Author's
Usia kandungan Evelyn sudah memasuki bulan ke sembilan. Saat ini Evelyn hanya tinggal menghitung hari untuk proses persalinannya. Semua perlengkapan untuk ia bawa ke rumah sakit sudah dipersiapkan sejak kemarin.
Evelyn merasa sangat senang karena sedikit lagi akan menjadi seorang ibu. Tetapi di sisi lain, ia juga takut dengan proses persalinan yang ia dengar, hal itu sangatlah menyakitkan. Ibu, ibu mertuanya, serta Nathan selalu menenangkannya agar tidak takut. Sayangnya, Evelyn malah semakin merasa takut. Jantungnya selalu berdebar keras ketika mengingat hal tersebut.
"Kamu masih takut?" tanya Nathan. Ia baru saja menangkap istrinya yang sedang melamun sambil memeluk boneka kucing pemberiannya.
Melihat tampang khawatir dari suaminya, Evelyn langsung menggeleng pelan kemudian tersenyum. "Enggak kok..." ucap Evelyn berbohong.
"Jangan ngelamun ya. By the way, aku liat kamu kayak orang kekenyangan." ucap Nathan berusaha mengalihkan perhatian Evelyn. Tangannya mengusap-usap perut Evelyn yang sudah sangat besar dan bulat, membuatnya semakin gemas.
"Kamu yang bikin aku jadi kekenyangan gini..." sahut Evelyn lalu tersenyum.
Nathan tertawa atas ucapan yang dilontarkan Evelyn. Istrinya benar-benar telah berubah, dari gadis yang polos menjadi wanita yang lebih dewasa, dan Nathan menyukai hal itu.
"Ayo?" ajak Nathan.
Evelyn mengerutkan dahi, "Kemana?" tanya Evelyn. Nathan memberikan jawaban melalui tatapannya. Dengan cepat, Evelyn mengerti maksudnya. Tetapi, karena Evelyn sedang tidak ingin, ia memutuskan untuk pura-pura tidak tahu.
"Oh, ke taman belakang? Ayo!" ujar Evelyn semangat.
Nathan mendengus kecewa, "Bukan ke sana..."
Evelyn pura-pura tak mendengar dan langsung jalan menuju taman belakang rumah orang tuanya. Evelyn ingin ikut berkumpul dengan kedua orang tuanya yang biasanya mengobrol sambil minum teh pada sore hari.
Nathan mendesah kecewa, akhirnya ia berjalan mengikuti Evelyn menuju taman belakang rumah mertuanya itu.
---
Jam 7 malam, Evelyn sudah terlelap di dalam kamar. Semakin usia kandungannya membesar, Evelyn jadi mudah lelah dan mengantuk. Maka dari itu, ia terpaksa untuk tidur mendahului Nathan. Tetapi tidurnya seakan-akan seperti tidur ayam. Evelyn akan terbangun setiap beberapa jam sekali untuk membuang air kecil.
Saat ini, Nathan sedang duduk di sofa sambil nonton siaran berita malam, ditemani oleh ayah mertuanya. Nathan melakukan hal itu untuk menghormati ayah mertuanya, rasanya sangat tidak sopan jika ia tidur duluan sedangkan ayah mertuanya masih duduk-duduk di ruang televisi.
"Gimana kabar orang tua kamu? Mereka masih di Bali?" tanya ayah.
Nathan mengangguk, "Mereka baik, dan masih di Bali sampai lusa." jawab Nathan.
"Orang tua kamu masih suka jalan-jalan ya..." ujar ayah.
Nathan tersenyum, "Sebenarnya, mereka pergi-pergi ke luar kota karna ada urusan. Tapi mereka suka lebihin 1 hari buat liburan." jelas Nathan.
"Tuh, yah. Kapan ya kita sering jalan-jalan kayak orang tuanya Nathan..." sahut ibu yang tiba-tiba datang dan meletakkan sepiring kue bolu pisang di atas meja. Kemudian, ibu duduk di samping suaminya.
"Loh? Bukannya kita juga sering ya?" jawab Ayah. Ibu langsung cemberut mendengarnya.
"Apaan sih, terakhir kita pergi jalan-jalan itu bulan lalu. Akhir-akhir ini kamu sibuk terus sama perusahaan," ujar ibu. Nathan tersenyum melihat ibu mertuanya yang sedang merajuk pada ayah mertuanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cute Student that I Love
Romansa"Dia telah menjadi perhatian ku semenjak memasuki awal semester, bahkan ia telah menjadi alasan ku untuk tetap menjadi dosen hingga aku menomor dua kan pekerjaan ku sebagai Direktur Utama. Dia adalah gadis cantik yang cerdas dan tentu saja, lucu."...