Arif berlari ke gedung depan sambil melindungi kepalanya dari guyuran hujan yang semakin deras. Ia celingukan mencari teman-temannya yang ternyata berteduh di bangsal sekolah. Walau cukup jauh, ia bisa melihat kalau bangsal itu penuh dengan murid. Arif siap berlari kesana, namun tiba-tiba langkahnya terhenti seketika. Matanya tak sengaja menangkap sosok gadis cantik berteduh sendirian di depan ruang kosong bekas penyimpanan peralatan olahraga yang tidak terpakai.
Selama bersekolah di SMA, Arif merasa tidak pernah melihat gadis itu. Di saat semua anak memilih untuk berkumpul dan berteduh di tempat yang aman dan nyaman, gadis itu malah sebaliknya. Ia memilih berteduh di tempat yang tidak begitu layak, berdiri sendirian tanpa tempat duduk dan sepatunya basah oleh genangan air hujan yang mengalir memenuhi lantai yang telah hancur.
Arif berlari ke arah gadis itu dan berhenti tiba-tiba. Hebatnya, kehadiran Arif yang tanpa sengaja telah membuat genangan air muncrat ke segala arah, tak membuat Alicia terkejut. Tatapan gadis itu tetap tertuju pada rintik hujan di depannya.
"Owh, maaf!", ucap Arif sembari tersenyum.
Alicia tak bergeming, bahkan melirik pria disampingnya pun sama sekali tidak.
"Hei!" panggil Arif lebih nyaring.
Alicia menoleh. Ia malah menatap Arif dengan sorot mata tajam. Ada kekesalan di balik tatapan mata serta hati gadis itu karena telah diganggu seseorang yang tidak dikenalnya. Pria bodoh disampingnya berhasil merusak imajinasinya yang indah, padahal ia tengah larut dalam cerita novel yang tengah ditulisnya.
Arif bergidik ngeri. Baru kali ini tatapan seorang gadis cantik mampu membuat anak bandel itu hampir menjerit takut. Tapi bukan Arif jika hanya diam tanpa melawan ketakutannya. Pria tak tahu diri itu malah kembali membuka mulutnya dan melemparkan pertanyaan."kamu mendengarku?"
Alicia hanya diam. Ia sedikit menggerakan kepalanya sembari matanya melirik Arif.
"Itu . . . a-aku minta maaf," Arif menunjuk kaki Alicia yang kotor terkena cipratan air.
Alicia menunduk, melihat ke arah yang di maksud Arif. Tak cuma sepatu dan kakinya, bahkan rok sekolahnya pun menjadi kotor. Gadis itu baru menyadari yang terjadi. Tapi ia tetap diam tak bergeming. Ia sama sekali tak memperlihatkan ekspresi terkejut, tetap bersikap tenang dan dingin.
Arif terbengong melihat ekspresi tak biasa itu. Sikap tenang dan karakter Alicia sangat berbeda dengan ia atau teman-temannya yang mudah terkejut bahkan bereaksi berlebihan terhadap sesuatu
"Kamu nggak marah?", arif memelotot kehetanan.
Alicia kembali memandang Arif. Kedua alisnya terangkat tinggi sementara mulutnya membungkam bisu.
Tik! Tok! Tik! Tok! Tik! Tok!
Waktu berjalan lambat. Keduanya hanya diam dan saling memandang, sibuk dengan pikiran masing-masing.
"Waaaww!!!!", tiba-tiba Arif terlonjak kaget.
Alicia ikut terkejut. Matanya sesaat terbelalak. Setelah sekian lama, ini pertama kalinya seseorang berhasil membuatnya kembali terkejut.
KAMU SEDANG MEMBACA
AGUACERO
RomanceBukan hanya cinta dari seorang kekasih yang dapat menguatkan seseorang dan membuat hidup menjadi sempurna. Seorang sahabat yang sempurna jauh lebih berarti dibandingkan pria yang tidak bisa memberimu cinta yang sempurna, setulus yang sanggup kamu be...