku, i promise you, Jee."

Aku memeluknya. Dia membalasnya. Dia memeluk lebih erat seperti orang yang benar-benar sedang ketakutan. Aku tak paham mengapa dia seperti ini. Dan dia takut dengan siapa? Aku harus menjaganya. Harus.

"Sebaiknya kau istirahat. Aku akan menemanimu disini, jika kau sudah pulih kau akan dipulangkan,"kataku sambil mengacak rambutnya.

"Ya, baiklah, terimakasih." Dia memejamkan matanya.

Kembali lagi, aku merasakan jiwaku tenang. Perasaan yang tadi dia khawatirkan kembali tenang sama sepertiku. Aku selalu merasa nyaman dengan keadaannya yang seperti ini. Dan aku akan mencari tau lebih dalam siapa Jezzie sebenarnya.

Keesokan harinya, aku terbangun dari tidurku. Aku melihat jam dinding yang sudah menunjukkan pukul 6 pagi. Kemarin aku sudah memberi tau orang tua Jee jika dia ada di rumah sakit. Orang tuanya akan tiba di sini pukul 7. Sekarang, aku melihatnya masih tertidur sangat pulas. Dia tertidur sangat damai, seperti tidak ada sedikit masalah yang menerpa kehidupannya.

Aku segera bangkit dari tidurku, dan melihat makanan yang sudah diantar ke kamar tadi pagi untuk Jee. Aku akan membangunkannya sekarang, tapi dia masih pulas. Bagaimana ini?

FLAWLESS [L.H]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang