Happy Reading & Enjoy All
"Larissa, bisakah kau jelaskan alasanmu ke New York?"
"Apa kau sedang berlibur atau memiliki urusan pekerjaan di sini?"
"Berapa lama kau akan tinggal di sini?"
"Larissa... tolong berikan konfirmasimu pada kami..."
Larissa terlihat lelah dengan suara reporter yang terus bersahutan itu. Sangat berisik dan membuatnya semakin lelah saja. Larissa tidak bisa menyalahkan reporter itu karena memang itulah pekerjaannya, tapi, tidak bisakah mereka sedikit berempati padanya? Dia akan memberikan konfirmasinya dengan senang hati, tapi bukan di bandara dan dalam keadaan jetlag seperti ini.
Dan sialnya lagi dia hanya dikawal oleh dua bodyguard berjenis kelamin perempuan. Dua perempuan berusaha melindunginya dari para reporter yang berdesak-desakan karena ingin berada sedekat mungkin dengannya.
Dua bodyguard perempuan melawan puluhan reporter... jelas saja bodyguard-nya kewalahan!!
Larissa mulai mual karena tak kunjung mendapat udara segar ditambah desakan dari berbagai arah yang terus bertambah.
Lalu pertolongan itu datang.
Terlihat bodyguard laki-laki membuka kerumunan lalu membuat jalan dengan menghadang para reporter yang sangat gigih itu. Larissa mematung ditempatnya karena terkejut. Dia mengamati bodyguard-bodyguard itu dengan bingung.
Apa bodyguard itu tidak salah orang? Karena kecerobohanku, aku membatalkan pengawalan bodyguard laki-laki, lalu bodyguard siapa yang saat ini membuka jalan untukku?
Larissa masih terkejut dengan benak yang terus bertanya-tanya. Sampai akhirnya aksi mematungnya terhenti karena ada seseorang yang mengejutkannya dengan menyampirkan jasnya untuk menutupi tubuhnya yang hanya dibalut kaos you can see ketat dan celana jeans.
Mata Larissa membulat dan menatap sosok itu. Seorang pria. Lalu dengan angkuhnya pria itu merengkuh Larissa dalam pelukannya dan membawanya berjalan bersama meelwati jalan yang sudah dibuka oleh bodyguard-nya.
Karena masih terkejut, Larissa nampak tak memberontak saat tubuhnya direngkuh posesif seperti itu oleh pria yang tak dikenalnya. Bahkan dia menurut saja saat tubuhnya digiring untuk memasuki sebuah mobil mewah yang seolah-olah sudah menunggunya sejak tadi.
***
"S-Siapa kau?"
Larissa baru bertanya saat mereka sudah ada di dalam mobil dan duduk berdampingan di kursi penumpang. Larissa mengerutkan keningnya sambil mengamati pria itu. Dia tidak mengenalnya. Lalu kenapa pria itu membantunya?
"Kau tidak salah orang, kan?" Lagi, Larissa memastikan.
Pria itu mengalihkan tatapannya menjadi menatapnya intens. Larissa jadi gugup sendiri ditatap sedemian intensnya oleh pria asing.
"Tentu saja tidak, Miss. Josephine. Apa kau tidak mengenalku?"
Larissa langsung menggeleng. Dan detik itu juga ekspresi pria di depannya semakin suram.
"Aku tak menyangka ini bisa terjadi. Kau benar-benar tak mengenalku?"
"Aku benar-benar tak mengenalmu, Mister."
"Kau harusnya mengenalku."
Larissa memutar matanya dengan jengkel. "Aku tak mengenalmu. Jangan mengada-ada. Memangnya kau siapa, hah? Turunkan aku di sini saja. Nyawaku terancam berada satu mobil dengamu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Supermodel | #1 Winstone's Series
RomanceSUDAH TERSEDIA DI GOOGLE PLAY BOOKS. Alexander James Winstone Aku mengenalnya. Gadis yang hilang bagaikan ditelan bumi saat memutuskan belajar di Paris. Kini dia kembali dengan keadaan yang benar-benar berubah. Dia sudah menjadi seorang Supermodel...