Bisakah kamu melihatku?

Permisi Senior, Aku menyukaimu.

"Hey Kay! Gimana keadaanmu? Apakah kamu sudah sembuh?"
Dia adalah Twen teman baikku sejak aku duduk di bangku sekolah dasar. Aku baru saja terserang demam berdarah selama 2 minggu dan sampai di rawat di rumah sakit. Twen selalu setia disampingku walaupun aku sedang terpuruk sekalipun.
"Aku udah sembuh kok Twen, apalagi setelah makan tahu bulat yang kamu bawa buat aku. Hahaha"
"Ah! Kamu bisa aja Kay! Hahaha"
"Iya sudah, ayo kita langsung ke halte bis nanti kita ketinggalan bis"
Dia teman baikku, rumah kami bersebelahan dan kami selalu berangkat bersama setiap kali ke sekolah. Kami benar-benar sangat dekat. Pemandangan Kota Jogja memang sangat indah pada pagi hari dan juga masih sangat sejuk. Hanya butuh waktu 20 menit kita bisa sampai di kampus. Aku kuliah di Jurusan Sastra begitu juga temanku.
"Oh iya, Twen, apa saja yang terjadi di kampus saat aku tidak ada?"
"Tidak ada yang special saat kamu sakit Kay. Ah... Aku benar-benar kesepian saat kamu sakit. Jangan sakit lagi ya Kay?"
"Aku juga gak mau kali sakit kaya gini Twen."
"Oh iya kay kamu emang ada kampus jam segini ya?"
"Gak ada sih, tapi aku mau main-main aja dulu di kampus. Aku bosan di rumah sakit terus. Baunya yang membuat aku muak dan juga infus yang selalu diganti setiap 2 hari sekali"
"Astaga, Kayra! Oke deh. Yuk ke kantin saja, mungkin Bu Santi kangen kamu"
~~~
"Kayra, Astaga, Kamu udah sembuh? Puji Tuhan!"
"Udah atuh, Bu. Ngapain lama-lama."
"Iya sudah, duduk dulu. Ibu bikinin nasi uduk buat kamu sama Twen, oke?"
"Oke bu."
Bu Santi ini adalah Ibu Kantin yang paling sering aku kunjungi karena nasi uduknya menjadi sarapan favoritku di kampus. Saat duduk dan menunggu pandanganku terhenti pada laki-laki yang datang memesan makanan dan duduk di sebelah mejaku. Laki-laki berbadan tegap dilengkapi dengan tas di punggungnya. Berjalan dengan gagah menuju meja kosong sambil membawa nampan berisi sarapan paginya.
"Permisi senior, aku menyukaimu."