Bagian 1

61 0 0
                                    



Allah... Setiap Jiwa adalah milik Mu. Maka berikanlah pada jiwaku ...

Kesabaran dalam menunggu

Kesabaran dalam menanti

Kesabaran dalam berjuang

Kesabaran dalam bertahan

Allah, Semoga tak ada celah untuk syaithan merobohkan dinding-dinding iman yang berlubang kiri kanan.

Mohon Kuatkan, Mohon Tangguhkan sampai nafas penghabisan.

(Si tukang ketik)

Suara rebana menggema, Lagu-lagu nashid mengalun merdu meramaikan suasana. Sepasang pengantin tengah duduk bersanding di atas pelaminan. Beberapa undangan pria dan wanita berbaris rapi, berjalan perlahan menuju ke arah kedua mempelai. Satu persatu dari mereka menyalami pengantin pria sembari megucapkan selamat dan do'a barokah.

"Akh, kapan nyusul? Jomblonya keburu akut tuh." Bisik mempelai pria pada seorang laki-laki yang sedang menyalaminya. Laki-laki yang dimaksud hanya terdiam. Seketika wajahnya memerah, sepersekian detik lamanya. Kata-kata yang dibisikkan di telinganya bak godam besar yang menghantam. Menyisakan biru lebam dan tulang ngilu. Senyum manis yang menunjukkan barisan gigi putih itu dirasanya seperti cemohan sinis dengan kalimat "Malang sekali nasibmu bung."

Sungguh, kalau bukan karena iman pada Allah yang Maha menciptakan. Kalau bukan karena keyakinan bahwa jodoh itu telah ditulis dalam sebuah catatan. Kalau bukan karena ibu yang selalu menguatkan dengan perkataannya "Tidak perlu kau sedihkan, ibu ikhlas dia pergi. Allah telah menyiapkan yang lebih baik dari dia." Kalau tidak teringat bahwa ini terjadi juga demi kebaikan keluarganya. Tidak ada yang tahu, bahkan tidak akan pernah tahu bagaimana laki-laki ini menyimpan rasa sakit hati. Hatinya yang remuk, hancur, kecewa dan sedih. Dia bersusah payah untuk membuatnya ikhlas. Tapi, ikhlaspun butuh perjuangan, apalagi mengingat waktu berlalu dengan jutaan kenangan indah sulit terlupakan.

"InsyaAllah. Doanya Akh." Jawabnya pelan, dengan senyum sedikit dipaksakan. Pandangannya tertuju pada wanita berbusana bak seorang Ratu yang berdiri di samping pengantin pria. Wajah putihnya menunduk, menyembunyikan rona kesedihan yang begitu dalam. Hatinya tambah sakit.

Dan akhirnya, burungpun kembali mengepakkan sayap. Mencari mimpi. Dalam malam.

Bidadari - kau bukan untukku! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang