Selang 5 jam dari Stanley berangkat ke kerja pagi tadi, Renata melihat mobil suaminya terparkir di depan garasi. Terpaksa dia harus memarkir mobilnya sendiri di depan pagar. Perpaduan antara kecemasan dan penasaran, membuatnya bergegas masuk rumah, tanpa menurunkan belanjaan.
Rumah yang memang tak terlalu besar itu begitu sunyi. Seperti saat dia tinggalkan tadi.
"Sayang,....kamu udah pulang ya?" tergesa dia menaiki anak tangga. "Sayang, kamu dimana?"
Tak kunjung ada jawaban, maka kamar tidur menjadi tujuan pertama. Mengingat semalam dan mungkin juga beberapa malam ini, Stanley kurang tidur.
"Stanley!!" pekiknya panik, seraya melempar tas branded yang sedari tadi disandangnya, keatas lantai begitu saja, mana kala dia melihat pemandangan didepannya.
Stanley terbaring dengan mata terpejam tanpa sempat mengganti baju dan membuka sepatu. Wajah dan bibirnya sedikit memucat.
"Sayang, kamu kenapa?" Renata bersimpuh di samping ranjang.
"Re,....kamu dari mana?" dia bertanya tanpa membuka mata.
"Aku cuma ke supermarket sebentar. Kamu kenapa?"
"Aku ngantuk."
Jemarinya mengusap lembut wajah Stanley, yang mulai berkeringat dingin. Permukaan kulit putihnya pun terasa sedikit hangat.
"Sayang, kamu sakit?"
"Cuma capek. Udah ya, aku mau tidur. Jangan nanya lagi."
"Badan kamu panas."
"Itu karna aku kurang tidur. Re,...aku butuh dopping!"
"Tidur dulu, baru dapat dopping."
"Re,..." Panggilannya terdengar parau, dan nafasnya makin lama makin berat.Jantung Renata berdegub. Ada yang salah dengan Stanley.
"Re,...." sekali lagi dia memanggil dengan suara cadelnya.
"Stanley ada apa?"
"Re,....aku kedinginan."
Renata meloncat keatas ranjang, membuat sedikit guncangan disana. Duduk di samping Stanley yang masih terbaring, lalu dia bertanya, "kamu ga lagi becanda kan?"
"Re,....peluk aku!"
"Stanley, kamu ga lagi becanda kan?!" Ulangnya, dengan nada panik.
"Hehehe.....aku cuma mau dipeluk sama kamu aja kok," dia masih juga berusaha bercanda, meskipun dia sendiri sadar, jika badannya memang sedang kenapa-napa.
"Sayang,....kita ke rumah sakit ya? Kamu bisa jalan kan?!"
Diantara nafas yang begitu berat, Stanley berusaha tersenyum. "Aku cuma capek. Kamu kan tau, belakangan aku sering banget begadang."
"Tapi aku jarang banget liat kamu demam kayak gini. Mana ada orang keringetan pas kena AC kayak gini," kembali dia mengusap kening, lalu merambah ke hampir seluruh permukaan wajah serta leher yang memang masih berkeringat dingin.
"Tenang aja....aku cuma masuk angin."
"Mau dikerokin?"
Bukan langsung mengiyakan atau justru menolak, tangan kiri Stanley malah menepuk-nepuk pelan bantal yang ada di sebelahnya. Memberi isyarat pada Renata untuk ikutan berbaring.
Suka rela Renata mengikuti kemauan Stanley. Merebahkan tubuhnya, namun dengan posisi miring, agar bisa melihat suaminya. Stanley pun mengikuti istrinya, memiringkan tubuhnya agar bisa berlaku hal yang sama.
KAMU SEDANG MEMBACA
STANLEY CINTA RENATA
Romance"Jika ada yang kedua, maka lupakan yang pertama" Meninggalkan Renata. Seharusnya, itu yang dilakukan Stanley, ketika dia terjebak cinta terlarang dengan perempuan lain. Nyatanya, dia justru menempatkan Renata pada kenyataan berbagi suami.