Tsuki Hotel Insident 1

115 8 2
                                    

Bandung, Indonesia

Malam itu sinar bulan sedikit tertutup awan. Lampu-lampu di desa itu sebagan besar dimatikan. Hanya jalan masuk ke desa saja yang masih terang benderang. Jalan masuk ke desa pun sepi orang. Pria-pria yang biasa nongkrong telah pulang. Wajar saja malam itu menunjukkan jam 00.30 malam. Dari kejauhan, terlihat cahaya yang semakin mendekat dengan suara mesin mtor. 

Motor itu berhenti sebelum memasuki desar, tidak ada seperempat mili. Seorang wanita turun dari motor itu menggunakan legging hitam dan jaket kulit hitam pula. Wanita itu melepas helmnya. Rambut coklatnya tergerai bergelombang indah. Wanita itu segera memakai kacamata coklatnya.

Ia memarkir motornya di tengah jalan, dirinya berjalan tanpa merasa bersalah.

"Terlambat 30 menit, mestinya di keberatan. Tapi meski dia keberatan, dia tak akan bisa marah padaku. Bagaimana bisa, dia masih punya hutang 30.000 won, walaupun dia sudah melarikan diri dari Korea untuk menghindar. Tapi, memangnya aku bisa dipermainkan seperti itu. Dasar pria pengecut!" gumam si wanita sambil berjalan ke sebuah bangungan kayu.

Bangunan itu memiliki penerangan yang remang-remang. Tampak seorang lelaki duduk memunggunginya. Wanita itu tersenyum sinis.

"Rupanya kau sungguh menikmati kemiskinanmu," ujar wanita itu. terdengar suara desahan pria itu.

"Ini hanya tempat tinggal sementara," kata si pria lirih.

"Aku tidak membicarakan tempat ini, Kim Taehyun, aku membicarakan hutangmu yang merajalela di Korea. Itukah yang membuatmu melarikan diri dan menghindar dariku?" tanya si wanita cepat-cepat. 

"Kenapa kau kemari? Bukankah kau marah padaku karena aku kabur tanpa meninggalkan jejak, menghindar dari orang-orang mengerikan di sana, dan mencoba menghabiskan uangmu .. mungkin?" kata Kim Taehyun cepat-cepat.

"Aku kemari karena itu," kata wanita cepat-cepat. "Hanya beri aku 30.000 won dan selesai urusan kita,".

Taehyun mendengus. "Baiklah, ambil dompetku, aku punya pesan untukmu, Rio Arakida"

Rio Arakida mengambil dompet milik Taehyun yang terletak di atas meja rotan kecil. Lalu memungut uang 30.000 won di dalamnya.

"Apa pesanmu?" kata Rio santai.

"Kau tahu adikku?" tanya Taehyun.

"Song Min Yeon?"

"Jangan pernah mengatakan di mana aku berada, karena ... itu akan berpengaruh pada Rae Sooyeon," kata Taehyun dengan nada serius.

                                 ~^o^~

Incheon, Korea Selatan

Suara sepatu terdengar di koridor tepat di mana Tori berdiri. Gadis berkebangsaan Korea ini sedang menempelkan pamflet tentang jaket wol yang indah dan mewah.

"Ya, Tori-ah," sapa seorang wanita menggunakan rok hitam selutut dan kemeja putih. "J-Fashion membutuhkan 5 jaket wol berwarna Turqoise, kau masih membuatnya, kan?"

"Oh, maaf, aku sudah tidak membuatnya sampai bulan Juni. Bagaimana kalau kau tawari mereka jaket pink, biru, putih, dan hitam? Aku sedang membuat keempat warna itu. Atau tanyakan kepada mereka apakah ingin menunggu sampai bulan Juni?" kata Min Tori lembut.

"Oke, baiklah. Aku akan menanyakannya," kata wanita itu sambil berlalu.

Tori bekerja di sebuah perusahaan yang menyediakan berbagai macam pakaian, dan ia bekerja sebagai pembuat jaket. Perusahaan bernama Route Fashion bisa dibilang cukup laris, karena Route Fashion bisa disebut sebagai induk pasar. Gajinya juga tidak sedikit bagi perancang busana, karena karyanya terbilang laris.

Tori masuk ke ruangannya, ingin membuat jaket wol yang harganya mencapai 250.000 won per-buahnya. Sangat disayangkan, J-Fashion tadi memesan jaket wol Turqoise yang sekarang belum ada rencana untuk membuatnya. Handphone Tori berdering, menandakan ada telepon masuk. Nomo rasing, pasti pelanggan.

"Yeobaseyo, from Route Fashion's Jacket Maker, Min Tori," kata Tori dengan ramah.

"Ini Choi Anna, dari J-Fashion. Tadi saya pesan jaket wol Turqoise, apa benar-benar tidak tersedia?" kata salah satu staf J-Fashion, Choi Anna. Pemimpin tim Rewook yang selalu sukses dalam penjualannya, membuat J-Fashion laris manis.

"Ne, mianhae! Bulan ini Route Fashion tidak memproduksi jaket warna Turqoise, mungkin bulan Juni ada bersamaan dengan ungu, karamel dan coklat," kata Tori dengan nada ramah. Memang sudah seharusnya, Tori harus berkata ramah kepada pelanggan. 

"Apakah anda bisa membuatkannya untuk J-Fashion? Route Fashion membuat J-Fashion laris. Tolong buatkan! Akan saya beri harga spesial per-jaketnya, bolehkah, nona Min?" kata Choi Anna cepat-cepat.

"Tapi nona Choi ..." kata Tori kebingungan. Tidak ada bahan untu pembuatan jaket turqoise. "Baiklah, saya akan membuatnya. Tapi ini aan membutuhkan waktu yang lama, apakah anda tidak keberatan?"

"Saya tidak keberatan, usahakan tidak sampai sebulan sudah jadi, oke? Senang berbisnis dengan anda. Terima kasih banyak, nona Min!" kata Choi Anna.

"Terima kasih, nona Choi!" kata Tori sambil menutup telpon. "Choi Anna memang memaksa. Tapi, harga spesial? Apakah itu artinya aku akan mendapat gaji lebih? Hahaha,"

Tori segera menyiapkan bahan-bahan untuk membuat jaket wol dan ia menargetkan 3 hari untuk pembuatan setiap jaket.

                                ~^0^~

Nagoya, Jepang

Gadis itu melompati gedung-gedung dengan cepat. Rambut coklatnya ditiup angin, kaos dan legging hitamnya menunjukkan gelapnya malam, sepatu hitamnya terlihat bersih. Gadis itu berhenti di atas gedung ke lima yang sudah ia lompati. Dirinya mengecek keadaan di bawah. Terdapat seorang laki-laki yang masuk ke gedung itu, seseorang yang ia incar.

"Target sudah masuk," kata gadis itu datar.

Gadis itu adalah Song Minyeon, seorang karateka yang tidak suka berbasa-basi. Minyeon masuk ke pintu atap gedung, di mana ada tangga yang menuju ke sebuah ruangan sempit.

"Pengap sekali di sini. Mari kita lihat apa yang terjadi di bawah," kata Minyeon sambil melompat turun dari tangga. Ia mengintip dari jendela. Terlihat seorang lelaki yang masuk tadi dan seorang wanita, mereka berdua sedang mengobrol bersama rekan-rekan lainnya.

"Jung Shin Woo, kau memang pengkhianat. Memangnya siapa sih wanita itu?" kata Minyeon dengan nada kesal. 

Ia memasukin beberapa peluru ke dalam pistol dan menyematkannya ke saku celana. "Rencana A, dimulai!!"

To be continued~
I'm waiting for you vote and comment ↖(^ω^)↗

Ninja ToriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang