Sabtu malam, sangat malam.
Pukul 22.50-an..
Diceritakan langsung dari gedung teater Universitas ternama di Jakarta yang masih diramaikan oleh segelintir muda-mudi kerajinan. Bagaimana tidak, mereka datang sejak pagi-pagi buta dan sampai detik ini belum ada letihnya berlatih. Gedung ini nyaman atau memang mereka bosan di rumah?
"Lebih menghayati lagi dong, Ceu!" teriak Epi yang kebetulan sebagai sutradara dari drama berjudul "Beauty and The Beast" ini.
Gladies (19), mahasiswi berjurusan Sastra Jerman yang akrab dipanggil dengan 'ceuceu' ini menggerutu dalam hatinya. Tidak bisakah pria buncit itu diam saja sebentar, pria yang katanya sutradara itu. Gladies merasa darah di ubun-ubunnya mendidih. Tak peduli sekitar, kakinya menendang keras sesuatu di depannya.
"Awwh!!!"
Darius, pemuda ini mengaduh sambil memegangi betisnya, berharap tidak akan ada yang terjadi pada tulang keringnya. Gladies tiba-tiba saja menendangnya yang sedang berlutut saat itu. Mereka berdua tengah beradu akting.
Gladies yang keburu shock langsung saja menyejajarkan posisinya dengan Darius, mengusap cepat punggung betis Darius seraya mengucapkan berpuluh kali maaf. Ya, dia gadis yang mau menyadari kesalahannya.
Darius menyingkirkan tangan Gladies dengan perlahan. "Gak apa, Ceu. Lo juga gak sengaja kan, lo lupa kalo disini ada gue. Gue tau." ucap Darius. Kali ini Gladies bisa tenang.
Gladies hanya tersenyum menahan malu, ternyata dia belum juga bisa menghilangkan kebiasaannya itu, kebiasaan sering melupakan sekitar. Ujung kakinya pun sekarang mulai terasa berdenyut.
"Gak apa, kok. Gak usah dipikirin gitu" ucap Darius. Gladies spontan menatap mata Darius dalam-dalam, kok lo tau sih?
Gladies menjauhkan dirinya dari Darius, berjalan lunglai tanpa menatap ke depan. Ia semakin heran saja dengan pemuda yang baru dua hari ia kenal ini, pemuda yang menggantikan peran Dude sebagai Pangeran Buruk Rupa pertunjukan mereka minggu besok.
Ya. Lawan main Gladies dalam drama ini sebenarnya bukan Darius, melainkan Dude yang juga merupakan mahasiswa dari fakultas yang sama dengan Gladies. Darius baru dua hari ini menggantikan peran Dude dikarenakan Dude mengalami kecelakaan. Gladies dengar dari rekan yang lain, Darius merupakan mahasiswa dari fakultas Teknologi Informasi dan Komunikasi, sayang teramat sayang sampai sejauh ini Gladies tak pernah melihatnya. Gladies benar-benar baru mengenalnya dua hari lalu.
Gladies resah mengingat peristiwa kemarin, saat Darius melarangnya menunggu di halte dekat kampus, dan tak lama kemudian ada bom meledak di halte itu, beruntung Gladies mendengarkan kata Darius. Kalau tidak........ Ah! Gladies merasa seseorang memegang bahu kanannya.
"Pulang bareng gue yuk!"
"Darius?"
"Iya, kenapa? Udah sepi nih. Daritadi lo jalan-jalan aja mondar-mandir. Yang lain udah disuruh pulang."
Gladies mengedarkan pandangannya. Benar, hanya ada mereka berdua disini.
"Ya.." lirih Gladies pasrah. Kebiasaannya semakin memburuk saja.
Mereka berjalan beriringan dengan tujuan yang sama; pulang ke rumah masing-masing. Tak ada percakapan apapun. Hening menyibak di antara kedua insan ini. Keduanya tidak berani membuka mulut, terutama Gladies yang pikirannya tengah kacau-balau. Gladies terhenti, mengikuti Darius yang kini berhenti melangkah. Khayalnya masih mengangkasa hingga detik ini.
Darius berdeham, menyadarkan Gladies yang hampir terhipnotis. "Helm" ucapnya sambil menyodorkan sebuah pelindung kepala kepada Gladies.
Gladies menerimanya dengan sangat baik."Oh, thanks, Dar!" ujar Gladies tersenyum penuh.
![](https://img.wattpad.com/cover/73383183-288-k481150.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. Rius
RandomPertunjukan drama teater minggu besok membawa Gladies, mahasiswi fakultas Sastra Asing, ke dalam sebuah perkenalan singkat dengan seorang lelaki. Darius namanya, mahasiswa fakultas Teknologi Informasi dan Komunikasi. Berbagai kejadian pun terjadi se...