6th

969 31 2
                                    

Dhavi Bimantara added you as friend.

"Whattt?!"

"Ini bukan kak Dhavi yang itu kali ya. Ah yakali gamungkin lah,"

"Heh ngapain sih lo teriak teriak?"

"Eh kak Arsen itu kak ehm tadi ada kecoa terbang ehe,"

"Ohh kecoa terbang," Arsena lalu keluar dan menutup kembali pintu kamar adiknya. Ia kira aletha kenapa.

Aletha POV's

Astaga.

Mimpi keknya gua. Perasaan baru tadi itu orang marah marah bukan marah marah sih lebih ke ngajak ribut. Sekarang dia nge-add gua. Apa coba.

Apa dia mau nge-phpin trus nanti dia ngebeberinnya kalo gua yang ngejar. Lah apasih gua ini. Tapi dia diliat liat ganteng juga ya.

Hush apasih lu ta kesambet setan mana lu.

Add back gak ya?

Tapi entar gua dikira kegatelan lagi.

Bodo amat deh add back aja.

Davi Bimantara : Aletha?

Aletha M : iya kak?

Davi Bimantara : lu Aletha yang itu kan? Apa gua salah?

Aletha M : iya kak, emang kenapa?

Davi Bimantara : engga nanya doang meyakinkan aja

Aletha M : oalahh

Read.

Gua kira dia mau ngapain. Ternyata cuma nanya gitu doang. Harus gua kasih tau Tasya nih. Tapi nanti itu anak cepu apa gak ya. Gak usah deh nanti aja disekolah.

"Tata,"

"Iya ma? Kenapa?"

"Kamu siap siap ya. Nanti ikut ke acara reuniannya papa,"

"Hah? Sekarang?"

"Iyaa jam 6 sore nanti berangkat oke?"

"Siap ma."

Wah lumayan siapa tau banyak cogan. Cuci mata dulu lah.

*****

Sekarang gua cuma bisa ngeliatin banyak baju yang digantung dilemari. Bingung mau pake baju apa. Kalo yang ini jelek. Yang itu kuno banget. Kan gua jadi bingung.

"TATA CEPETAN NAPA DANDAN NYA JANGAN KAYAK ONDEL ONDEL!" gua bisa budek lama lama punya kakak kayak begitu. Yakali juga kan gua dandan kayak ondel ondel.

"IYA SABAR LAGI BINGUNG INI!"

Akhirnya gua memutuskan pake baju dress selutut motif kotak kotak. Gua dandan ya gak sampe kayak ondel ondel juga. Cuma pake bedak sama liptint. Itu pun gak tebel tebel banget.

Setelah semua siap gue langsung turun kebawah ternyata semuanya udah masuk mobil, dengan agak sedikit berlari gua langsung ngambil sepatu converse kesayangan gue.

Gue langsung ngambil kunci rumah dan lari kearah mobil yang dari tadi gak berhenti ngelakson.

"Iya iya sabar,"

*****

"Oh ini Tata ya. Udah gede banget ya. Dulu om sama tante main sama kamu waktu kecil,"

Gue cuma bisa ngangguk dan senyum senyum ramah. Mana gua ngerti juga. Kan katanya waktu gua masih kecil. Mana gua ngerti ehe.

"Iya nih sekarang tata banyak makan om makanya jadi kayak gitu," arsena yang jawab padahal yang ditanyakan gue. Lah.

"Ehehehe,"

Author POV's

Diruangan ini memang ramai tapi bagi Aletha sangat membosankan. Lebih baik ia mencari angin diluar. Daripada terus terusan merasa bosan dalam ruangan ini.

Lampu - lampu taman menerangi kegelapan diluar ruang pertemuan itu. Waktu menunjukan pukul tujuh lewat lima belas menit. Sekitar satu jam lebih ia hanya bertemu teman teman ayahnya yang hanya beberapa saja yang ia tau. Tidak semuanya.

"Sendirian aja?"

Aletha menoleh. Oh itu orang yang menurutnya terlalu sok kegantengan, Gunthur.

"Menurut lo?"

"Sendiri,"

"Yaudah,"

"Boleh duduk disebelah lo gak?"

"Hm, boleh,"

Dan hanya bisu yang menyelimuti mereka. Tidak ada lagi yang mengeluarkan suara. Mungkin mereka bingung untuk mencari topik pembicaraan.

Aletha mulai mengelus lengannya perlahan. Dingin. Ia lupa itu. Karena dari tadi pikirannya hanya memikirkan laki laki yang pernah ada dimasa lalunya.

Jordan.

Aletha memang sedang bersama orang lain tapi pikirannya tak pernah berhenti memikirkan lelaki itu. Padahal ia sudah dikecewai berulang kali. Tapi tetap saja jatuh lagi untuk cinta pertamanya itu.

Dari sisi lain, Gunthur sedari tadi memperhatikan perempuan disebelahnya ini. Ia tau anak ini sedang tidak berada disini. Ralat maksudnya tubuhnya ada disini tapi jiwanya sedang berjalan jalan entah kemana.

"Nih pake aja gua tau kok kalo lo kedinginan," gunthur melepas jas yang melekat pada badannya ia tau Aletha kedinginan. Mana tega ia membiarkan anak ini sakit karena angin malam.

"Lo gak kedinginan?"

"Ah gua mah santai,"

"Makasih tur,"

Gunthur tersenyum lembut. Entah ia merasa ada sesuatu yang membuat ia senang dekat dengan perempuan ini. Tapi entah apa itu.

*****

Gunthur POV's

Gue bosan banget. Dari tadi cuma bisa salaman sama temen temen papa. Terus senyum sok ramah. Dan ujung ujungnya gua cuma berakhir mencar dari mereka. Daripada bosen gua memilih keluar gedung itu. Gua baru inget didepan gedung ini kan ada taman mendingan gua disana deh.

Gua berjalan terus mengikuti batu batu yang tersusun rapi diatas rumput rencananya pengen duduk di bangku taman. Tapi kok itu kayak ada cewek. Gua mulai ngedektin dia tapi sebelum gua ajak ngomong, gua liat dulu ini beneran orang apa setan.
Ternyata orang, dia napas, ehe.

Dari postur tubuhnya gua kayaknya tau ini orang siapa. Kayak pernah liat gitu.

"Sendirian aja?"

Dia noleh. Tuhkan bener. Ini mah Aletha. Gua kirain setan astaga.

"Menurut lo?"

"Sendiri,"

"Yaudah,"

"Boleh duduk disebelah lo gak?"

"Hm, boleh,"

Gua merhatiin Aletha dari atas sampe bawah. Dia beda banget jauh lebih cantik kayak gini.

Daritadi kita cuma diem, habis bingung sih mau ngomong apa. Gua ngerasa ini anak terlalu jutek, apa itu perasaan gua doang kali ya.

Dia mulai mengelus lengannya gua tau pasti dia kedinginan. Kasih jas gua gak ya?

Padahal gua juga lagi kedinginan. Ah tapi kasih aja deh kasian. Cewek masalahnya.

"Nih pake aja gua tau kok kalo lo kedinginan,"

"Lo gak kedinginan?"

"Ah gua mah santai,"

"Makasih tur,"

Gua cuma bisa senyum ngeliat dia. Gak tau kenapa, lucu aja dia berusaha jutek tapi masih punya sisi baik juga.

*****

Siluet Langit VioletTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang