4- Tidak Terlalu Buruk

210 97 7
                                    

"Jolie! Heh ini gue lea lho." Teriakku.
"Lo katarak?!"

Hah? Jolie ingetnya sama Farrell, bukan aku. Gak mungkin lah amnesia kocak ih si Jolie. Padahal cuma kena bola basket.

"Emang bola basket sekeras itu?" Tanyaku kepada Farrell.

Farrell hanya mengendikkan bahu "maybe." Kok tapi yang diinget malah Farrell apa dia temen deketnya apa malah doi nya ya.

"Lea jealous ya?" Tawa Jolie tiba-tiba.

mataku terbelalak paksa. Sepertinya Jolie mengerjaiku kali ini. Jolie membuatku malu untuk kesekian kalinya jika Farrell mendengarnya. Mungkin aku juga terlalu bodoh menganggap Jolie normal.

"Heh sinting! Lo kira lucu?" Teriakku menjitak kepalanya.

"Lo tadi bilang apa Jo?" Tanya Farrell kepada Jolie.

"Wah, yang mana nih?" Tanya Jolie bingung. Duh jealous tadi ya.

"Udah jam segini. Pulang yuk! Nanti Kenna pasti ngirain aku keliyuran." Desakku mengajak Jolie pulang.

Untung saja aku bisa cepat menghentikan obrolan sebelum Jolie menerangkan secara rinci kepada Farrell bahwa kenyataannya aku mengagumi Farrell.

"Kok buru-buru sih? Kasian Farrell sendirian." Cibir Jolie.

"Aku nggak papa kok." susul Farrell.

"Lea! Boleh minta id line?" Tanya Farrell sedikit ragu.

"Boleh kok."

"Disini aja Le! Ribet amat." Farrell sambil menarik dasinya.

....

Rumah ku dan Jolie tidak terlalu jauh. Ia sengaja pindah ke Bandung tinggal bersama neneknya. setiap hari aku pulang bersamanya--dan masalah berangkatnya, well kalian tau sendiri lah seperti tadi pagi.

"Yah Kenna belum pulang ya?" Gumamku.

"Duh, di rumah ga ada makanan apa giti? Ya kali gue makan tuh tomat mentah." rintihku.

Kurang lebih nasibku seperti ini lagi. Aku sama sekali tidak bisa masak, kecuali masak air dan batu. Ya, bagaimanapun cara nya sementara sekarang aku harus bisa bertahan hidup. Mungkin menunggu Kenna lebih baik dari pada menghabiskan belanjaan Kenna untuk mencoba masakan yang kupastikan akan gagal total.

Jam dinding yang awalnya jarum panjang tepat pada angka dua, sekarang memutar cukup lama tepat pada angka empat--dan Kenna belum pulang juga. Semakin lama aku menunggu, cacing-cacing di perutku semakin murka. Badanku jadi lemah terbuai oleh ranjang empuk dan pemandangan langit-langit plafon. Rambutku terurai berantakan--seperti orang gila saja.

TINING..

Farrell add you as friend!

Farrell : add back ale...

Aku terdiam sejenak kemudian meletakkan ponselki di nakas kemudian bergulung ke ranjang hingga puas. Rasanya ada pelangi ditengah badai menakutkan.

"Lea, yuhu!! i'm comming!" Kenna tiba-tiba mengejutkan ku.

Penyelamat kelaparan datang juga. Rasanya ruanganku ada bayang-bayang karpet merah menjuntai dan membawaku tepat pada dapur. Aku berlari kegirangan seperti orang gila lagi. Andai saja aku sudah makan, aku tidak akan menjadi seperti orang gila sekarang.

"Kenna! lemes nih. Belum makan seharian masak." rintihku dengan tampang melas.

"Nih nih barusan aku beli di supermarket. Masak sendiri ya."

Already FairTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang